Kamis, 03 Maret 2016

* Delapan Hari Menjejalah Negeri Ginseng (Bagian-7)

Gunung Seorak
Pengalaman Unik 
Naik Cable Car 
Seorak San

Penerbangan dari Pulau Jeju, lanjut ke Seoul, Nami Island, dan Pegunungan Seorak, membuat rombongan Fam Trip Garuda Indonesia Pontianak, memanfaatkan waktu beristirahat di Hanwa Resort, sebuah resort megah berkonsep Eropa.

Selasa (10/9) pukul 08.30 pagi usai sarapan, rombongan sudah kumpul di lobi dari resort dengan delapan gedung tersebut. Di halaman resort, berjejer mobil-mobil sedan dan SUV mewah produksi Hyundai, KIA, Mercedes Benz, dan BMW.

Tentu saja, minus mobil-mobil lansiran Jepang. Kini, rombongan yang terdiri dari 28 orang ini akan menuju Taman Nasional Gunung Seorak di wilayah Kangwondo. Kangwondo adalah satu dari sembilan provinsi di Korsel yang letaknya di timur laut berbatasan langsung dengan Korea Utara.

Objek wisata yang dikunjungi adalah Hutan Gwongeumseong, Shinheungsa Temple, dan Bronze Budha. Termasuk pengalaman unik melihat Seorak dari ketinggian menggunakan cable car atau kereta gantung.
Rombongan tiba pukul 09.16 waktu setempat.

Udara cukup hangat karena memang baru dua pekan lagi, akan turun salju. Saat musim dingin, hijaunya kawasan Gunung Seorak ini, akan berubah putih.  Di gunung inilah, salju akan terlihat untuk pertama kalinya di Korea Selatan (Korsel).

Karena itulah gunung ini dinamai Seorak atau Gunung Salju. Di sini, cuaca bisa minus hingga 10 derajat celcius. Pengunjung harus membayar 1.200  won atau sekitar 120 ribu untuk tanda masuk. Sebesar 9 ribu won untuk naik cable car dan sisanya untuk tiket masuk.

"Setiap hari, sekitar seribu orang datang ke Gunung Seorak. Pada akhir pekan, jumlahnya naik menjadi 4 ribu pengunjung," ujar Petugas Tiket Taman Nasional Gunung Seorak, Han YK, kepada Tribun.

Perempuan berusia 27 tahun itu kemudian memberikan Tribun sejumlah brosur, terutama peta lokasi objek-objek wisata Gunung Seorak.Hanya berjarak 40 meter dari loket masuk, pengunjung bisa menjumpai bangunan dua lantai, lengkap dengan restoran dan cable car.

Cable car dengan rute ketinggian sekitar 700 meter ini, mengantarkan wisatawan ke puncak hanya dalam waktu 10 menit. Setiap kereta gantung, mengangkut 50 penumpang. Ada dua kereta gantung yang tersedia.
Gunung Seorak memiliki ketinggian 1.708 meter di atas permukaan laut.

Selain menggunakan cable car, ada juga jalur pendakian dengan berjalan setapak. Pemandangan dari atas cable car sungguh mengesankan. Kita bisa melihat gugusan puncak-puncak pegunungan Seorak lainnya. Ada sekitar 33 gunung di kawasan ini.

Tiba di pemberhentian cable car, untuk ke puncak Gunung Seorak di tempuh dengan berjalan kaki.
Ada anak tangga, dibuat dari kayu yang dilapisi karet ban luar mobil bekas, sehingga tidak licin saat didaki. Alur pendakian ini, tidak pernah sepi dari wisatawan. Bahkan, banyak orangtua yang membawa serta anak-anak mereka.

Tidak sampai 15 menit, wisatawan sudah tiba di puncak. Di puncak, sejauh mata memandang, hanya ada gugusan hutan hijau dan bebatuan kecokelatan di puncak. Bebatuan itu, tertutup salju di musim dingin.

"Setelah tiba di puncak, kita makin yakin dengan keagungan Tuhan. Sebagai manusia, kita sangat kecil. Tidak ada apa-apanya. Kita banyak ambil hikmah untuk menambah keyakinan dan keimanan kita," kata wisatawan asal Jakarta, Surkrisno, kepada Tribun.

Sukrisno datang bersama 24 orang jemaat Gereja GKI Taman Aris Jakarta. Sebelum ke Gunung Seorak, mereka juga menikmati pesona dan keindahan Pulau Jeju. Jemaat Gereja GKI Taman Aris lainnya, Poltak (49), menambahkan sebenarnya Indonesia punya objek wisata yang lebih bagus dari Seorak.

Sebut saja Toba di Sumatera Utara. Namun, semua potensi itu tidak dikemas dengan baik. "Mereka mampu menjual seluruh potensi wisata. Tidak saja wisata alam, namun juga sejarah, dan kreativitas para senimannya sepreti Nanta Show yang terkenal itu," ujarnya.

Poltak mengatakan Indonesia harus belajar banyak kepada Korsel untuk urusan pariwisata. "Mereka mengemas story dengan sangat baik. Ada Dragon Head Rock yang menurut saya, tidak juga mirip-mirip amat dengan Kepala Naga. Tapi, story yang dibangun mampu memantik penasaran wisatawan. Termasuk kita," paparnya.

Tidak hanya itu, setiap destinasi wisata di Korsel, semua terpadu dan terintegrasi dengan sektor lain. Terutama hotel dan restoran. "Infrastruktur jalan kita bisa lihat sendiri. Di Korsel jalan begitu lebar dan mulus," imbuh Poltak.

Puas naik cable car, rombongan bergegas turun menuju Shinheungsa Temple dan Bronze Budha. Tepat pukul 11.50, rombongan meninggalkan Gunung Seorak, menuju Seoul untuk City Tour. Untuk tiba di Seoul butuh waktu sekitar tiga jam perjalanan darat menggunakan bus.

Hanya sepuluh menit dari Gunung Seorak, rombongan Fam Trip Garuda Indonesia Pontianak singgah untuk makan siang di Good Restauran. Restoran ini menyajikan makanan sayuran dan jamur organik. "Seorak sangat terkenal dengan tahu organik. Santap siang kita, juga menyajikan tahu organik," kata Ken, Tour Guide Asia World Tour di dalam bus.

Rombongan memilih beristirahat di bus selama perjalanan. Hampir semua terlelap, tidur di kursi masing-masing. Tidak terkecuali General Manajer Garuda Indonesia Pontianak, Donald Jerry, yang duduk di samping Tribun di kursi belakang.

Bus yang membawa rombongan Garuda tiba di Seol menjelang matahari terbenam. Kota Seoul terlihat amat megah dengan gedung-gedung pencakar langitnya. Lampu warna-warni berebut tempat di kaki langit.
Ini adalah jam paling padat di Korsel.

Sebab, semua orang pulang dari bekerja. Tidak heran jika di sepanjang jalan di kiri dan kanan Sungai Han, mobil berjejer merayap. Padahal, Sungai Han, sudah dilengkapi dengan 20 jembatan. Bandingkan dengan Sungai Kapuas, di mana jembatan hanya ada dua, Jembatan Kapuas I dan II. Itu belum termasuk MRT di bawah tanah yang berjumlah 18 unit.

Korsel memang pantas memikirkan solusi macet di dalam kota. Sebab, dengan penduduk sebanyak 48 juta orang, sebanyak 35 juta penduduknya, menggunakan mobil pribadi untuk aktivitas sehari-hari. Jangan bermimpi melihat sepeda motor dalam jumlah banyak, sepreti di Kalbar misalnya.

Harga satu unit city car di Korsel hanya sekitar 30 juta. Tidak heran, jika Tribun tidak menemukan satu pun mobil dalam kondisi berkarat, penyok, apalagi mogok di tengah jalan. Mobil-mobil yang berseliweran di jalanan Korsel, hingga ke Pulau Jeju, adalah mobil-mobil mengkilap seperti baru saja keluar dari show room.

Mobil-mobil futuristik dengan bentuk aerodinamis itu, mayoritas sedan, begitu modis dan modern. Setiap mobil dilengkapi fasilitas global position system (GPS) tiga dimensi pada dashboard.  Tidak saja menyajikan fitur setiap jalan, namun juga lengkap dengan posisi gedung-gedung di sekitarnya.

Itu kenapa begitu bus yang membawa rombongan Garuda Indonesia berhenti di Yeoeuido-dong, Yeongdeungpo-gu, Seoul, terlihat jelas bangunan Hotel Lexington. Lexington, sebuah hotel bergaya klasik Amerika Serikat ini, menjadi tempat menginap selama di Seoul. (hasyim ashari/bersambung)

Tidak ada komentar: