Sabtu, 04 Juni 2011

Dandani AJS Rp 52 Juta

MEMILIKI motor antik adalah kebanggan tersendiri bagi Heri. Pemuda yang baru saja lulus dari SMA Negeri 7 Pontianak, Kalimantan Barat ini, lebih memilih mengendarai motor antik Inggris ketimbang motor gede (moge).

"Kalau naik motor antik, saya lebih pede. Karena bentuknya unik dan klasik. Sangat jarang dikendarai anak muda, di Kalbar khususnya," ungkap Heri kepada Tribun, Selasa (31/5).

Sudah setahun ia memiliki motor Albert John Stevens (AJS) keluaran 1956. Banyak keunikan dari motor kesayangannya itu. Di antaranya jika dibawa bepergian jarak jauh, lebih nyaman. Kecepatannya pun masih lumayan.

Untuk memiliki motor antik AJS, Heri harus rela menjual dua sepeda motor Jepang miliknya. Guna melengkapinya, ia pun harus berburu sparepart di Bandung, Jawa Barat, selama sebulan.

"Mau ndak mau harus menjual 2 motor Jepang milik saya. Saat membeli harganya Rp 29 juta, kondisi masih belum sempurna alias bentuknya masih berantakan," katanya.

Tadinya kedua orangtuanya tidak setuju ia membeli motor AJS. Ia diprotes karena kondisi motor AJS yang belum sempurna. Namun, setelah diperbaiki, orangtua yang tadinya marah malah berbalik mendukung Heri.

Selama 5 bulan, Heri memperbaiki motor tersebut. Ia memasang spareparts yang dibutuhkan, sehingga sesuai dengan bodi asli motor AJS lansiran 1956. "Lumayan juga untuk membangun bodi habis sekitar Rp 23,5 juta," ujarnya.

Heri mengungkapkan, untuk menjaga kondisi sepeda motornya agar tetap prima, ia harus intens melakukan perawatan.

"Kalau motor ini paling rewel pada pengapiannya. Platinanya dan karburator harus rajin dicek dan dibersihkan. Jika kotor, akan sangat merepotkan. Begitu juga pada businya. Misalnya mengendarainya sudah enggak enak atau nyendat-nyendat maka businya harus diganti," kata Heri.

Selain itu, ia juga harus sering-sering mengganti oli. Seandainya motor dibawa bepergian jauh, ia harus mengganti oli setelahnya. "Biasanya sih sebulan sekali lah, saya ganti oli," ujarnya.

Ia juga punya perhatian khusus untuk tangki. Tangki yang sengajanya dikrom warna perak, mengharuskannya untuk selalu rajin membersihkan.

"Setiap hari saya selalu melapnya dengan biar selalu kinclong. Kalau habis hujan, saya selalu langsung bersihkan seluruh bodi motor. Saya sangat sayang dengan motor ini jadi rajin dibersihkan," ucapnya.

Suaranya yang nyaring merupakan satu di antara khas dari motor antik yang satu ini. Jika motor dihidupkan, suara dari knalpot akan mengeluarkan bunyi yang membuat bising orang sekitar.

Headlamp atau lampu depannya yang berbentuk lonjong dan pelek jarinya mengentalkan klasik motor tersebut. Motor ini berkapasitaskan 350 cc. Model silinder tunggal. Motor ini menggunakan keran di sisi kanan mesin dan sisi lain bertindak sebagai suplai cadangan.

Nyaris Dikeluarkan

Gara-gara membawa motor AJS ke sekolahnya, Heri hampir saja diberhentikan dari sekolahnya. "Waktu itu saya masih kelas 3 SMA. Saya bawa motor itu ke sekolah, tiba-tiba saja guru saya memanggil dan membawa saya ke kantor," kenang Heri.

Karena membawa motor antik AJS tersebut, ia langsung diberi surat peringatan (SP) 3 dan orangtuanya disuruh menghadap ke kepala sekolah. "Itulah hampir saja dikeluarkan dari sekolah," ujarnya.

Namun kecintaannya terhadap motor tersebut membuatnya tidak kapok untuk membawanya ke sekolah. Diam-diam ia bawa motor itu ke sekolah. Ketika di area sekolah, ia matikan mesin AJS tersebut. "Suaranya memang nyaring. Kalau sudah sampai depan gerbang sekolah saya matikan mesinnya," ungkapnya.

Heri menceritakan jika saat istirahat, ia selalu memperhatikan motornya itu di tempat parkir dan memandanginya dari kejauhan. "Kalau dibawa ke sekolah, jarang pula motor ini dipinjam teman. Mereka takut mau memakainya. Karena mereka tahu harganya mahal," ungkapnya.

Dalam kesehariannya, Heri selalu menggunakan motor kesayangannya itu. Setiap ia jalan kemanapun, AJS 1956 ini selalu setia menemani. "Saya sudah bawa motor ini sampai ke Sanggau Ledo," jelasnya.

Dengan style pakaian jaket rompi, celana jeans dan baju T Shirt serta tidak lupa memakai sepatu boot. "Begitulah style saya kalau naik motor," ujarnya sambil tersenyum.

Ia mengutarakan banyak teman ceweknya yang sering minta dibonceng dengan motor antiknya itu. "Kalau naik motor ini, selalu menjadi perhatian orang," katanya. (mirna/tribun pontianak)

Spesifikasi

Ban: Swallow, 350 x 19 (depan) dan 300 x 19 (belakang)
Pelek: Original AJS
Karburator: Ninja RR
Shockbreaker: Original (depan dan belakang)
Tromol: Orginal (depan dan belakang)
Lampu depan: Original (depan dan belakang)
Setang: Original
Knalpot: Original
Handgrip: Amal
Frame: Original
Kapasitas : 350 cc
Mesin: AJS 1956

Kamis, 02 Juni 2011

Motor Antik Terbaik vs Termahal


Tubuh telanjang dan cungkring yang dimiliki motor ini ternyata bukanlah sebuah kekurangan. Bahkan bisa dibilang inilah yang membuat tubuh motor Amerika ini tampak eksotik. Motor ini pun jadi motor lawas terbaik.

Motor bernama American Pierce Four ini sendiri merupakan sebuah motor yang dibuat mengambil inspirasi dari FN yang diproduksi pada tahun 1910.

Tubuh cungkring American Pierce Four ini didorong oleh sebuah mesin 4 silinder yang memiliki kekuatan 4 horse power (hp) tapi mampu berlari hingga kecepatan puncak mencapai 97 km perjam.

Dengan mesin yang digendongnya itu, American Pierce Four pun menjadi sebuah motor Amerika pertama yang mengaplikasi mesin empat silinder di dapur pacunya.

Pada awalnya, motor yang diproduksi hingga tahun 1913 ini tidak memiliki transmisi atau gearbox. Namun kemudian ditambahkan dengan transmisi dua percepatan.

Dengan tubuh eksotisnya tersebut, American Pierce Four pun berhasil merebut predikat sebagai motor lawas terbaik di ajang bergengsi Concorso d'Eleganza Villa d'Este yang dihelat akhir pekan lalu.

American Pierce Four berhasil memenang ajang tersebut setelah menyingkirkan 40 lebih motor lawas lain dengan penilaian meliputi desain, wilayah, hingga orisinalitas kendaraan. Demikian dilansir autoevolution, Minggu (29/5/02011).

Sementara untuk motor antik termahal jatuh ke tangan Brough Superior 1929. Untuk penggemar motor antik Eropa, namanya tentu tidak asing lagi. Memang ia tidak sekondang Norton, BSA, Jawa, Triumph, atau Harley Davidson.

Namun, kuda besi ini baru saja menggetarkan jagat raya seperti yang diwartakan autoevolution, di mana Brough mencatatkan dirinya sebagai motor antik termahal di dunia.

Bayangkan, di balai lelang Eropa H&H, Brough ditawar dengan harga tertinggi 286 ribu poundsterling atau setara Rp 4,05 miliar oleh seorang kolektor. Lelang berlangsung di museum industri sepeda motor dunia, Haynes International Motor Museum, Sparkford, Inggris, belum lama ini.

Pembuat Brough Superior ini adalah George Brough asal Inggris. Ia memproduksinya pada 1919 sampai 1940 di markasnya di Haydn Road, Nottingham, Inggris.

Semua motor bikinannya mempunyai ciri beperforma tinggi dan memiliki kualitas paling bagus. Adapun Brough merupakan mantan pebalap, perancang, dan showman.

Motor garapannya termasuk Brough Superior termahal ini. Motor tersebut dibekali mesin SS100 berkapasitas 1.000 cc V-twin. Kecepatan maksimum yang bisa dicapai adalah 161 kilometer per jam (100 mph).

KECEPATAN yang sangat hebat untuk saat itu sehingga kendaraan tersebut (termasuk karya Brough lainnya) dijuluki "Rolls Royce"-nya sepeda motor.

"Pada 1929, hanya 29 motor yang diproduksi di Pendine (Wales) dan Grand Alpine (Swiss) dengan dua opsi rangka tipe B dan D. Brough juga dilengkapi dengan sistem transmisi 3-percepatan dijuluki super-heavyweight," ujar penyelenggara lelang H&H.

Sepeda motor langka ini sudah mengalami restorasi pada tahun 2000-2001 dan berfungsi normal seperti saat diluncurkan. Bahkan, moge ini berhasil digunakan untuk menjelajah sejumlah negara di Spanyol, Prancis, Austria, dan Italia.

Sepeda motor ini juga dilengkapi dengan sejumlah sertifikat asli kendaraan. Nilai jual sepeda motor ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah setelah rekor sebelumnya dipegang oleh Cyclone produksi 1915 seharga 278.400 poundsterling atau Rp 3,9 miliar. (*)