Jumat, 14 November 2008

Ikut HA-SIL Ontelis Nasional


Halal Bihalal & Silaturahmi (HA-SIL) Ontelis Nasional 2008 merupakan acara pertemuan penggemar sepeda tua seluruh Indonesia. Acara dilaksanakan di kota Jakarta dengan mengambil tempat di Kwarnas Pramuka dan juga di museum Bank Mandiri. Pada kesempatan tersebut, Sepeda Onte Kalbar (Sepok) mengirimkan dua orang utusannya.

Masing-masing Jayus Agus Tono dan Pak Toro. Jayus sempat memperkenalkan keberadaan Sepok di hadapan seluruh peserta HA-SIL dan mendapat sambutan hangat ditandai dengan riuhnya tepuk tangah.

Ternyata, dibanding komunitas pecinta sepeda lain di tanah air, Sepok bisa dibilang paling muda usianya. Belum genap setahun. Dalam kesempatan itu, Jayus sempat berfoto bersama dengan para pejabat Republik Mimpi. Di antaranya dengan Jarwo Kuwat dan Amien Jais (fotonya masuk di wordpress lho!).Sementara Pak Toro yang punya Gazelle ciamik, ikut lomba Hormat Bendera dan menyabet posisi 4 besar.

HA-SIL sendiri pada hari pertama 1 November 2008 di mulai dengan parade senja ontelis yang hadir dari berbagai daerah dan juga seorang tamu dari Malaysia yang biasa di sapa dengan Chegu Hopper. Ketika masuk waktu sholat magrib seluruh ontelis bersama-sama sholat berjamaah di mesjid Istiqlal, setelah itu melanjutkan perjalanan menuju museum bank Mandiri kawasan kota tua Jakarta.

Rangkaian panjang lima ratusan ontelis yang dikawal oleh 2 petugas kepolisian sangat menyita perhatian warga ibukota yang sedang bermalam mingguan.Bermacam gaya pakaian ontelis mulai dari bergaya sinyo/noni belanda, serdadu, perwira, petani, mandor, berpakaian daerah atau yang cuma bergaya casual…tumpah ruah jadi satu pemandangan unik…

Setelah menggenjot kurang lebih 10km dari istiqlal menuju museum, rombongan disambut oleh teman2 komunitas museum bank mandiri, istrihat sejenak selanjutnya melakukan tur keliling museum, setelah itu dilanjutkan dengan makan malam dan rangkaian acara lainnya. (hsm/sepeda wordpress)

Sepok Ajak Masyarakat Bersepeda

Berawal dari keinginan yang sama untuk melestarikan seni dan budaya tempo dulu, para pemilik sepeda tua mencoba membentuk sebuah komunitas. Meskipun masih asing di kalangan penggemar sepeda daerah ini, keberadaan komunitas sepeda ontel (Sepeda Onte, red) begitu menarik dan unik.

adalah Jayus Agustono salah satu penggagas berdirinya Sepeda Ontel Kalbar atau yang disingkat Sepok. Dari keanggotaan yang semula hanya delapan orang, saat ini menjadi 80 orang. “Tiga tahun lalu komunitas kami hanya berjumlah delapan orang. Sempat vakum dua tahun, sekarang komunitas Sepeda Ontel semakin diminati. Saat ini jumlah anggota Sepok ada 80 orang,” kata Jayus yang saat ini dipercaya memimpin komunitas tersebut.

Sepok, menurut Jayus, resmi berdiri pada 12 Januari 2008. Ini bermula saat komunitas sepeda tua yang berada di wilayah Pontianak Selatan, wilayah Parit Haji Husin (Paris) dan Sei Raya bertemu dengan penggemar sepeda tua di wilayah Pontianak Barat. Bertemunya dikarenakan para penggemar yang kebanyakan orang seni dan pengoleksi barang antik selalu hunting mendapatkan barang-barang orisinil untuk aksesoris sepeda.

“Saat bertemu sekitar akhir Tahun 2007, kami bersepakat untuk membentuk komunitas sepeda tua di Kota Pontianak. Kemudian diberi nama Sepok yang artinya Sepeda Ontel Kalbar. Kita berharap komunitas ini juga melebar ke seluruh wilayah Kalimantan Barat,” ungkapnya.

Jayus yang juga merupakan salah satu pelukis senior milik Kalbar tersebut, menganggap bahwa Sepeda Ontel, merupakan satu komunitas yang unik dan belum ada di daerah ini. Oleh karena itu, ia termotivasi untuk membentuknya. Keberadaan komunitas ini juga diharapkannya bisa memberi angin segar bagi kelestarian barang-barang kuno, antik dan tempo dulu.

Dikatakannya, keberadaan komunitas ini diharapkan mampu merubah imej remaja dan anak muda yang menganggap sepeda merupakan barang yang sudah tidak diperlukan dan tergantikan oleh kendaraan bermotor.
“Sebenarnya imej ini yang harus kita ubah. Saya ingin orang-orang kembali ke masa lalu dan menggunakan sepeda sebagai alat transportasi. Alangkah bersih dan sehatnya kota ini, jika keinginan itu bisa terwujud,” harap dia.

Jayus lalu mencontohkan negara maju, seperti Amerika dan Eropa, yang sudah memasyarakatkan penggunaan sepeda kepada penduduknya. Bahkan Negara China sejak dahulu menjadikan sepeda sebagai alat transportasi warganya. “Di negara maju saja sosialisasi kearah tersebut sudah dilakukan, lantas kenapa kita tidak mencobanya,” ujar Jayus.

Krisis BBM beberapa waktu lalu, lanjut pria yang tinggal di Jalan Paris I ini, membuka mata dunia, bahwa alat transportasi sepeda menjadi sangat penting dan sebagai salah satu solusi dalam mengatasi problem BBM. Sepeda tak lagi menjadi bahan pajangan, tapi benar-benar difungsikan sebagai alat transportasi.

Lebih lanjut Jayus mengungkapkan, tujuan berdirinya komunitas Sepok, bukan semata-mata mencari kesenangan. Keberadaan komunitas ini juga berawal dari kesulitan dan keluhan teman-teman karena semakin hari harga BBM semakin tak terkendali. Sementara jumlah pemilik kendaraan semakin bertambah ramai. "Lalu kami putuskan untuk beramai-ramai menggunakan sepeda, tapi dengan konsep yang berbeda. Maka ditemukanlah Sepeda Onthel," katanya.

Menurut Jayus, pemicu semakin rendahnya minat masyarakat terhadap sepeda, selain karena perubahan zaman yang serba instan, harga jual kendaraan roda dua dan empat tanpa uang muka dan kredit ringan juga menjadi salah satu sebab pesatnya pertumbuhan pemakai kendaraan. Sementara BBM yang dihasilkan semakin hari semakin menipis. "Dunia semakin terjepit karena kebutuhan yang semakin drastis," tukas dia seraya mengajak masyarakat dan remaja ramai-ramai hijrah ke sepeda sebagai alat transportasi.

Dari sinilah, lanjut pria berambut plontos ini, keberadaan sepeda mulai tertinggal. Hanya pecinta dan pehobi olahraga sepeda saja yang masih menganggap barang ini berharga. Sementara bagi remaja dan generasi muda, sepeda tidak modern dan tidak layak lagi dipakai. Persepsi tersebut yang harus diubah. Menurut Jayus, sepeda juga masih menarik untuk tetap dilirik. Bagaimana menjadikan sepeda tersebut berkelas dan mendapat tempat di masyarakat. "Mungkin sepeda Onthel bisa menjadi jawabannya," tukas dia.(budianto/pontianakpost)