Sabtu, 24 September 2011

Dua Honda XL 125 Favorit


Menunggangi motor berbodi dan ber CC besar, itu sudah biasa. Karena bagi Dwi Sutiono dan Tri Prihantono, yang harus menjadi tunggangan itu harus beda dan istimewa.

Jadilah 2 bersaudara ini mengoleksi motor-motor antik alias tua-tua keladi makin tua makin jadi. Seperti satu di antaranya yang menjadi favorit dua saudara ini adalah Honda XL 125 tahun 1975.

Untungnya hobi mereka ini di dukung sang ayah, Margono, yang juga menyukai motor-motor sejenis. "Biar kita banyak duit, kalau enggak ada motornya juga susah. Tidak seperti motor sekarang, pasarannya jatuh. Kalau motor klasik makin mahal harganya," kata Margono.

Motor Honda XL 125 ini memiliki arti penting bagi mereka, karena mendapatkan ke duanya dengan ketidaksangajaan. Dan lebih istimewanya lagi, hanya ada 5 motor jenis tersebut di Pontianak.

"Nemunya enggak disengaja. Waktu bapak ikut MTB ke Singkawang, dari ngobrol-ngobrol, ternyata masih ada yang nyimpan. Kita buru lah tempatnya dan ketemu. Dijualnya Rp 800 ribu," tutur Tri.

Saat ditemukan, motor ini jauh dari kondisi sempurna. "Ya, kayak besi rongsokan lah. Kalau orang yang enggak tahu motor ini, pasti tak hirau. Saya lihat, benar dan original. Tinggal kita poles dan nambahin komponennya yang belum lengkap," tambahnya.

Menurut pemiliknya yang dahulu, motor tersebut digunakan sebagai motor pemadam kebakaran di lahan pertanian. Oleh pemiliknya ketika itu, motor tersebut digunakan untuk jual minyak. Jadi meski sudah seperti rongsokan dan tak berbentuk, mesinnya masih oke.

Lain lagi kembarannya Honda XL 125 putih. Motor yang sangat eksis di era Roma Irama dan Achmad Albar ini ditemukan di Sanggau. "Sama, enggak beda jauh. Sudah enggak ada model lagi. Karat di mana-mana," timpal Dwi.

Bagi dua saudara ini, memiliki bahkan mengoleksi jenis-jenis motor klasik membuat beda dari pengguna motor kebanyakan. "Nanti kita juga mau turing ke Kalteng. Sudah sering ikut turing pakai motor ini. Karena sesuai ya, jenis motor dengan medannya, motor trail," katanya.

Kalau mau di hitung-hitung, harga motor ini tidak ternilai. Meski banyak yang mencari dan ingin membelinya, keduanya enggan melepaskan si tua-tua keladi ini.

Kedua motor yang dimilliki Tri Dan Dwi tersebut, hampir semuanya memakai komonen original. Hanya pada stang, si klasik merah yang custome. (tribunpontianak/pontiana banjaria)

Spesifikasi :
Tipe : Honda XL 125
Mesin : CG 125 E
Ban : 275x21 (depan) dan 275x18 (belakang)
Knalpot : Krizman spark arrester 305 US PAT
Kapasitas mesin : 125 cc
Komponen lain : Original Hondal XL 125

Jumat, 16 September 2011

Jalan Hidup Empat Asasi



* Brotherhood MC Borneo Indonesia

Komunitas Biker Brotherhood MC Borneo Indonesia adalah komunitas motor tua di Kalimantan Barat. Aktivitasnya tak sekadar doyan nyemplak motor tua, konvoi, dan nongkrong di berbagai tempat. Namun, banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan.

"Di antaranya kita diajarkan bagaimana cara mengendarai motor dengan baik. Mereka yang memiliki keahlian sesuatu, kita satukan di sini untuk organisasi," kata Kiky Prabawa, Staatsman Biker Brotherhood MC Borneo Indonesia, kepada Tribun Pontianak, belum lama ini.

Keberadaan komunitas ini, menurutnya, bertujuan untuk menyatukan Indonesia dengan moto Benteng Pertahanan terakhir NKRI dengan persaudaraan. Sudah setahun Biker Brotherhood MC Borneo Indonesia terbentuk. Kini anggotanya mencapai 21 orang.

Untuk menjadi anggota, syaratnya tentu harus memiliki motor antik. Baik itu buatan Eropa maupun Amerika. Di samping itu harus mematuhi peraturan yang berlaku di komunitas.

Seperti induknya, Biker Brotherhood, Biker Brotherhood MC Borneo Indonesia, juga memiliki tingkatan kelas untuk anggotanya. Mulai dari Prospect, Virgin, dan Life member.

Mereka yang baru masuk atau diistilahkan bayi baru lahir, dinobatkan sebagai Prospect. Lebih tinggi dari itu atau tingkatan keduanya adalah virgin.

Sedangkan mereka yang sudah dinyatakan menjalankan empat asasi di lingkungannya, akan dinobatkan menyandang Life Member. Empat asasi itu adalah loyal, respect, pride, dan honor.

Kiky menjelaskan untuk naik tingkatan, pada dasarnya ditentukan berdasarkan loyalitasnya terhadap komunitas dan keluarga atau lingkungan sekitar. Artinya akin loyal akan semakin tinggi tingkatan yang disandang.

Mereka yang lama bergabung di komunitas, tidak menjamin untuk menyandang predikat hingga tingkatan tinggi. Predikat tersebut dinobatkan berdasarkan penilaian dan pengawasan dari vigillante atau pengawas.

Rencannya pada 1 Oktober 2011 yang bertepetan dengan Hari Kesaktian Pancasila, mereka akan memperingatinya dengan melakukan upacara bendera di depan sekretariat mereka. "Kita akan melakukan deklarasi sekretariat," ujarnya.

Beberapa hiburan turut menghibur dalam peringatan tersebut. Semua klub di Kalbar akan diundang pada acara itu.

Persaudaraan Kental

Abu, satu di antara anggota Brotherhood, mengungkapkan komunitas ini mengajarkan sesuatu yang sangat berarti dalam hidupnya.

"Di sini persaudaraan dan kekeluargaannya sangat kental. Tidak ada yang membedakan satu sama lain, semuanya sama," kata Abu.

Ia merasakan sangat enjoy atau menikmati ketika bergabung di komunitas ini. "Di sini adalah keluarga kedua bagi saya," ujarnya.

Abu menambahkan, komunitas juga dapat menjadi peluang usaha bagi anggota yang lain. Misalnya ada yang bisa buat pin atau sebagainya, kemudian dijual, dan dimanfaatkan untuk organisasi.

Hal senada diungkapkan Ewin, anggota yang memiliki predikat virgin itu mengutarakan Brotherhood adalah tempatnya untuk menyalurkan hobinya.

Dirinya yang suka berkendara dengan motor antik, dan bertemu dengan teman-teman satu selera, membuatnya merasa nyaman.

Jika mereka naik motor, tak heran menjadi perhatian orang banyak. Karena selain tampilan motor yang antik, suara motor yang nyaring membuat orang sekitar mengalih perhatian kepada mereka.

Saat berkendara mereka diwajibkan untuk memakai rompi yang terdapat atribut Brotherhood. Rompi tersebut bukan sekedar rompi gaya-gayaan. Tapi rompi seragam mereka. Atribut yang dipasang pada rompi sebagai identitas mereka di komunitas.

Kenalkan 4 Asasi

Berkendara dengan motor antik merupakan kegemaran Kiky. Baginya, sangat berbeda ketika naik motor antik dibandingkan motor lain. Ada kepuasaan tersendiri ketika menungganginya.

Untuk menyalurkan hobinya tersebut, ia bersama teman-teman komunitasnya, menulusuri jalan hingga ke luar Kota Pontianak dengan Norton, motor antik miliknya.

"Saya suka ngumpul bareng teman-teman sehobi. Rasanya berada di keluarga sendiri," ungkap Kiky kepada Tribun di sektreatariat Biker Brotherhood MC Borneo Indonesia.

Di komunitas ini, ia dipercaya sebagai Staatsman. Baginya perananan yang diembannya tersebut tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan yang harus dihadapinya.

Kiky menjelaskan, dirinya harus bisa menerangkan kepada para anggota akan empat asasi yang berlaku di komunitas.

"Untuk membuat mereka paham pastinya tidak mudah. Empat asasi yang berlaku di lingkungan kami, harus mereka dapat, pahami, dan terapkan dalam kehidupan," paparnya.

Selain itu, menurutnya, memperkenalkan komunitas ke aparat dan instansi pemerintah juga menjadi bagian peran yang harus dilakukannnya. "Kita ingin Brotherhood dapat mengembangkan sayapnya," ucapnya.

Karena sekretariat mereka baru dibangun, makanya ia mau tidak mau harus standby berada di tempat.

"Tapi teman-teman biasnya sering juga ngumpul di sini. Saya tidak sendirian. Dari intern kita sih memang harus sering ngumpul," katanya. (mirna/tribun pontianak)

Kamis, 15 September 2011

Koleksi Om Is: Honda hingga Harley


Adalah Iskandar Kristanto yang hobi kumpulkan motor Harley Davidson tua seperti tipe WLA, WL, Sporter dengan tahun pembuatan 1940-1960.

Tak hanya itu, motor Jepang yang branch-nya kondang di Indonesia, seperti Kawasaki, Honda, Suzuki, Yamaha, berbagai tipe antara tahun 1960-1980-an juga dikumpulkan.

Jumlahnya banyak sekali. Mungkin sekitar 100-an unit lebih. Motor-motor dikumpulkan sejak lama dan disimpan pada sebuah gudang belakang bengkel AC Leduwi di Jl MT Haryono 452 Semarang.

Di bengkel itulah Om Is begitu panggilannya, setiap hari terima order perbaiki AC mobil. Tidak sekadar banyak, kondisi motor juga serba komplit.

Bahkan beberapa motor terlihat orisinal seperti di zamannya dulu. Baik cat maupun aksesorisnya. Sebut saja Suzuki GT 380 tahun 1974 yang tampak seperti baru.

Tidak usah heran sampai terbungkus plastik yang tersuplay udara lewat fan. Istilahnya Bubble, tujuannya menghindari debu yang masuk.

Ada pula Vespa lansiran 1962 yang masih baru gress alias belum dipakai. Konon motor berbodi gendut itu sudah diincar lama. Karena memang sudah jodoh, akhirnya motor itu berhasil dimiliki.

Ada lagi unit Yamaha YL 1 lansiran 1966 dan 1968, yang konon pernah menang kontes Yamaha tertua dan akhirnya menghasilkan satu unit Yamaha Vixion baru.

"Kelebihan Yamaha tipe itu, motornya kecil tapi mesinnya twin dengan 2 karburator," kata suami Yenny Ekawati Kuntjoro ini.

Kenapa memilih motor tua? alasannya lebih kepada cerita ketika memperoleh dan membangunnya. Ada kepuasan ketika motor itu akhirnya terlahir kembali seperti masa kejayaannya dulu.

Padahal bukan hal mudah. Apalagi Om Is termasuk anti-pakai peranti non-orisinal. Satu contoh ketika beroleh Harley Davidson WL dan kemudian membangunnya.

"Pistonnya disusupi piston Mazda B600 (kotak sabun). Performanya kurang, pasalnya pistonnya dibubut dan klip pen pistonnya sering lepas. Akibatnya mesin kurang sip. Di situlah tantangannya untuk mencari part orisinalnya dan kemudian merakitnya," papar Om Is berapi-api.

Tidak mengherankan jika berburu sparepart dan mengumpulkannya, masuk jadwal kegiatan Om Is. Ia pun menjadi rujukan mereka yang juga mencari sparepart kategori OEM Harley Davidson tua.

Maksudnya doi sedia sparepart motor legendaris asal Amerika tersebut. Lantas bagaimana perawatan motor-motor itu? "Cukup dibersihkan sajalah," tutupnya singkat.
Sumber: MotoBike

Senin, 12 September 2011

Wagub Christiandy Syukuri Kebersamaan


* Festival Kue Bulan di Kalbar
MASYARAKAT Tionghoa, termasuk di Kalbar, merayakan perayaan Cung Chiu Ciek atau festival Kue Bulan, besok, Senin (12/9). Tradisi perayaan Cung Chiu Ciek diperingati setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek.

Oleh karena itu, masyarakat Tionghoa mulai bersiap diri dan membeli berbagai jenis kue bulan yang tersedia di pasar. Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya, misalnya mengaku berburu Kue Bulan hingga ke Singkawang.

Padahal, sudah membeli berbagai jenis kue di Pontianak. Kue itu untuk dinikmati bersama keluarga, saudara, maupun kerabat.

"Saya membeli Kue Bulan sampai ke Singkawang. Saat kemarin pulang memperingati 100 hari wafatnya Ibu saya di sana. Kue Bulan di Pontianak juga enak. Masing-masing tempat memiliki cita rasa yang berbeda," tutur Christiandy kepada Tribun, Sabtu (10/9).

Wagub mengaku menyukai jenis Kue Bulan, Go Jin Pia. Ia menilai perayaan Cung Chiu Ciek merupakan tradisi turun temurun yang memiliki nilai positif sehingga harus dilestarikan. Melalui tradisi ini secara ekonomi dapat menghidupkan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM), baik yang memproduksi maupun yang menjual kue.

Oleh karena itu, perlu didukung dan dipertahankan karena sangat positif dan memberikan nilai tambah untuk pertumbuhan ekonomi. Christiandy menuturkan, hingga sekarang tradisi ini dirayakan bersama keluarganya.

Dalam hal ini, saling membagikan kue bulan kepada yang lebih tua. "Kita tetap merayakan bersama keluarga, dengan cara kumpul dan makan bersama. Perayaan Kue Bulan merupakan hari spesial bagi masyarakat Tionghoa, kita patut bersyukur bisa berkumpul dan makan bersama dengan keluarga, serta kepada yang tua kita antarkan Kue Bulan," paparnya.

Kentalnya hubungan antarsaudara juga dirasakan Ketua DPRD Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie. Menurutnya, zaman dulu (perang) kue bulan dijadikan alat komunikasi dengan menyisipkan kertas ke dalam kuenya untuk mengirimkan pesan.

"Sekarang, khususnya bulan ini, kita bisa mengirimkan Kue Bulan untuk saudara yang lebih tua dan kerabat. Sehingga mempererat hubungan saudara dan kerabat yang selama ini mempunyai kesibukan masing-masing," kata Chui Mie.

Wali Kota Singkawang, Hasan Karman, berharap masyarakat Tionghoa tidak sekadar
merayakan festival ini dengan makan bersama dan berkumpul. Namun, perlu juga mengetahui makna yang terkandung dari perayaan ini. Sehingga bisa meneladaninya.

Ketua DPRD Kota Pontianak, Hartono Azas, mengatakan hikmah penting yang bisa diteladani dari Festival Kue Bulan adalah semangat persatuan, kompak, jiwa kebersamaan bisa mewujudkan segala sesuatu.

"Harapan saya agar bangsa kita selalu memperkokoh nilai nilai kebersamaan tanpa melihat asal usul latar belakang yang penting hasil karya nyata bagi kemajuan pembangunan daerah," ujarnya.

Ketaladanan Suami Istri

Wali Kota Singkawang, Hasan Karman, mengatakan ada dua peristiwa yang terjadi mewarnai perayaan Kue Bulan. Pertama, kala itu di antaranya terjadinya perampokan di rumah sepasang suami istri, How Ie dan Chang Er, yang menyimpan benda pusaka berupa pil panjang umur atau pil ke surga yang diberikan kaisar kepada How Ie yang berjasa.

Ketika terjadi perampokan How Ie tidak berada di rumah dan Chang Er takut kehilangan pil itu sehingga ia meminumnya. Alhasih, setelah meminum pil itu roh Chang Er dipercaya naik ke surga dan meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

Oleh karena itu, setiap hari peristiwa itu, yakni tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, How Ie membikin Kue Bulan untuk mengenang istrinya. Dari peristiwa itu menggambarkan suami istri yang luar biasa saling mencintai karena takdir buat mereka pisah.

"Dari kejadian itu, dapat dipetik maknanya yaitu kesetiaan suami atau keteladanan suami istri yang perlu dicontohi oleh masyarakat sekarang ini. Apalagi saat ini, suami istri dikit-dikit mau cerai, sehingga cocok dijadikan keteladanan," imbaunya.

Peristiwa kedua adalah pemberontakan di zaman Dinasti Yuan (1271-1368) oleh suku Han terhadap suku Monggol. Pemberontakan terjadi karena suku Han dijajah oleh suku Monggol yang berkuasa kala itu.

Sehingga untuk menggerakan semua suku Han dibikinlah Kue Bulan yang disisipkan kertas berisi pesan agar melakukan perlawanan serentak pada tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek.

"Dengan demikian, Kue Bulan dapat dijadikan media untuk mengirim pesan agar rasa solidaritas tumbuh untuk melawan penjajah. Untuk masa sekarang perayaan festival Kue Bulan dapat dijadikan semangat persatuan dan kesatuan bangsa untuk melawan korupsi," ujarnya.

Oleh sebab itu, Hasan Karman berharap, setiap ada perayaan etnis Tionghoa dapat diceritakan kembali kepada generasi muda, apa saja asal usul suatu perayaan itu. Karena setiap tradisi Tionghoa banyak mengandung filosofi atau penuh dengan makna dan bangsa akan jadi besar kalau bangsa itu berbudaya.

Pertahankan Tradisi Keluarga

WARGA Tionghoa melakukan sembahyang bulan yang disebut Pai Guek Hua (dialek Tio Ciu), dan Pai Nyiat Fa (dialek Hakka). Pada tengah malam perayaan Festival Kue Bulan atau Cung Chiu Ciek, merupakan satu di antara kebudayaan yang mulai terkikis oleh zaman.

Namun, masih ada warga Thionghoa yang mempertahankannya. Seperti warga Jl Gajah Mada, Gg Gajah Mada III, The Siam Kheng (56). Ia masih mempertahankan ritual Pai Guek Hua atau Pat Nyiat Fa.

Ia mengatakan, tradisi ini sudah dilakukan turun temurun dan merupakan tradisi keluarga atau orangtua. "Ritual ini setiap tahun kami laksanakan dan sudah berlangsung 60 sampai 70 tahun. Sejak orangtua kami masih hidup. Jadi ritual ini termasuk tradisi keluarga," ungkapnya.

The Siam Kheng beralasan kenapa tradisi ini dipertahankan, karena selama melakukan ritual sembahyang pada Dewi Bulan, sangat baik untuk kesehatan dan keselamatan. Sementara anak perempuannya, Lim Ai Cu (33), bertekad akan meneruskan ritual Pai Guek Hua atau Pat Nyiat Fa, yang selama ini digelar oleh orangtuanya.

"Kalau tradisi ini tidak dilanjutkan maka akan berhenti sehingga anak kita tidak akan tahu. Oleh sebab itu, kelak saya akan melanjutkan tradisi orangtua saya ini," ungkapnya.

Ia menambahkan, dengan perkembangan zaman yang serba modern masyarakat mulai meninggalkan hal-hal seperti ini. Padahal ritual ini meruapakan tradisi yang unik sehingga memiliki nilai jual. Melestarikan ritual Pai Guek Hua atau Pat Nyiat Fa termasuk bagian melestarikan budaya Tionghoa, terlepas dari keyakinan akan diberi kesehatan dan keselamatan.

"Saya dari dulu turut melakukan sembahyang dan berdoa pada Dewi Bulan. Dulu saya berdoa minta jodoh dikabulkan, terus minta anak juga dikabulkan. Selama ini apa yang kita doakan selalu dikabulkan, dan terpenting kita minta kesehatan dan keselamatan," ujarnya.

Pedagang Raup Rezeki

FESTIVAL Kue Bulan mendatangkan berkah bagi para pedagang, setiap harinya mendekati hari H, mereka mampu menjual sekitar 300 kotak per harinya.

"Kuenya bermacam-macam dan berbagai jenis. Ada yang menggunakan minyak hewani adapula yang menggunakan minyak sayur khusus untuk yang bervegetarian sehingga bisa dimakan siapa saja. Sedangkan jenisnya ada belasan jenis baik yang diproduksi di Pontianak maupun berasal dari luar seperti Singkawang dan Bengkayang," kata penjual kue bulan, Asua, kepada Tribun, Sabtu (10/9).

Asua yang berjualan di Jl Gajah Mada, tepatnya di samping Pemadam Kebakaran Budi Pekerti ini, mengaku setiap tahun tidak pernah absen menjual kue bulan. Ia memiliki langganan tetap yang tidak hanya berasal dari Pontianak tetapi juga dari luar kota bahkan ada yang dari luar Kalbar.

"Langganan saya sudah cukup banyak, harga satu kotak kue bulan dimulai dari harga Rp 30.000 sampai dengan harga Rp 90 ribu per kotak dan rasanya beragam. Ada yang berisi telur, kacang hijau, sayuran serta ada yang tanpa isi," ujarnya.

Kendati demikian, Asua mengaku pembeli tahun ini tidak seramai dengan tahun lalu. Menurutnya, tahun ini dipengaruhi musim buah yang bertepatan dengan perayaan festival kue bulan sehingga banyak langganan memilih membeli buah daripada kue bulan.

Sementara pewaris Toko Hong Hak, spesialis Kue Bulan di Jl Gajah Mada No 55 Pontianak, Tan Kim Hai, mengatakan Kue Bulan hasil produksinya tidak hanya dipasarkan di Pontianak dan sekitarnya tetapi hingga ke Pulau Jawa.

"Proses produksi Kue Bulan Hong Hak masih menggunakan cara tradisional sehingga mempunyai khas tersendiri. Hal ini yang membuat kue kita digemari oleh pelanggan selain kualitas yang selalu dijaga," tutur Tan Kim Hai, pewaris generasi ketiga ini.

Ia menceritakan, Kue Bulan yang terbuat dari tepung terigu dan dipanggang ini memiliki rasa dan bentuk yang beragam. Di antaranya La Pia atau Gwek Pia yang memiliki tiga rasa Tau Sha (kacang hijau), Cui Cia (buah kundur), dan Bu Tang Chai (sayuran).

Selain itu, ada juga Kho dan Ma Kau Pia yang terdiri dari Go Jin dan Tau Sha, serta ada yang terbuat dari ketan putih dan hitam yang berisi kacang hijau.

Kue Bulan yang mempunyai berbagai bentuk dan ukuran ditawari dengan harga yang bervariasi. Satu di antaranya La Pia dijual dengan harga Rp 90 ribu per kotak yang berisi dua buah. (steven greatness/tribun pontianak)

Jumat, 09 September 2011

Rakit Sendiri Norton 56


Eko Norton. Begitulah kira-kira, biker Kalbar memanggilnya. Bukan kebetulan disapa denan embel- embel Norton. Sebab Eko memang punya motor lawas keluaran Inggris tersebut. Di garasi rumahnya di Jl Perdana, tersimpan motor-motor Eropa lainnya.

Kesukaan mengkoleksi dan merakit motor antik, sudah dilakukan pria penggila motor antik ini, sejak 2002. Hunting motor antik dari satu daerah ke daerah lain, merupakan hobi Eko hingga saat ini.

"Kalau ada informasi dari kawan-kawan ada motor antik, saya segera untuk hunting ke lokasi," ungkap Eko kepada Tribun di kediamannya, baru-baru ini.

Norton 1956, motor antik buatan Inggris ini, adalah satu di antara koleksi motornya. Ia mengatakan, awalnya motor tersebut kondisinya tidak seutuh seperti sekarang.

"Waktu itu keadaannya masih berantakan. Hanya mesin dan rangka saja. Masih belum bias dikendarai," paparnya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, ia pun merakitnya menjadi sama seperti aslinya motor itu. Kebanyakan semua koleksi motor antiknya adalah hasil rakitannya sendiri. "Ada kepuasan sendiri bagi saya ketika merakit sebuah motor," ujarnya.

Dengan merakit sendiri, menurutnya, lebih mudah mengetahui masalah yang terjadi pada motor. "Kita bisa tahu di mana letak rusaknya atau masalahnya. Sehingga bisa memperbaiki sendiri," terangnya.

Dia mengenang, selesainya pembangunan bagian-bagian motor tersebut, bertepatan dengan malam takbiran saat lebaran tahun lalu.

"Pengerjaannya awal puasa dan jadi pas malam takbiran. Senang rasanya. Jadi motor serasa ikut lebaran juga," tuturnya sambil tertawa kecil.

Ia menjelaskan, kelebihan Norton 1956 miliknya terletak pada posisi rem di sebelah kiri. Transmisi terletak di sebelah kanan. Setangnya lebar, sekitar 50 sentimeter.

Lampu depannya sebesar lampu mobil tua. Selain itu bentuk tangkinya juga unik berbentuk bulat.
Jika mengendarai motor tua itu, Eko mengaku sangat enjoy.

"Kalau touring pakai motor ini enak sekali. Akselerasi dan kecepatannya enak banget. Walaupun motor tua dan antik, tapi tetap enak dikendarai pada jarak jauh," ucapnya.

Meski buatan tahun 1956, Eko mengaku, Norton miliknya tidak pernah rewel atau rusak. Ia rajin mengganti oli motor.

"Tergantung pemakaian, kalau sering memakainya, tentu saja saya harus sering mengganti olinya," katanya. (mirna/tribun pontianak)