Sabtu, 19 Maret 2016

Korek Api dan Triumph TWN Tora Sudiro

Tora dan Triumph TWN
SEPEDA motor Triumph menghadirkan citra yang berbeda dengan kekhasan gaya Inggris. Gaya khasnya pun membuat pemain film Tora Sudiro tertarik sehingga akhirnya ia memiliki sebuah Triumph-Werke Nürnberg AG (TWN) buatan 1947.

Tora menebusnya dari seorang kolektor di Jogjakarta dengan harga Rp 40 juta Bagaimana Tora akhirnya bisa memiliki sebuah Triumph, itu ternyata ditengahi oleh kisah simpel yang lucunya ia jadikan nama untuk motor kesayangannya itu.

"Motor saya namanya Ganarko, Triumph TWN tahun 1947. Saya kasih nama Ganarko karena itu ada singkatannya, 'gara-gara naro korek'. Saya lagi ngobrol, naro korek, saya lihat motor. Buset, apaan nih? Wah Triumph, keren juga nih," celoteh Tora.



Ia mengaku bingun, bagaimana si Triumph bisa jalan. "Gue bingung nih motor gimana jalannya. Karbunya terpaksa pakai punya RX-King, wah ternyata bisa, dan si aki-aki ini bisa jalan-jalan," selorohnya lagi.

Artis yang pernah tampil dalam film Quickie Express dan komedi TV Extravaganza ini mengatakan bahwa ia sudah memiliki "Ganarko" sejak 7 tahun lalu, tetapi sempat membiarkannya nganggur 2 tahun. "Jadi saya sudah punya itu sekitar 7 tahun. Dua tahun pertama saya diemin karena saya gak tahu motor tua," ujarnya.

Kini rencana ke depannya terhadap Triumph tersebut adalah restorasi. Untuk saat ini, hal itu diakui sudah berjalan dan dia berharap akan berakhir sempura. "Teman saranin restorasi. Cuma diisi bensin doang, disela, nyala. Jadi masih tahap restorasi, mudah-mudahan nantinya sampai sempurna," katanya.

Walau banyak penyuka motor besar tua melakukan touring, Tora mengatakan bahwa ia masih sayang jika melakukan hal itu karena menilai motornya sebaikan dirawat dan tidak dipakai jalan jauh.

"Saya belum berani touring jarak jauh. Soalnya ini usianya udah 67 tahun. Bayangin kalau kita minta gendong kakek kita, kan kasihan. Jadi, itu motor kesayangan, cuma saya taro di rumah, weekend muter sekali," tutupnya.

TWN diproduksi sebuah pabrik sepeda motor di Jerman. Pada 1886, Siegfried Bettmann mendirikan The Triumph Bicycle Factory di Kota Coventry, Inggris. Sepuluh tahun kemudian, ia membuka pabrik keduanya di Nuremberg, Jerman dengan nama yang sama, Triumph.

Kedua pabrik tersebut memproduksi sepeda motor dengan nama The Coventry Factory (1902) dan The Nuremberg Factory (1903). Di awal dekade, The Nuremberg Factory memproduksi model dengan kapasitas 499 Cc dan 545 CC empat tak. Dua motor ini dibangun di Coventry.

Perpaduan antara motor yang diproduksi The Coventry and Nuremberg Triumph, perusahaan menamakan produk sepeda motor ini dengan Orial, terutama untuk kebutuhan ekspor. Pada 1920, Orial Motorcycle dibuat di Lyon, Prancis.

Maka, The Nuremberg Motorcycles dinamai lagi menjadi TWN, kependekan dari Triumph Werke Nürnberg. Setelah Pabrik di Inggris dan Jerman berpisah pada 1913, para pekerja di Nuremberg membuat sepeda motor dua tak dengan kapasitas 248 Cc dan 269 Cc.

Setelah Perang Dunia Kedua, Triumph sukses membuat model 200 Cc dan 350 cc. Pada 1956, Max Grundig mengambil alih The Nuremberg Company, merjer dengan Adler Motorcycle miliknya.

SUMBER:http://www.otosia.com/berita/tora-sudiro-saya-punya-triumph-tua-gara-gara-korek-api .html

2 komentar:

Asep Haryono mengatakan...

Bang Hasyim Hayuu semangat bloggingnya
Hihihihihi

gila^ontel mengatakan...

Hahahaha siap Kang Asep