Kamis, 03 Maret 2016

* Seharian Menyusuri Kota Mataram (Bagian-3)

Gili Trawangan
Menjual Diri
ala Lombok

Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB), dianugerahi alam yang begitu mempesona oleh Tuhan.

Dari mulai Gunung Rinjani, Danau Segara Anak, Pulau Satunda, Pantai Seger, Turangga Under Water, Air Terjun Mata Jitu, hingga Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno.

Belum lagi kesenian dan kebudayaannya seperti Tiu Teja, Bedug Beleg, Main Jaran, Presean, dan masih banyak yang lainnya. Namun, kekayaan alam dan budaya itu, tidak lantas membuat para pemangku kebijakan tertidur nyenyak.

Sebaliknya, Pemprov NTB terus bekerja keras, mencari berbagai terobosan, untuk bisa menjual Lombok dan segala potensinya. Tujuannya, menarik wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, sebanyak-banyaknya, sehingga mampu melahirkan efek domino bagi pertumbuhan dan perbaikan ekonomi masyarakat.

Tagline, You can see everything about Bali in Lombok, but you can not see Lombok in Bali, dipilih sebagai unsur pembeda. Sebab Pemprov Lombok menyadari, meski Islam menjadi agama mayoritas di Lombok, namun tidak sedikit warganya yang menganut agama Hindu.

Tidak mengherankan, meski dikenal dengan sebutan Pulau Seribu Masjid, kita bisa dengan mudah menemui berbagai pura di Lombok. Tagline tersebut diambil mengingat selama ini, wisatawan sudah sejak lama begitu lekat dan akrab dengan Bali.

"Dengan segala keterbatatasan yang ada, membangun sektor pariwisata perlu strategi mumpuni. Apalagi, alokasi untuk kami hanya Rp 6 miliar per tahun. Dari dana itu, kami harus mendatangkan 3 juta wisatawan setiap tahun. Kalau dikalkulasikan, berarti per wisatawan alokasinya hanya Rp 2 ribu. Bayangkan," kata Ketua Badan Promosi Wisata NTB, Taufan Rahmadi, di Hotel Golden Palace, Mataram, Selasa (9/2) malam.

Ia menuturkan bagaimana mungkin, Rp 2 ribu mampu mendatangkan wisatawan ke Lombok. "Kami putar otak. Mencari strategi. Akhirnya, kami temukan tiga strategi yang kami anggap pantas sebagai jembatan emas menuju kejayaan pariwisata Lombok," ujar Taufan.

Pertama, Change mindset of strategy from traditional to modern (Merubah pola pikir dari tradisional ke modern). Kedua, Find networking (Mencari jaringan). Ketiga, People energy (Energi masyarakat). "Kombinasi ketiga strategi itu, kini menjadi era baru pariwisata NTB," ucapnya.

Taufan mengungkapkan, ia bersama tim, sejak awal memelihara mimpi untuk membawa NTB ke pentas dunia. Mimpi yang pertama, video destinasi wisata NTB harus ada di Maskapai Garuda Indonesia. "Hasilnya, 17 Juni 2014, video destinasi wisata NTB diputar di maskapai Garuda Indonesia untuk jalur dalam dan luar negeri," imbuhnya.

Mimpi kedua, Lombok dan Sumbawa harus dilihat dunia. "Ini adalah konsep trourism untuk positioning NTB. NTB harus jadi buah bibir pelaku industri halal dunia. Hasilnya, April hingga Oktober 2015, kami jadi nominasi World Halal Travel Awards mewakili Indonesia," tegas Taufan.

NTB juga masuk nominasi World Honeymoon Destination. Sebulan kemudian, tepatnya pada 27 November, menurut Taufan, dirinya diundang Presiden Joko Widodo (Jokowi). Saat itu, presiden mengajak semua untuk datang ke NTB. "Kini kualitas destinasi wisata jadi pekerjaan besar buat kami. Kami masih terus berbenah. Untuk itu, kami kerahkan voulenteer," imbuhnya.

Media sosial juga tidak luput dari perhatian Taufan. Pihaknya telah membuat sejuta Fanpage for Wonderfull Lombok Sumbawa. "Di Fanpage ini, pengunjung tidak hanya sekadar nge-like. Tiap like adalah harapan baru dari banyaknya industri kecil yang tumbuh dari sektor pariwisata. Ada anak-anak kita yang menggantungkan hidup di sana. For life, for life, for care," papar Taufan.

Wakil Gubernur NTB, H Muhammad Amin, menambahkan sektor pariwisata di NTB membutuhkan kerja sama semua pihak, untuk terlibat di dalamnya agar bisa terus tumbuh dan berkembang.

"Kami berharap, mereka yang datang ke NTB, akan datang kembali. Mengunjungi kami. Mungkin awalnya untuk urusan kedinasan. Namun di lain kesempatan, kami berharap mereka benar-benar ke sini, untuk menikmati NTB," kata Amin.

Menurutnya Pemprov NTB akan melakukan berbagai perbaikan yang dibutuhkan untuk menopang sektor pariwisata daerah. "Kami akan terus membangun infrastruktur untuk menopang pariwisata daerah sesuai dengan potensinya. Tujuannya agar rakyat merasakan dampak positifnya," ujar Amin.

Lombok memang menjelma menjadi destinasi wisata unggulan di Indonesia. Bahkan kini tak kalah bersaing dengan Pulau Dewata, Bali. Biasanya, mereka yang mengunjungi Bali, juga mendatangi Lombok.

"Kami sudah dua pekan. Enam hari di Bali, sisanya di sini (Lombok). Gili Trawangan, Gili Air, dan Gili Meno jadi tujuan kami. Kami juga menikmati malam di Senggigi. Indah sekali," kata wisatawan asal Malaysia, Mohamed Safiq (37), yang datang bersama anak dan istrinya.

Ditemui di Bandara Praya, saat hendak terbang menggunakan Air Asia ke Kuala Lumpur, Safiq mengaku ingin segera kembali ke Bali dan Lombok. "Berharap bisa secepatnya berkunjung lagi ke sini," ujarnya. (hasyim ashari/selesai)

Tidak ada komentar: