Rabu, 28 Desember 2011

Motor Rongsokan Rp 710 Juta


Jika dilihat sekilas, motor ini seperti barang rongsokan. Tapi, siapa sangka motor yang sudah berkarat tersebut punya nilai 50 ribu pounds atau sekitar Rp 710 juta jika dilelang.

Motor baheula itu adalah Indian Camelback produksi 1906 atau salah satu motor mesin pertama yang pernah dibuatn. Tak heran motor ini menjadi buruan para kolektor kelas kakap.

Motor tersebut langka lantaran hanya diproduksi 1.698. Karena kondisinya yang masih asli, motor ini pun bisa dihargai 50 ribu pound.

Motor ini memiliki silinder tunggal dengan kecepatan maksimum 30 mph atau 50 kilometer per jam. Para kolektor mengincar motor tersebut bukan karena kecepatannya, melainkan lantaran karena antik.

Motor itu dimiliki keluarga du Pont yang membelinya dari Indian Motorcycle Manufacturing Company. Motor tersebut terakhir kali melintas di jalan raya pada 1970-an.

Siapa pun yang membeli mesin antik ini kemungkinan harus mengeluarkan sedikit upaya agar motor tersebut bisa menyala. Namun, upaya restorasi motor ini diperkirakan bisa mengurangi nilainya.

Indian Camelback merupakan seteru kental Harley Davidson. Akan tetapi, perusahaan yang membuat Indian Camelback, Indian Motorcycle Manufacturing Company, bangkrut pada 1953.

Motor ini memiliki sistem pengereman yang unik. Untuk menyetop motor tersebut, dibutuhkan sepatu dengan paku di bawahnya.

Motor tersebut bakal dilelang di Bonhams di Las Vegas, Amerika Serikat, pada 12 Januari 2012. "Motor ini banyak diminati karena kondisinya. Upaya untuk memoles motor ini justru akan menurunkan nilai jualnya," kaya Ben Walker dari Bonham. (disadur dari tempo.co)

Selasa, 13 Desember 2011

Durkopp Diana Bangkit dari Kubur


Sebelum pulang kerja, saya iseng-iseng searching tentang informasi motor antik. Saat tanya Mesin Paman Google, ternyata ketemulah blog milik rekan-rekan KISS Manado, http://kissmanado.blogspot.com.

Saya tertarik dengan informasi yang dibeberkan mengenai proses pencarian Durkopp Diana 1957 berkapasitas 200 Cc. Apalagi jenis motor Jerman yang satu ini, juga tergolong langka. Sulit sekali mencari referensinya di Tanah Air.

Sementara bagi pecinta scooter, keindahan dan keelokan Diana luar biasa. Untuk itulah, saya jadi ingin menyebarkan informasi tentang Durkopp Diana lewat Gilaontel.

Info adanya motor tua buatan jerman telah tercium oleh Bro Naryo sejak tahun 2000. Saat itu kondisinya 100 persen baik. Sayang, motor antik tersebut tidak akan dijual pemiliknya.

Bro Naryo, seperti juga para pemburu sepeda motor tua, punya sifat pantang menyerah. Ia pun kembali pada 9 desember 2008. Ia ditemani assistenya, Arthur. Mereka terkejut karena Durkopp Diana, sudah dalam kondisi sangat memprihatinkan.

Diana di letakkan di dekat sumur yang sudah berlumut. Hanya ditutupi selembar seng. Diana diapit oleh tumpukan batu bata merah yang juga dipenuhi lumut. Boks kiri dan kanan sudah terlepas. Bahkan, beberapa bagian boks sudah keropos dan berlubang.

Lampu yang yang bulat cantik juga terlepas. Begitu juga dengan setang. Jok juga hanya menyisakan plat saja sedangkan busanya habis di makan hujan dan panas. Namun, mesinnya masih terlihat utuh. Begitu juga dengan tebeng kiri dan kanannya yang masih terlihat gagah.

Ternyata sang pemilik belum menyadari untuk merawat motor berharganya itu. Hampir saja, Durkopp Diana jadi abrang kiloan karena kondisinya sudah karatan semua. Ada beberapa bagian yang sudah hilang karena telah diambil pengepul besi tua.

Misalnya, penutup klakson, jok depan, pelek depan dan belakang. Sedangkan stang stir sebelah kanan dibuat gagang pisau dapur. Sementara sekitar 90 persen onderdil dan penampilannya masih lengkap.

Menurut pemiliknya, Durkopp Diana ini hadiah dari seorang pastor kepada assistennya. Pastor itu memberinya dua sepeda motor Jerman. Masing-masing Durkopp Diana Tahun 1957 dan sepeda Solex 1963.

Kini, di tangan dingin dan kreatif Cak Naryo di Wonasa Kapleng, Manado, Si Seksi Durkopp Diana, sudah bangkit dari kubur. Kondisinya sangat layak lihat dan layak jalan. Siapa pun yang memandang, pasti tak menyangka jika Diana sudah nyaris hilang tinggal nama. (haysim ashari)

Sabtu, 10 Desember 2011

Berawal dari Rangka Gosong


* Lady Biker BSA 250

Di Pontianak, Kalimantan Barat, motor antik tidak hanya memikat kaum lelaki. Bahkan, seorang remaja putri, Uly (19), sudah kepincut dengan pesona produk-produk keluaran Inggris. Ia pun melirik Birmingham Small Arm (BSA) C15.

Mahasiswi Jurusan Komputerisasi Akutansi di Bina Sarana Informatika (BSI) Pontianak, ini mengaku bangga menjadi lady biker. Pasalnya, untuk cewek seusianya, jarang sekali yang punya motor antik.

"Awalnya saya tertarik motor antik karena tertular akan hobi Abang saya. Ia suka membangun dan mengkoleksi motor-motor antik," kata Uly kepada Tribun Pontianak, Selasa (6/12/2011).

Ia menceritakan butuh waktu setahun untuk membangun BSA 250 cc tersebut. Di awali dari sebuah rangka. Meski lengkap, namun rangka dalam keadaan gosong.

"Yang bangun motor ini dari rangka sampai menjelma utuh BSA, Abang saya. Ia jago dalam hal membangun motor antik. Saya sih hanya hunting sparepart-nya," ujarnya.

Menurut Uly, jika membangun motor dari rongsokan, kita akan lebih tahu karakter motor. Dengan demikian akan sangat sejiwa saat mengendarainya. Sebab butuh kesabaran menunggu sampai motor impian benar-benar terwujud.

Tidak hanya itu, karena tahu sejak awal, maka akan memudahkan jika dikemudian hari ditemukan kerusakan atau masalah seputar pengapian dan sebagainya. Berbeda jika membeli motor dalam keadaan siap pakai.

Soal rangka, Uly menjelaskan seluruhnya dalam keadaan gosong seperti habis terbakar.

"Mungkin motor itu yang punya rumahnya mendapat musibah kebakaran, yang di dalam garasinya terdapat motor itu," ujarnya.

Dia menjelaskan, motor ini enak diajak lari, alias ngebut. Karena motor ini memiliki stroke atau langkah yang pendek, jadi untuk mencapai akselerasi lebih cepat, ketimbang varian BSA lainnya, yang memiliki stroke lebih panjang.

Namun, menurutnya kekurangan motor ini masih menggunakan sistem pengapian platina. "Dan platinanya berada di luar dengan tutup yang saya rasa belum sempurna. Bila hujan, si platina sering terkena air, jadi motor suka mogok," kenang Uly.

Uly menjatuhkan pilihan ke BSA C15 karena ukurannya yang lebih kecil. Cocok untuk dirinya ketimbang varian motor BSA lainnya seperti B31 atau M20. Itu alasan kenapa akhirnya ia membangun C15.

Ia menjelaskan setelah di restorasi pada 2005 sampai sekarang, belum ada kerusakan yang berarti.

"Rewel sih enggak. Perawatannya mesti rutin ganti oli supaya semua logam yang bekerja di dalam mesin terlumasi," ucapnya.

BSA C15 miliknya itu sudah sering dibawanya touring. "Motor itu udah saya pakai jalan-jalan ke Sintang, Tanah Itam, Sambas, dan kota-kota lainnya di Kalimantan Barat," ucapnya bangga. (mirna)

Spesifikasi

Merk: BSA (Birmingham Small Arm)
Produksi: Tahun 1959
Type/seri: C15
Kapasitas: 250cc
Tipe Mesin: Monoblok
Cylinder (satu): OHV
Velg: 17 inchi
Knalpot: Freeflow

Sabtu, 03 Desember 2011

Tak Sabar Geber AJS Chopper


Butuh lima bulan bagi Yuswardhi, motorist antik Pontianak, Kalbar ini, membangun motor idamannya. Adalah mesin Albert John Steven (AJS) berkapasitas 350 cc yang jadi pilihan. Namun, ia mengesampingkan tampilan classic yang biasa dipertahankan pecinta motor Inggris.

Yus, begitu ia disapa, ingin memuaskan hasratnya dengan membangun motor chopper. Maka mulailah dilakukan selain membenahi mesin biar sehat, juga membangun rangka yang diinginkan. Rupanya, tahapan itu membutuhkan kesabaran dan biaya yang lumayan besar.

Tidak kurang, sekitar Rp 20 juta ia gelontorkan agar AJS bisa menjajal aspal. "Ketika membangunnya, saya tidak sabar untuk segera menggebernya. Ingin cepat-cepat memakainya," kata Yus kepada Tribun Pontianak di kediamannya, di kawasan Tani Makmur, Kamis (01/12/2011).

Pengerjaan yang hati-hati dan teliti dilakukan agar motor tidak hanya sekadar bisa ditunggangi. Ia paham betul, kuda besi Eropanya kelak harus memberikan rasa nyaman dan kepuasan ketika mengendalikannya.

"Motor chopper ini punya nilai plus bagi saya. Membuat saya lebih percaya diri ketika mengendarainya. Kalau naik motor ini, benar-benar naik motor rasanya," ujar Yus.

Ia menambahkan motor tersebut sengaja diubah menjadi chopper agar tampilannya ekstrem. "Kiblat motor saya ke arah ekstrem. Saya suka dengan yang berbau ekstrem. Makanya, sayapun memilih mengubahnya menjadi chopper," ujar anggota Brotherhood Pontianak ini.

Ia pun memastikan rangka chopper yang dibangunnya bisa menopang performa kapasitas AJS yang besar. Sebab, AJS buatan 1952 ini, tidak nyaman dikendarai dengan kecepatan pelan. Biasanya, ia membawa AJS dengan kecepatan rata-rata 80 kilometer per jam.

"Motor ini sedikit berat. Kapasitas mesinnya cukup besar, 350 cc. Jika pelan-pelan akan terasa berat. Tapi jika dengan kecepatan lumayan tinggi, jadi enak dan nyaman dikendarai," imbuhnya.

Meski mengalami ubahan, namun Yus mempertahankan orisinalitas mesin AJS. Seperti layaknya motor Eropa, terutama Inggris, rem tetap di sebelah kanan dan gigi di sebelah kiri. Gerbox juga mempertahankan bawaan aslinya.

Hanya, sistem pengapian yang menjadi perhatian serius Yus. Sistem pengapian AJS bawaan, diubahnya dengan spul thunder magnet Mio. "Pengapiannya jauh lebih bagus, bandel," jelas Yus.

Sistem suspensi motor ini terletak pada jok. Ia tidak menggunakan shock belakang, sehingga sistem kerjanya mengandalkan per di bawah jok.


Motor ini hanya akan mampu menopang bobot seberat pemiliknya. Yaitu sekitar 85 kilogram. Jika lebih dari itu, menurut Yus, motornya tidak mampu berjalan atau tidak bisa dikendarai. Namun, AJS chopper itu sudah diajaknnya mengarungi hingga ke Riam Merasap.

Hobi memodifikasi motor antik, telah dilakukannya sejak Yus masih duduk di bangku SMA. Motor antik, menurutnya sangat unik dan berbeda dibandingkan motor lainnya.

Ia mengatakan lebih percaya diri naik motor antik ketimbang mengendarai kendaraan lainnya. Walaupun hobinya ini boleh dibilang lumayan menguras kocek, tapi istrinya tidak pernah protes.

Justru sang istri mendukung dengan hobinya yang satu ini. "Istri saya sudah mengerti akan hobi saya. Sejak pacaran sampai menjadi istri, dia sudah memaklumi hobi saya ini," ucapnya. (mirna)

Spesifikasi
Ban: Stronghold, 150/70-21 (depan) dan Trakmax , 150/70-17 (belakang)
Setang: Apehanger
Rangka: Custom
Shock depan: TS
Tangki depan: Custom
Tangki oil: Filter oil army
Spakbor belakang: Custom
Gir depan dan belakang: Custom
Mesin: 350 cc
Modifikator: Kiky, Bengkel Brotherhood, Jl Ayani Pontianak

Jumat, 02 Desember 2011

Vespa Klasik dan Pesona Pulau Dewata












Tanggal 25-27 November saya mengunjungi Bali. Saya diundang XL North Region untuk kegiatan Media Gathering. Ada sekitar 30 jurnalis yang diundang untuk melihat pencapaian XL dan pesona Pulau Dewata.

Selama di Bali, saya menginap di Hotel Spacio di Jl Dewi Sri, Kuta. Begitu tiba di halaman hotel, setelah dijemput di Bandara Ngurah Rai Bali, mata saya langsung tersedot oleh deretan motor butut di samping hotel.

Motor-motor butut itu di antaranya, Honda S 90, Vespa Spint, Honda GL 100, dan banyak lainnya. Karena penasaran, saya tidak lekas masuk hotel. Melainkan melihat dari dekat motor-motor era 70 an tersebut.


Ternyata tempat di mana motor-motor buruk rupa itu adalah sebuah bengkel. Namanya bengkel Island Vespa Classic Bali di Jl Dewi Sri Nomer 20 Kuta. Saya kaget begitu masuk ke show room bengkel yang digawangi Boman dan Rinto tersebut.

Di show room berukuran sekitar 4 meter x 8 meter tersebut, berjejer rapi berbagai jenis Vespa klasik. Entah berapa jumlahnya saya tidak tahu persis karena tidak menghitungnya. Yang jelas, kiri kanan show room penuh dengan Vespa yang seksi dan montok.

Sepenglihatan saya, mayoritas didominasi Sprint berbagai type, Super, Bajaj, dan Kongo. Motor- motor buatan Italia itu, dicustom klasik. Mempertahankan bentuk orisinalitas dengan berbagai warna cerah yang menarik.

Selebihnya, motor dipasangi berbagai aksesoris untuk mempercantik penampilan. Ada foot steep racing, spion bulat, guard spakboard depan belakang, juga guard bodi. Beberapa aksesoris itu, ada yang dibuat sendiri para mekanik, ada juga yang dibeli di agen-agen sparpat Vespa di Bali.

Tidak sekadar mempertahankan gaya klasik, sebuah Kongo warna hitam dop, dimodifikasi dengan dibuatkan zespan di sisi sebelah kiri. Zespan yang dikerjakan Boman itu, terlihat sangat rapi. Terutama bagian sambungan dan pengelasan. Cat juga sangat halus.

Sebuah lampu cantik dimodifikasi Boman di bagian roda Zespan. Sepintas, mengingatkan saya akan Zespan BSA M20 atau BMW R25.

Sambil kenikmati semangkuk bakso di depan bengkel, saya kemudian meminta izin kepada Boman dan Rinto mengambil gambar. "Semua motot di sini sudah laku terjual. Itu punya orang semua. Harganya rata-rata Rp 12 juta," kata Rinto.

Saya kaget karena di Pontianak harganya tidak setinggi itu, kecuali untuk Kongo. Yang membuat saya tambah kaget, rupanya Boman, mekanik yang punya tubuh gempal ini, pernah merambah Kalimantan Barat.

"Saya bekerja di Malaysia. Saat liburan, saya bersama teman pergi ke Sambas, Pontianak, dan Desa Jawa Tengah di Sungai Ambawang," ucap Boman tersenyum.

Ia kemudian memutuskan pergi ke Bali dan membuka bengkel Vespa bersama teman-temannya. Ia mengatakan, masih banyak Vespa klasik yang bisa dijumpai di Bali meski kondisinya kadang memprihatinkan.

Bersama teman-temannya yang lain, Boman menyulap Vespa yang sudah mulai ditinggalkan itu, layaknya baru keluar dari pabrikan di Italia. Bagus, mulus, terawat, tinggal geber. Wajar, karena di belakang show room, terdapat workshop cukup luas untuk mempermak Vespa karatan menjadi cantik nan menawan.

Bravo buat Boman, Rinto dan Island Vespa Classic Bali. Benar-benar scooterist sejati. Berharap bisa bertemu kembali di lain kesempatan. Thanks atas keramahtamahan kalian. (hasyim ashari)

Senin, 03 Oktober 2011

Komunitas Sepeda Santap Nagasari


Sekitar 1.000 pecinta sepeda dari berbagai komunitas sepeda menggelar halalbihalal di Area Car Free Day Pontianak, Jl Ahmad Yani, Minggu (2/10) pagi. Acara tahunan yang digagas Sepeda Onte Kalbar (Sepok) ini, dibuka Wakil Wali Kota Pontianak, Paryadi.

Dalam kesempatan tersebut, mereka menyantap berbagai kue tradisional Pontianak. Mulai dari ketupat, nagasari, korket, apam, arem-arem, dan masih banyak lagi. Acara juga diisi tari-tarian dari mahasiswa FKIP Untan, serta hiburan musik dari Komunitas Fixie Pontianak.

"Dari hari ke hari sudah semakin banyak masyarakat yang mengunakan sepeda engkol. Baik untuk berolahraga maupun untuk bekerja. Untuk itu, Pemkot sedang berusaha menyediakan tempat para pengguna sepeda berupa Car Free Day di tempat lain dan jalur pesepeda di jalan raya," kata Paryadi.

Wacana tersebut disambut baik para pecinta sepeda. Sebab, bisa mengakomodir pesepeda. Sementara itu, Ketua 1 B2W Pontianak, Bahri, kembali mengingatkan bersepeda minimal sepekan sekali selain membuat badan sehat, menghemat BBM, juga bisa menambah teman. "Mari kampanyekan hidup sehat dengan bersepeda," ujarnya.

Ia menuturkan ada beberapa komunitas yang tidak bisa bergabung karena ada kegiatan lain. Di antaranya Fun Bike TNI AL dalam rangka HUT ke-66 TNI. Bahri juga mengucapkan terimakasih atas dukungan Sound System dari PLN Area Pontianak, Jaya Khatulistiwa Bike, dan PT Indosat. (hasyim ashari/tribun pontianak)

Minggu, 02 Oktober 2011

Motorhead Buka Chapter Singkawang


Dua puluh lima anggota Motorhead Chapter Singkawang berkumpul di SPBU AKR, Jl Ratu Sepundak, Singkawang, Sabtu (1/10) sore. Mereka sedang menunggu kedatangan rombongan Motorhead MC West Borneo datang dari Pontianak.

Beberapa saat menunggu, akhirnya rombongan yang dipimpin Nadi Rusanto itu tiba. Mereka langsung disambut Pembina komunitas motor antik di Singkawang, H Suwisno, yang mendampingi Motorhead Chapter Singkawang saat itu.

Motorhead MC West Borneo sengaja datang ke Singkawang, untuk meresmikan Motorhead Chapter Singkawang. Peresmian ditandai dengan penyematan pin kepada Ketua dan Wakil Ketua Chapter Singkawang, Erit Suryadi dan Sumarno.

Ketua Harian Motorhead MC West Borneo, Nadi Rusanto, mengatakan Motorhead Chapter Singkawang adalah yang kedua di Kalbar. Sebelumnya, dia juga telah meresmikan Motorhead Chapter Peniti, Kabupaten Pontianak.

Secara keseluruhan, saat ini Motorhead MC West Borneo telah memiliki 150 penggemar sepeda motor antik, sebagai anggotanya. Dengan tujuan kemajuan dunia otomotif Kalbar, Nadi Rusanto mengatakan, Motorhead akan terus melakukan perekrutan anggota.

Melalui Motorhead, Nadi Rusanto berharap bisa mempersatukan komunitas motor antik dan komunitas otomotif di Kalbar. Meski peminat motor unik varian Eropa dan Amerika masih sedikit sekali, dia optimistis Motorhead akan terus berkembang.

Anggota Motorhead Chapter Singkawang punya agenda rutin kongkow di sekretariatnya di SPBU AKR, Jl Ratu Sepundak, pada Rabu malam. Namun Nadi menegaskan, kegiatan Motorhead bukan hanya sekedar kongkow-kongkow atau touring.

Beberapa kegiatan sosial juga menjadi agenda Motorhead. Termasuk juga mempromosikan potensi wisata yang ada di Kalbar. Peresmian Motorhead Chapter Singkawang sore itu, ditutup dengan ramah- tamah antaranggota dan konvoi keliling Singkawang. (arief purnomo/tribun pontianak)

Brotherhood West Borneo Diresmikan













Pertahanan terakhir negara kita adalah persaudaraan merupakan moto yang selalu dipegang Bikers Brotherhood Motor Club (MC).

Bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila, diresmikan Bikers Brotherhood MC Checkpoint Borneo di halaman Duck Cafe, Jl Ahmad Yani Pontianak, Sabtu (1/10).

"Karena kita tinggal dinegara yang sama, pastinya kita memiliki visi yang sama meski berbeda klub. Benteng yang paling kuat dan terakhir adalah persaudaraan. Rasa persaudaraan itu jangan dinilai dari materi, tapi komitmen saling mendukung," kata El Presidente Bikers Brotherhood MC, Budi Dalton, kepada Tribun.

Peresmian Bikers Brotherhood MC Checkpoint Borneo dihadiri lebih dari 20 motor club se-Kalbar, di antaranya Yamaha Vixion Club, King Rattle Club, Byonic, Pontianak Tiger Club, Pontianak Moto Club dan Ninja Community.

"Meski kita berbeda uniform, tapi kita bersaudara. Ini juga sebagai sindiran pada meraka yang menganggap para bikers begini dan begitu. Tapi kenyataannya, kalau kita sudah berada di dalam, maka yang ada rasa bersaudara sesama bikers dan itu sangat kuat. Anggota kita juga ada yang polisi, tentara, pejabat, pegawai, mahasiswa, pengusaha dan banyak lainnya," ujar Budi yang terbang langsung dari Bandung.

Saat ini, Bikers Brotherhood MC sudah 23 tahun berkiprah. Terdapat tujuh cabang atau mereka sebut chapter yakni Lombok, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Bandung. Tidak hanya itu, juga terdapat sembilan checkpoint se-Indonesia.

Budi mengatakan, club Brotherhood yang akan menjadi chapter harus melalui tahapan panjang dan ketat, dimulai dari checkpoint.

"Untuk jadi sebuah chapter, setidaknya harus memenuhi syarat seperti salah satunya memiliki enam orang yang tergabung dalam Mother Chapter di Bandung," terangnya.

Yang paling utama, ditambahkannya yakni biker tidak lepas dari lalu lintas dan motor. Selain memiliki hukum adat sendiri, seorang bikers juga tidak lepas dari peraturan pemerintah mengenai lalu lintas.

Sementara itu, Ketua Bikers Brotherhood MC Checkpoint Borneo, Kiky Prabawa, mengharapkan dengan acara yang baru pertama kali digelar in dapat menyatukan semua biker di Kalbar.

"Klub motor hanya media saja dan titik beratnya adalah rasa persaudaraan dan sikap nasionalisme. Ini yang menjadi semboyan dari Bikers Brotherhood," ucapnya usai melakukan rolling city.

Tepung tawar, tarian Dayak memeriahkan peresmian Bikers Brotherhood MC Checkpoint Borneo. Perwakilan dari Ditlantas Polda Kalbar juga menghadiri peresmian itu. Puncak kegiatan dimeriahkan sexy dancer, band rock battle, fashion show, live music, parade band, dan games. (pontiana banjaria/tribun pontianak)

Sabtu, 24 September 2011

Dua Honda XL 125 Favorit


Menunggangi motor berbodi dan ber CC besar, itu sudah biasa. Karena bagi Dwi Sutiono dan Tri Prihantono, yang harus menjadi tunggangan itu harus beda dan istimewa.

Jadilah 2 bersaudara ini mengoleksi motor-motor antik alias tua-tua keladi makin tua makin jadi. Seperti satu di antaranya yang menjadi favorit dua saudara ini adalah Honda XL 125 tahun 1975.

Untungnya hobi mereka ini di dukung sang ayah, Margono, yang juga menyukai motor-motor sejenis. "Biar kita banyak duit, kalau enggak ada motornya juga susah. Tidak seperti motor sekarang, pasarannya jatuh. Kalau motor klasik makin mahal harganya," kata Margono.

Motor Honda XL 125 ini memiliki arti penting bagi mereka, karena mendapatkan ke duanya dengan ketidaksangajaan. Dan lebih istimewanya lagi, hanya ada 5 motor jenis tersebut di Pontianak.

"Nemunya enggak disengaja. Waktu bapak ikut MTB ke Singkawang, dari ngobrol-ngobrol, ternyata masih ada yang nyimpan. Kita buru lah tempatnya dan ketemu. Dijualnya Rp 800 ribu," tutur Tri.

Saat ditemukan, motor ini jauh dari kondisi sempurna. "Ya, kayak besi rongsokan lah. Kalau orang yang enggak tahu motor ini, pasti tak hirau. Saya lihat, benar dan original. Tinggal kita poles dan nambahin komponennya yang belum lengkap," tambahnya.

Menurut pemiliknya yang dahulu, motor tersebut digunakan sebagai motor pemadam kebakaran di lahan pertanian. Oleh pemiliknya ketika itu, motor tersebut digunakan untuk jual minyak. Jadi meski sudah seperti rongsokan dan tak berbentuk, mesinnya masih oke.

Lain lagi kembarannya Honda XL 125 putih. Motor yang sangat eksis di era Roma Irama dan Achmad Albar ini ditemukan di Sanggau. "Sama, enggak beda jauh. Sudah enggak ada model lagi. Karat di mana-mana," timpal Dwi.

Bagi dua saudara ini, memiliki bahkan mengoleksi jenis-jenis motor klasik membuat beda dari pengguna motor kebanyakan. "Nanti kita juga mau turing ke Kalteng. Sudah sering ikut turing pakai motor ini. Karena sesuai ya, jenis motor dengan medannya, motor trail," katanya.

Kalau mau di hitung-hitung, harga motor ini tidak ternilai. Meski banyak yang mencari dan ingin membelinya, keduanya enggan melepaskan si tua-tua keladi ini.

Kedua motor yang dimilliki Tri Dan Dwi tersebut, hampir semuanya memakai komonen original. Hanya pada stang, si klasik merah yang custome. (tribunpontianak/pontiana banjaria)

Spesifikasi :
Tipe : Honda XL 125
Mesin : CG 125 E
Ban : 275x21 (depan) dan 275x18 (belakang)
Knalpot : Krizman spark arrester 305 US PAT
Kapasitas mesin : 125 cc
Komponen lain : Original Hondal XL 125

Jumat, 16 September 2011

Jalan Hidup Empat Asasi



* Brotherhood MC Borneo Indonesia

Komunitas Biker Brotherhood MC Borneo Indonesia adalah komunitas motor tua di Kalimantan Barat. Aktivitasnya tak sekadar doyan nyemplak motor tua, konvoi, dan nongkrong di berbagai tempat. Namun, banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan.

"Di antaranya kita diajarkan bagaimana cara mengendarai motor dengan baik. Mereka yang memiliki keahlian sesuatu, kita satukan di sini untuk organisasi," kata Kiky Prabawa, Staatsman Biker Brotherhood MC Borneo Indonesia, kepada Tribun Pontianak, belum lama ini.

Keberadaan komunitas ini, menurutnya, bertujuan untuk menyatukan Indonesia dengan moto Benteng Pertahanan terakhir NKRI dengan persaudaraan. Sudah setahun Biker Brotherhood MC Borneo Indonesia terbentuk. Kini anggotanya mencapai 21 orang.

Untuk menjadi anggota, syaratnya tentu harus memiliki motor antik. Baik itu buatan Eropa maupun Amerika. Di samping itu harus mematuhi peraturan yang berlaku di komunitas.

Seperti induknya, Biker Brotherhood, Biker Brotherhood MC Borneo Indonesia, juga memiliki tingkatan kelas untuk anggotanya. Mulai dari Prospect, Virgin, dan Life member.

Mereka yang baru masuk atau diistilahkan bayi baru lahir, dinobatkan sebagai Prospect. Lebih tinggi dari itu atau tingkatan keduanya adalah virgin.

Sedangkan mereka yang sudah dinyatakan menjalankan empat asasi di lingkungannya, akan dinobatkan menyandang Life Member. Empat asasi itu adalah loyal, respect, pride, dan honor.

Kiky menjelaskan untuk naik tingkatan, pada dasarnya ditentukan berdasarkan loyalitasnya terhadap komunitas dan keluarga atau lingkungan sekitar. Artinya akin loyal akan semakin tinggi tingkatan yang disandang.

Mereka yang lama bergabung di komunitas, tidak menjamin untuk menyandang predikat hingga tingkatan tinggi. Predikat tersebut dinobatkan berdasarkan penilaian dan pengawasan dari vigillante atau pengawas.

Rencannya pada 1 Oktober 2011 yang bertepetan dengan Hari Kesaktian Pancasila, mereka akan memperingatinya dengan melakukan upacara bendera di depan sekretariat mereka. "Kita akan melakukan deklarasi sekretariat," ujarnya.

Beberapa hiburan turut menghibur dalam peringatan tersebut. Semua klub di Kalbar akan diundang pada acara itu.

Persaudaraan Kental

Abu, satu di antara anggota Brotherhood, mengungkapkan komunitas ini mengajarkan sesuatu yang sangat berarti dalam hidupnya.

"Di sini persaudaraan dan kekeluargaannya sangat kental. Tidak ada yang membedakan satu sama lain, semuanya sama," kata Abu.

Ia merasakan sangat enjoy atau menikmati ketika bergabung di komunitas ini. "Di sini adalah keluarga kedua bagi saya," ujarnya.

Abu menambahkan, komunitas juga dapat menjadi peluang usaha bagi anggota yang lain. Misalnya ada yang bisa buat pin atau sebagainya, kemudian dijual, dan dimanfaatkan untuk organisasi.

Hal senada diungkapkan Ewin, anggota yang memiliki predikat virgin itu mengutarakan Brotherhood adalah tempatnya untuk menyalurkan hobinya.

Dirinya yang suka berkendara dengan motor antik, dan bertemu dengan teman-teman satu selera, membuatnya merasa nyaman.

Jika mereka naik motor, tak heran menjadi perhatian orang banyak. Karena selain tampilan motor yang antik, suara motor yang nyaring membuat orang sekitar mengalih perhatian kepada mereka.

Saat berkendara mereka diwajibkan untuk memakai rompi yang terdapat atribut Brotherhood. Rompi tersebut bukan sekedar rompi gaya-gayaan. Tapi rompi seragam mereka. Atribut yang dipasang pada rompi sebagai identitas mereka di komunitas.

Kenalkan 4 Asasi

Berkendara dengan motor antik merupakan kegemaran Kiky. Baginya, sangat berbeda ketika naik motor antik dibandingkan motor lain. Ada kepuasaan tersendiri ketika menungganginya.

Untuk menyalurkan hobinya tersebut, ia bersama teman-teman komunitasnya, menulusuri jalan hingga ke luar Kota Pontianak dengan Norton, motor antik miliknya.

"Saya suka ngumpul bareng teman-teman sehobi. Rasanya berada di keluarga sendiri," ungkap Kiky kepada Tribun di sektreatariat Biker Brotherhood MC Borneo Indonesia.

Di komunitas ini, ia dipercaya sebagai Staatsman. Baginya perananan yang diembannya tersebut tidak mudah seperti membalikkan telapak tangan. Banyak tantangan yang harus dihadapinya.

Kiky menjelaskan, dirinya harus bisa menerangkan kepada para anggota akan empat asasi yang berlaku di komunitas.

"Untuk membuat mereka paham pastinya tidak mudah. Empat asasi yang berlaku di lingkungan kami, harus mereka dapat, pahami, dan terapkan dalam kehidupan," paparnya.

Selain itu, menurutnya, memperkenalkan komunitas ke aparat dan instansi pemerintah juga menjadi bagian peran yang harus dilakukannnya. "Kita ingin Brotherhood dapat mengembangkan sayapnya," ucapnya.

Karena sekretariat mereka baru dibangun, makanya ia mau tidak mau harus standby berada di tempat.

"Tapi teman-teman biasnya sering juga ngumpul di sini. Saya tidak sendirian. Dari intern kita sih memang harus sering ngumpul," katanya. (mirna/tribun pontianak)

Kamis, 15 September 2011

Koleksi Om Is: Honda hingga Harley


Adalah Iskandar Kristanto yang hobi kumpulkan motor Harley Davidson tua seperti tipe WLA, WL, Sporter dengan tahun pembuatan 1940-1960.

Tak hanya itu, motor Jepang yang branch-nya kondang di Indonesia, seperti Kawasaki, Honda, Suzuki, Yamaha, berbagai tipe antara tahun 1960-1980-an juga dikumpulkan.

Jumlahnya banyak sekali. Mungkin sekitar 100-an unit lebih. Motor-motor dikumpulkan sejak lama dan disimpan pada sebuah gudang belakang bengkel AC Leduwi di Jl MT Haryono 452 Semarang.

Di bengkel itulah Om Is begitu panggilannya, setiap hari terima order perbaiki AC mobil. Tidak sekadar banyak, kondisi motor juga serba komplit.

Bahkan beberapa motor terlihat orisinal seperti di zamannya dulu. Baik cat maupun aksesorisnya. Sebut saja Suzuki GT 380 tahun 1974 yang tampak seperti baru.

Tidak usah heran sampai terbungkus plastik yang tersuplay udara lewat fan. Istilahnya Bubble, tujuannya menghindari debu yang masuk.

Ada pula Vespa lansiran 1962 yang masih baru gress alias belum dipakai. Konon motor berbodi gendut itu sudah diincar lama. Karena memang sudah jodoh, akhirnya motor itu berhasil dimiliki.

Ada lagi unit Yamaha YL 1 lansiran 1966 dan 1968, yang konon pernah menang kontes Yamaha tertua dan akhirnya menghasilkan satu unit Yamaha Vixion baru.

"Kelebihan Yamaha tipe itu, motornya kecil tapi mesinnya twin dengan 2 karburator," kata suami Yenny Ekawati Kuntjoro ini.

Kenapa memilih motor tua? alasannya lebih kepada cerita ketika memperoleh dan membangunnya. Ada kepuasan ketika motor itu akhirnya terlahir kembali seperti masa kejayaannya dulu.

Padahal bukan hal mudah. Apalagi Om Is termasuk anti-pakai peranti non-orisinal. Satu contoh ketika beroleh Harley Davidson WL dan kemudian membangunnya.

"Pistonnya disusupi piston Mazda B600 (kotak sabun). Performanya kurang, pasalnya pistonnya dibubut dan klip pen pistonnya sering lepas. Akibatnya mesin kurang sip. Di situlah tantangannya untuk mencari part orisinalnya dan kemudian merakitnya," papar Om Is berapi-api.

Tidak mengherankan jika berburu sparepart dan mengumpulkannya, masuk jadwal kegiatan Om Is. Ia pun menjadi rujukan mereka yang juga mencari sparepart kategori OEM Harley Davidson tua.

Maksudnya doi sedia sparepart motor legendaris asal Amerika tersebut. Lantas bagaimana perawatan motor-motor itu? "Cukup dibersihkan sajalah," tutupnya singkat.
Sumber: MotoBike

Senin, 12 September 2011

Wagub Christiandy Syukuri Kebersamaan


* Festival Kue Bulan di Kalbar
MASYARAKAT Tionghoa, termasuk di Kalbar, merayakan perayaan Cung Chiu Ciek atau festival Kue Bulan, besok, Senin (12/9). Tradisi perayaan Cung Chiu Ciek diperingati setiap tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek.

Oleh karena itu, masyarakat Tionghoa mulai bersiap diri dan membeli berbagai jenis kue bulan yang tersedia di pasar. Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sanjaya, misalnya mengaku berburu Kue Bulan hingga ke Singkawang.

Padahal, sudah membeli berbagai jenis kue di Pontianak. Kue itu untuk dinikmati bersama keluarga, saudara, maupun kerabat.

"Saya membeli Kue Bulan sampai ke Singkawang. Saat kemarin pulang memperingati 100 hari wafatnya Ibu saya di sana. Kue Bulan di Pontianak juga enak. Masing-masing tempat memiliki cita rasa yang berbeda," tutur Christiandy kepada Tribun, Sabtu (10/9).

Wagub mengaku menyukai jenis Kue Bulan, Go Jin Pia. Ia menilai perayaan Cung Chiu Ciek merupakan tradisi turun temurun yang memiliki nilai positif sehingga harus dilestarikan. Melalui tradisi ini secara ekonomi dapat menghidupkan pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM), baik yang memproduksi maupun yang menjual kue.

Oleh karena itu, perlu didukung dan dipertahankan karena sangat positif dan memberikan nilai tambah untuk pertumbuhan ekonomi. Christiandy menuturkan, hingga sekarang tradisi ini dirayakan bersama keluarganya.

Dalam hal ini, saling membagikan kue bulan kepada yang lebih tua. "Kita tetap merayakan bersama keluarga, dengan cara kumpul dan makan bersama. Perayaan Kue Bulan merupakan hari spesial bagi masyarakat Tionghoa, kita patut bersyukur bisa berkumpul dan makan bersama dengan keluarga, serta kepada yang tua kita antarkan Kue Bulan," paparnya.

Kentalnya hubungan antarsaudara juga dirasakan Ketua DPRD Kota Singkawang, Tjhai Chui Mie. Menurutnya, zaman dulu (perang) kue bulan dijadikan alat komunikasi dengan menyisipkan kertas ke dalam kuenya untuk mengirimkan pesan.

"Sekarang, khususnya bulan ini, kita bisa mengirimkan Kue Bulan untuk saudara yang lebih tua dan kerabat. Sehingga mempererat hubungan saudara dan kerabat yang selama ini mempunyai kesibukan masing-masing," kata Chui Mie.

Wali Kota Singkawang, Hasan Karman, berharap masyarakat Tionghoa tidak sekadar
merayakan festival ini dengan makan bersama dan berkumpul. Namun, perlu juga mengetahui makna yang terkandung dari perayaan ini. Sehingga bisa meneladaninya.

Ketua DPRD Kota Pontianak, Hartono Azas, mengatakan hikmah penting yang bisa diteladani dari Festival Kue Bulan adalah semangat persatuan, kompak, jiwa kebersamaan bisa mewujudkan segala sesuatu.

"Harapan saya agar bangsa kita selalu memperkokoh nilai nilai kebersamaan tanpa melihat asal usul latar belakang yang penting hasil karya nyata bagi kemajuan pembangunan daerah," ujarnya.

Ketaladanan Suami Istri

Wali Kota Singkawang, Hasan Karman, mengatakan ada dua peristiwa yang terjadi mewarnai perayaan Kue Bulan. Pertama, kala itu di antaranya terjadinya perampokan di rumah sepasang suami istri, How Ie dan Chang Er, yang menyimpan benda pusaka berupa pil panjang umur atau pil ke surga yang diberikan kaisar kepada How Ie yang berjasa.

Ketika terjadi perampokan How Ie tidak berada di rumah dan Chang Er takut kehilangan pil itu sehingga ia meminumnya. Alhasih, setelah meminum pil itu roh Chang Er dipercaya naik ke surga dan meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.

Oleh karena itu, setiap hari peristiwa itu, yakni tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek, How Ie membikin Kue Bulan untuk mengenang istrinya. Dari peristiwa itu menggambarkan suami istri yang luar biasa saling mencintai karena takdir buat mereka pisah.

"Dari kejadian itu, dapat dipetik maknanya yaitu kesetiaan suami atau keteladanan suami istri yang perlu dicontohi oleh masyarakat sekarang ini. Apalagi saat ini, suami istri dikit-dikit mau cerai, sehingga cocok dijadikan keteladanan," imbaunya.

Peristiwa kedua adalah pemberontakan di zaman Dinasti Yuan (1271-1368) oleh suku Han terhadap suku Monggol. Pemberontakan terjadi karena suku Han dijajah oleh suku Monggol yang berkuasa kala itu.

Sehingga untuk menggerakan semua suku Han dibikinlah Kue Bulan yang disisipkan kertas berisi pesan agar melakukan perlawanan serentak pada tanggal 15 bulan 8 penanggalan Imlek.

"Dengan demikian, Kue Bulan dapat dijadikan media untuk mengirim pesan agar rasa solidaritas tumbuh untuk melawan penjajah. Untuk masa sekarang perayaan festival Kue Bulan dapat dijadikan semangat persatuan dan kesatuan bangsa untuk melawan korupsi," ujarnya.

Oleh sebab itu, Hasan Karman berharap, setiap ada perayaan etnis Tionghoa dapat diceritakan kembali kepada generasi muda, apa saja asal usul suatu perayaan itu. Karena setiap tradisi Tionghoa banyak mengandung filosofi atau penuh dengan makna dan bangsa akan jadi besar kalau bangsa itu berbudaya.

Pertahankan Tradisi Keluarga

WARGA Tionghoa melakukan sembahyang bulan yang disebut Pai Guek Hua (dialek Tio Ciu), dan Pai Nyiat Fa (dialek Hakka). Pada tengah malam perayaan Festival Kue Bulan atau Cung Chiu Ciek, merupakan satu di antara kebudayaan yang mulai terkikis oleh zaman.

Namun, masih ada warga Thionghoa yang mempertahankannya. Seperti warga Jl Gajah Mada, Gg Gajah Mada III, The Siam Kheng (56). Ia masih mempertahankan ritual Pai Guek Hua atau Pat Nyiat Fa.

Ia mengatakan, tradisi ini sudah dilakukan turun temurun dan merupakan tradisi keluarga atau orangtua. "Ritual ini setiap tahun kami laksanakan dan sudah berlangsung 60 sampai 70 tahun. Sejak orangtua kami masih hidup. Jadi ritual ini termasuk tradisi keluarga," ungkapnya.

The Siam Kheng beralasan kenapa tradisi ini dipertahankan, karena selama melakukan ritual sembahyang pada Dewi Bulan, sangat baik untuk kesehatan dan keselamatan. Sementara anak perempuannya, Lim Ai Cu (33), bertekad akan meneruskan ritual Pai Guek Hua atau Pat Nyiat Fa, yang selama ini digelar oleh orangtuanya.

"Kalau tradisi ini tidak dilanjutkan maka akan berhenti sehingga anak kita tidak akan tahu. Oleh sebab itu, kelak saya akan melanjutkan tradisi orangtua saya ini," ungkapnya.

Ia menambahkan, dengan perkembangan zaman yang serba modern masyarakat mulai meninggalkan hal-hal seperti ini. Padahal ritual ini meruapakan tradisi yang unik sehingga memiliki nilai jual. Melestarikan ritual Pai Guek Hua atau Pat Nyiat Fa termasuk bagian melestarikan budaya Tionghoa, terlepas dari keyakinan akan diberi kesehatan dan keselamatan.

"Saya dari dulu turut melakukan sembahyang dan berdoa pada Dewi Bulan. Dulu saya berdoa minta jodoh dikabulkan, terus minta anak juga dikabulkan. Selama ini apa yang kita doakan selalu dikabulkan, dan terpenting kita minta kesehatan dan keselamatan," ujarnya.

Pedagang Raup Rezeki

FESTIVAL Kue Bulan mendatangkan berkah bagi para pedagang, setiap harinya mendekati hari H, mereka mampu menjual sekitar 300 kotak per harinya.

"Kuenya bermacam-macam dan berbagai jenis. Ada yang menggunakan minyak hewani adapula yang menggunakan minyak sayur khusus untuk yang bervegetarian sehingga bisa dimakan siapa saja. Sedangkan jenisnya ada belasan jenis baik yang diproduksi di Pontianak maupun berasal dari luar seperti Singkawang dan Bengkayang," kata penjual kue bulan, Asua, kepada Tribun, Sabtu (10/9).

Asua yang berjualan di Jl Gajah Mada, tepatnya di samping Pemadam Kebakaran Budi Pekerti ini, mengaku setiap tahun tidak pernah absen menjual kue bulan. Ia memiliki langganan tetap yang tidak hanya berasal dari Pontianak tetapi juga dari luar kota bahkan ada yang dari luar Kalbar.

"Langganan saya sudah cukup banyak, harga satu kotak kue bulan dimulai dari harga Rp 30.000 sampai dengan harga Rp 90 ribu per kotak dan rasanya beragam. Ada yang berisi telur, kacang hijau, sayuran serta ada yang tanpa isi," ujarnya.

Kendati demikian, Asua mengaku pembeli tahun ini tidak seramai dengan tahun lalu. Menurutnya, tahun ini dipengaruhi musim buah yang bertepatan dengan perayaan festival kue bulan sehingga banyak langganan memilih membeli buah daripada kue bulan.

Sementara pewaris Toko Hong Hak, spesialis Kue Bulan di Jl Gajah Mada No 55 Pontianak, Tan Kim Hai, mengatakan Kue Bulan hasil produksinya tidak hanya dipasarkan di Pontianak dan sekitarnya tetapi hingga ke Pulau Jawa.

"Proses produksi Kue Bulan Hong Hak masih menggunakan cara tradisional sehingga mempunyai khas tersendiri. Hal ini yang membuat kue kita digemari oleh pelanggan selain kualitas yang selalu dijaga," tutur Tan Kim Hai, pewaris generasi ketiga ini.

Ia menceritakan, Kue Bulan yang terbuat dari tepung terigu dan dipanggang ini memiliki rasa dan bentuk yang beragam. Di antaranya La Pia atau Gwek Pia yang memiliki tiga rasa Tau Sha (kacang hijau), Cui Cia (buah kundur), dan Bu Tang Chai (sayuran).

Selain itu, ada juga Kho dan Ma Kau Pia yang terdiri dari Go Jin dan Tau Sha, serta ada yang terbuat dari ketan putih dan hitam yang berisi kacang hijau.

Kue Bulan yang mempunyai berbagai bentuk dan ukuran ditawari dengan harga yang bervariasi. Satu di antaranya La Pia dijual dengan harga Rp 90 ribu per kotak yang berisi dua buah. (steven greatness/tribun pontianak)

Jumat, 09 September 2011

Rakit Sendiri Norton 56


Eko Norton. Begitulah kira-kira, biker Kalbar memanggilnya. Bukan kebetulan disapa denan embel- embel Norton. Sebab Eko memang punya motor lawas keluaran Inggris tersebut. Di garasi rumahnya di Jl Perdana, tersimpan motor-motor Eropa lainnya.

Kesukaan mengkoleksi dan merakit motor antik, sudah dilakukan pria penggila motor antik ini, sejak 2002. Hunting motor antik dari satu daerah ke daerah lain, merupakan hobi Eko hingga saat ini.

"Kalau ada informasi dari kawan-kawan ada motor antik, saya segera untuk hunting ke lokasi," ungkap Eko kepada Tribun di kediamannya, baru-baru ini.

Norton 1956, motor antik buatan Inggris ini, adalah satu di antara koleksi motornya. Ia mengatakan, awalnya motor tersebut kondisinya tidak seutuh seperti sekarang.

"Waktu itu keadaannya masih berantakan. Hanya mesin dan rangka saja. Masih belum bias dikendarai," paparnya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, ia pun merakitnya menjadi sama seperti aslinya motor itu. Kebanyakan semua koleksi motor antiknya adalah hasil rakitannya sendiri. "Ada kepuasan sendiri bagi saya ketika merakit sebuah motor," ujarnya.

Dengan merakit sendiri, menurutnya, lebih mudah mengetahui masalah yang terjadi pada motor. "Kita bisa tahu di mana letak rusaknya atau masalahnya. Sehingga bisa memperbaiki sendiri," terangnya.

Dia mengenang, selesainya pembangunan bagian-bagian motor tersebut, bertepatan dengan malam takbiran saat lebaran tahun lalu.

"Pengerjaannya awal puasa dan jadi pas malam takbiran. Senang rasanya. Jadi motor serasa ikut lebaran juga," tuturnya sambil tertawa kecil.

Ia menjelaskan, kelebihan Norton 1956 miliknya terletak pada posisi rem di sebelah kiri. Transmisi terletak di sebelah kanan. Setangnya lebar, sekitar 50 sentimeter.

Lampu depannya sebesar lampu mobil tua. Selain itu bentuk tangkinya juga unik berbentuk bulat.
Jika mengendarai motor tua itu, Eko mengaku sangat enjoy.

"Kalau touring pakai motor ini enak sekali. Akselerasi dan kecepatannya enak banget. Walaupun motor tua dan antik, tapi tetap enak dikendarai pada jarak jauh," ucapnya.

Meski buatan tahun 1956, Eko mengaku, Norton miliknya tidak pernah rewel atau rusak. Ia rajin mengganti oli motor.

"Tergantung pemakaian, kalau sering memakainya, tentu saja saya harus sering mengganti olinya," katanya. (mirna/tribun pontianak)

Senin, 01 Agustus 2011

Wagub Kalbar: Ini Luar Biasa!

Tribun Family Fun Bike

PONTIANAK, TRIBUN - Sekitar 6.000 orang dengan sepeda masing-masing memadati area area Car Free Day, Jl Ahmad Yani, Pontianak, Minggu (24/7) sekitar pukul 06.00 WIB, untuk mengikuti Tribun Family Fun Bike.

Mulai dari anak-anak hingga orangtua, semua menjadi satu untuk meramaikan kegiatan dalam menyambut Hari Ulang Tahun ke-3 Tribun Pontianak tersebut.

"Ini luar biasa ramainya. Ini capaian luar biasa dan positif. Saya harap, bukan hanya di Kota Pontianak saja yang ramainya seperti ini, tapi juga kegiatan bersepeda di daerah Kalbar lainnya bisa ramai seperti fun bike Tribun," ungkap Wakil Gubernur Kalbar, Christiandy Sandjaya.

Wagub menjadi pembuka start acara Tribun Family Fun Bike, yang kemudian diikuti ribuan peserta lain di belakangnya yang memanjang hingga satu kilometer dengan kerapatan yang sangat padat.

"Kegiatan seperti ini sangat bagus. Kami, pemerintah dan saya pribadi, sangat mengapresiasi kegiatan ini karena melibatkan masyarakat," ujar Christiandy seusai bersepeda bersama peserta.

"Kalau ini terus dilakukan Tribun ataupun lembaga lainnya, berarti akan lebih banyak lagi pengguna sepeda. Saya harap nantinya di Kota Pontianak ini, bisa lebih banyak yang pakai sepeda dari pada jenis kendaraan lainnya. Sehinga konsumsi BBM kita berkurang, dan lingkungan udara kota menjadi bersih," tambah Wagub yang sekarang menambah kegiatan olahraganya dengan bersepeda, selain renang dan badminton.

Ia juga menganggap keberadaan Tribun Pontianak sebagai media terbesar di kalbar, ke depan bisa tampil sebagai media yang lebih mendekatkan diri pada masyarakat, berkualitas, kreatif, berimbang, dan memuat pesan-pesan pembangunan.

Hal senada juga diutarakan Area Representative PT Dispoly Indonesia (Polygon), Jono, yang turut mensponsori kegiatan Tribun Family Fun Bike.

"Sepanjang Polygon mensponsori berbagai event olahraga seperti fun bike, kegiatan hari inilah yang terbesar. Ini sangat ramai dibanding event-event sebelumnya di Kalbar. Kami sangat gembira melihat ini dan ke depan kegiatan seperti inilah, meski ramai tapi tetap tertib," ujarnya.

Feedback itupun di dapat mereka sebagai ajang promosi. Sehingga, masyarakat lebih mengenal produk-produk Polygon. "Tentunya ada feedback-nya bagi kami, ini sebagai promosi. Yang belum tahu Polygon, akhirnya bisa tahu. Nanti kalau ada event seperti ini lagi dari Tribun, sebaiknya memakai kaos seragam, biar lebih wah," saran Jono.

Dalam kegiatan Tribun Family Fun Bike, puluhan hadiah jatuh ketangan para peserta. Seperti motor, kulkas, sepeda, TV, HP, tiket pesawat PP Pontianak-Jakarta, voucher menginap di hotel berbintang, voucher pulsa, buku note, serta masih banyak lainnya.

Ini berkat sponsor PT Astra International Tbk-Honda, Polygon, Bank Kalbar, Tb Gramedia, Garuda Indonesia, Hotel Mercure Pontianak, Sriwijaya Air, Indosat, Telkom Flexi, Hotel Santika, Radio Sonora, Duta Promosi, Khatulistiwa TV, dan Fit Active.

Pemimpin Redaksi Tribun Pontianak, Albert G Djoko, mengatakan, Tribun Pontianak ada sebagai media untuk mendekatkan diri pada masyarakat Kalbar. Melalui kegiatan fun bike itu pula, Tribun hadir untuk menyemarakkan kegiatan bersepada, yang tentunya selain bermanfaat untuk kesehatan, juga bermanfaat untuk lingkungan. (pab)

Terus Terjalin
Bodhi Limas
Kabag Retail PT PT Astra International Tbk-Honda

TRIBUN Family Fun Bike merupakan kegiatan yang di-support Honda sebagai mitra Tribun Pontianak. Kerjasama ini saling menguntungkan, dan kita harapkan ke depan kerjasama ini tetap terjalin.

Kita pasti support kegiatan yang akan dilakukan Tribun Pontianak. Karena kita juga ada kegiatan CSR, dan mungkin nanti kita ada kegiatan bersama Tribun di bulan ramadan.
Jalinan kerjasama ini juga akan membantu sektor promosi dan meningkatkan image brand

Honda, sehingga diharapkan Honda semakin eksis di Kalbar.
Kegiatan seperti ini sebagai media promosi untuk produk baru kami. Kami berharap Tribun Pontianak juga bisa semakin maju dan besar. (pab)

Setiap Bulan
Setiawan
Store Manager Toko Buku Gramedia Pontianak

KEGIATAN Tribun Family Fun Bike yang digelar Tribun Pontianak dalam rangka menyambut HUT ke-3 sangat diapresiasi masyarakat. Buktinya, ribuan orang menjadi peserta dalam acara ini.

Pesertanya banyak sekali. Hadiah-hadiahnya juga banyak dan menarik. Saya pikir memang Tribun Pontianak menjadi media nomor 1 di Kalbar. Dan kita selalu mengharapkan penyajian beritanya semakin memenuhi kebutuhan masyarakat.

Malah kami berharap Tribun Pontianak selalu mengagendakan kegiatan fun bike setiap bulan, supaya Tribun menjadi lebih dekat dengan masyrakat. (pab)

Agenda Tahunan
Redi Zusanto
Asisten Manager PLN Cabang Pontianak

KAMI menyambut gembira acara Tribun Family Fun Bike ini. Kami seluruh pegawai instansi PLN diundang dan kami menurunkan 100 orang. Sebenarnya mau 300 orang, tapi kita berbagi dengan kegiatan yang sama di Singkawang.

Selain mendekatkan dengan mayarakat, kegiatan seperti ini bisa membangun silaturahmi, baik sesama pegawai PLN maupun dengan masyarakat dan sektor-sektor lainnya.

Harapan kami, Tribun Pontianak bisa melaksanakan event serupa setiap ada momen dan dijadikan agenda tahunan. Karena selain untuk kesehatan, fun bike ini juga sebagai sarana hiburan. (pab)

Sabtu, 04 Juni 2011

Dandani AJS Rp 52 Juta

MEMILIKI motor antik adalah kebanggan tersendiri bagi Heri. Pemuda yang baru saja lulus dari SMA Negeri 7 Pontianak, Kalimantan Barat ini, lebih memilih mengendarai motor antik Inggris ketimbang motor gede (moge).

"Kalau naik motor antik, saya lebih pede. Karena bentuknya unik dan klasik. Sangat jarang dikendarai anak muda, di Kalbar khususnya," ungkap Heri kepada Tribun, Selasa (31/5).

Sudah setahun ia memiliki motor Albert John Stevens (AJS) keluaran 1956. Banyak keunikan dari motor kesayangannya itu. Di antaranya jika dibawa bepergian jarak jauh, lebih nyaman. Kecepatannya pun masih lumayan.

Untuk memiliki motor antik AJS, Heri harus rela menjual dua sepeda motor Jepang miliknya. Guna melengkapinya, ia pun harus berburu sparepart di Bandung, Jawa Barat, selama sebulan.

"Mau ndak mau harus menjual 2 motor Jepang milik saya. Saat membeli harganya Rp 29 juta, kondisi masih belum sempurna alias bentuknya masih berantakan," katanya.

Tadinya kedua orangtuanya tidak setuju ia membeli motor AJS. Ia diprotes karena kondisi motor AJS yang belum sempurna. Namun, setelah diperbaiki, orangtua yang tadinya marah malah berbalik mendukung Heri.

Selama 5 bulan, Heri memperbaiki motor tersebut. Ia memasang spareparts yang dibutuhkan, sehingga sesuai dengan bodi asli motor AJS lansiran 1956. "Lumayan juga untuk membangun bodi habis sekitar Rp 23,5 juta," ujarnya.

Heri mengungkapkan, untuk menjaga kondisi sepeda motornya agar tetap prima, ia harus intens melakukan perawatan.

"Kalau motor ini paling rewel pada pengapiannya. Platinanya dan karburator harus rajin dicek dan dibersihkan. Jika kotor, akan sangat merepotkan. Begitu juga pada businya. Misalnya mengendarainya sudah enggak enak atau nyendat-nyendat maka businya harus diganti," kata Heri.

Selain itu, ia juga harus sering-sering mengganti oli. Seandainya motor dibawa bepergian jauh, ia harus mengganti oli setelahnya. "Biasanya sih sebulan sekali lah, saya ganti oli," ujarnya.

Ia juga punya perhatian khusus untuk tangki. Tangki yang sengajanya dikrom warna perak, mengharuskannya untuk selalu rajin membersihkan.

"Setiap hari saya selalu melapnya dengan biar selalu kinclong. Kalau habis hujan, saya selalu langsung bersihkan seluruh bodi motor. Saya sangat sayang dengan motor ini jadi rajin dibersihkan," ucapnya.

Suaranya yang nyaring merupakan satu di antara khas dari motor antik yang satu ini. Jika motor dihidupkan, suara dari knalpot akan mengeluarkan bunyi yang membuat bising orang sekitar.

Headlamp atau lampu depannya yang berbentuk lonjong dan pelek jarinya mengentalkan klasik motor tersebut. Motor ini berkapasitaskan 350 cc. Model silinder tunggal. Motor ini menggunakan keran di sisi kanan mesin dan sisi lain bertindak sebagai suplai cadangan.

Nyaris Dikeluarkan

Gara-gara membawa motor AJS ke sekolahnya, Heri hampir saja diberhentikan dari sekolahnya. "Waktu itu saya masih kelas 3 SMA. Saya bawa motor itu ke sekolah, tiba-tiba saja guru saya memanggil dan membawa saya ke kantor," kenang Heri.

Karena membawa motor antik AJS tersebut, ia langsung diberi surat peringatan (SP) 3 dan orangtuanya disuruh menghadap ke kepala sekolah. "Itulah hampir saja dikeluarkan dari sekolah," ujarnya.

Namun kecintaannya terhadap motor tersebut membuatnya tidak kapok untuk membawanya ke sekolah. Diam-diam ia bawa motor itu ke sekolah. Ketika di area sekolah, ia matikan mesin AJS tersebut. "Suaranya memang nyaring. Kalau sudah sampai depan gerbang sekolah saya matikan mesinnya," ungkapnya.

Heri menceritakan jika saat istirahat, ia selalu memperhatikan motornya itu di tempat parkir dan memandanginya dari kejauhan. "Kalau dibawa ke sekolah, jarang pula motor ini dipinjam teman. Mereka takut mau memakainya. Karena mereka tahu harganya mahal," ungkapnya.

Dalam kesehariannya, Heri selalu menggunakan motor kesayangannya itu. Setiap ia jalan kemanapun, AJS 1956 ini selalu setia menemani. "Saya sudah bawa motor ini sampai ke Sanggau Ledo," jelasnya.

Dengan style pakaian jaket rompi, celana jeans dan baju T Shirt serta tidak lupa memakai sepatu boot. "Begitulah style saya kalau naik motor," ujarnya sambil tersenyum.

Ia mengutarakan banyak teman ceweknya yang sering minta dibonceng dengan motor antiknya itu. "Kalau naik motor ini, selalu menjadi perhatian orang," katanya. (mirna/tribun pontianak)

Spesifikasi

Ban: Swallow, 350 x 19 (depan) dan 300 x 19 (belakang)
Pelek: Original AJS
Karburator: Ninja RR
Shockbreaker: Original (depan dan belakang)
Tromol: Orginal (depan dan belakang)
Lampu depan: Original (depan dan belakang)
Setang: Original
Knalpot: Original
Handgrip: Amal
Frame: Original
Kapasitas : 350 cc
Mesin: AJS 1956

Kamis, 02 Juni 2011

Motor Antik Terbaik vs Termahal


Tubuh telanjang dan cungkring yang dimiliki motor ini ternyata bukanlah sebuah kekurangan. Bahkan bisa dibilang inilah yang membuat tubuh motor Amerika ini tampak eksotik. Motor ini pun jadi motor lawas terbaik.

Motor bernama American Pierce Four ini sendiri merupakan sebuah motor yang dibuat mengambil inspirasi dari FN yang diproduksi pada tahun 1910.

Tubuh cungkring American Pierce Four ini didorong oleh sebuah mesin 4 silinder yang memiliki kekuatan 4 horse power (hp) tapi mampu berlari hingga kecepatan puncak mencapai 97 km perjam.

Dengan mesin yang digendongnya itu, American Pierce Four pun menjadi sebuah motor Amerika pertama yang mengaplikasi mesin empat silinder di dapur pacunya.

Pada awalnya, motor yang diproduksi hingga tahun 1913 ini tidak memiliki transmisi atau gearbox. Namun kemudian ditambahkan dengan transmisi dua percepatan.

Dengan tubuh eksotisnya tersebut, American Pierce Four pun berhasil merebut predikat sebagai motor lawas terbaik di ajang bergengsi Concorso d'Eleganza Villa d'Este yang dihelat akhir pekan lalu.

American Pierce Four berhasil memenang ajang tersebut setelah menyingkirkan 40 lebih motor lawas lain dengan penilaian meliputi desain, wilayah, hingga orisinalitas kendaraan. Demikian dilansir autoevolution, Minggu (29/5/02011).

Sementara untuk motor antik termahal jatuh ke tangan Brough Superior 1929. Untuk penggemar motor antik Eropa, namanya tentu tidak asing lagi. Memang ia tidak sekondang Norton, BSA, Jawa, Triumph, atau Harley Davidson.

Namun, kuda besi ini baru saja menggetarkan jagat raya seperti yang diwartakan autoevolution, di mana Brough mencatatkan dirinya sebagai motor antik termahal di dunia.

Bayangkan, di balai lelang Eropa H&H, Brough ditawar dengan harga tertinggi 286 ribu poundsterling atau setara Rp 4,05 miliar oleh seorang kolektor. Lelang berlangsung di museum industri sepeda motor dunia, Haynes International Motor Museum, Sparkford, Inggris, belum lama ini.

Pembuat Brough Superior ini adalah George Brough asal Inggris. Ia memproduksinya pada 1919 sampai 1940 di markasnya di Haydn Road, Nottingham, Inggris.

Semua motor bikinannya mempunyai ciri beperforma tinggi dan memiliki kualitas paling bagus. Adapun Brough merupakan mantan pebalap, perancang, dan showman.

Motor garapannya termasuk Brough Superior termahal ini. Motor tersebut dibekali mesin SS100 berkapasitas 1.000 cc V-twin. Kecepatan maksimum yang bisa dicapai adalah 161 kilometer per jam (100 mph).

KECEPATAN yang sangat hebat untuk saat itu sehingga kendaraan tersebut (termasuk karya Brough lainnya) dijuluki "Rolls Royce"-nya sepeda motor.

"Pada 1929, hanya 29 motor yang diproduksi di Pendine (Wales) dan Grand Alpine (Swiss) dengan dua opsi rangka tipe B dan D. Brough juga dilengkapi dengan sistem transmisi 3-percepatan dijuluki super-heavyweight," ujar penyelenggara lelang H&H.

Sepeda motor langka ini sudah mengalami restorasi pada tahun 2000-2001 dan berfungsi normal seperti saat diluncurkan. Bahkan, moge ini berhasil digunakan untuk menjelajah sejumlah negara di Spanyol, Prancis, Austria, dan Italia.

Sepeda motor ini juga dilengkapi dengan sejumlah sertifikat asli kendaraan. Nilai jual sepeda motor ini merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah setelah rekor sebelumnya dipegang oleh Cyclone produksi 1915 seharga 278.400 poundsterling atau Rp 3,9 miliar. (*)

Minggu, 29 Mei 2011

Menggantang Film Indie Kalbar


* Film Maker Damba Dukungan

MASIH ingat perhelatan Festival Film Indonesia (FFI) 2009 silam? Ajang bergengsi insan film nasional itu, menobatkan Aria Kusumadewa dan Djenar Maesa Ayu masing-masing sebagai Sutradara Terbaik dan Sutradara Baru Terbaik.

Padahal, film keduanya adalah karya film independen atau indie. Aria melalui Identitas dan Djenar Maesa lewat Mereka Bilang Saya Monyet. Masuknya dua karya indie ini pun kemudian banyak diperbincangkan insan film.

Harapan bahwa film indie bisa diapresiasi dan mendapat tempat di tingkat nasional, juga adalah harapan cineas Pontianak. Satu di antaranya adalah Akilbudi Patriawan yang membesut film Amie.

Pemuda yang hanya tamatan SMA Mujahidin Pontianak ini adalah satu dari sedikit pegiat film indie di Kalbar. Memang ada sederet nama lainnya. Sebut saja Pawadi Jihad (penulis naskah), Buhari (sutradara dan artis talent), Raditya (kameramen), Anca Apriansyah (lighting), dan Ahmad Afid (musik director).

"Awalnya hanya hobi. Namun, ternyata peluang menjadi cineas sangat terbuka karena di Kalbar jarang yang menggarap film indie. Kalau pun ada, seperti yang dilakukan teman-teman di sejumlah SMA di Pontianak, film indie hanya bagian dari tugas sekolah. Belum digarap profesional," kata Akilbudi kepada Tribun, Sabtu (28/5).

Hingga 2011, sudah sekitar 23 judul film yang dihasilkan pemuda kelahiran Pontianak, 5 Juli 1988 ini. Di antaranya, Gangs Over (2009), Hantu Oneng (2009), Detektif Agatha (2010), Jebakan X (2011), dan terakhir adalah Amie (2011).

Amie sendiri diputar di Taman Budaya Kalbar, 22-23 Mei lalu. Sebelumnya, juga sempat diputar di Singkawang.

"Konsekuensi film indie adalah tidak dibayar. Sebab biaya produksi hanya didapat dari donatur. Kita sudah berupaya untuk menembus sejumlah perusahaan swasta, namun masih belum direspon. Dan ini, jadi tantangan kami para pegiat film indie, untuk memproduksi film-film indie sebaik mungkin," ujar Akilbudi.

Selain karena hambatan pendanaan tadi, ia juga mengakui sulitnya mencari pemain atau artis. Mereka kurang bisa akting. Kondisi ini membuat penggarapan film indie biasanya menjadi lama karena harus latihan sebulan sebelum syuting.

"Di luar itu, rata-rata artis di sini kurang memahami apa itu film indie. Merekrut mereka untuk bisa main dengan konsekuensi tidak dibayar, itu jadi masalah tersendiri. Kendala lainnya adalah Kalbar sering mati lampu dan daya listrik di lokasi syuting tidak memadai," papar layouter Harian Kapuas Post ini.


Pasokan listrik menurut warga Jl Tabrani Ahmad, Gg Setara Nomor 1 Pontianak ini, sangat penting. Terutama untuk menopang semua peralatan syuting. Kamera, lighting, komputer recording, rel, rata-rata butuh daya 3.000 watt.

Dengan segala keterbatasan itu, Akilbudi dan teman-teman cineas Pontianak tetap bertekad mengembangkan film indie di Kalbar.

"Film indie itu representasi dari idealisme cineas. Meski belum menguntungkan, kita tetap akan produksi film-film indie. Ada kepuasan batin ketika menggarap dan menyaksikan antusiasme penonton menyaksikan film yang kita garap. Rasanya ingin buat yang lebih baik lagi. Kepuasan serupa juga dirasakan teman-teman lainnya," tegas Akilbudi.

Apalagi katanya, mereka yang terlibat di film-film indie Pontianak, baik kru maupun artis, bisa lebih dikenal luas oleh masyarakat. Harapannya, mereka juga bisa berkiprah di pentas perfilman nasional.

Bagaimana dengan kualitas film indie? Penulis nasakah Kalbar, Pawadi Jihad, mengatakan Kalbar boleh minim soal sumberdaya manusia dan sarana serta prasarana yang mendukung perfilman di daerah.

Namun, untuk kreativitas cineas Pontianak tidak kalah. "Untuk kreativitas, saya rasa kita sudah bisa disejajarkan dengan film maker yang ada di Bandung atau Jakarta," tegas penulis yang sudah menciptakan 20 naskah film ini yakin.

Untuk itu, di Kalbar perlu diagendakan kompetisi film-film indie. Karena dari film indie yang dinilai bukan hanya filmnya, tapi juga sutradara, skenario, editornya, desainnya, para pemainnya bahkan sisi artistiknya.

"Saya yakin, jika kita bisa mengangkat film-film indie hingga kepermukaan bukan saja jago kandang, tapi bisa ikut kompetisi nasional. Peluang untuk memajukan dunia film di Kalbar secara keseluruhan bisa tercapai," ujarnya.

Untuk kompetisi berarti butuh dukungan semua pihak. "Yang namanya indie ya independence. Meski demikian, perlu jugalah dukungan yang lain. Contohnya sarana prasarana. Kita pernah buat film indie dan minta bantuan pemerintah, tapi tidak ada respon. Ya, jadi karena indie, ya memang harus berdiri sendiri," paparnya.

Berkaca dari film-film yang sudah dibuat, Akilbudi Patriawan, yakin bisa memproduksi film layar lebar. Menurutnya, alat-alat yang dibutuhkan untuk pembuatan film layar lebar, pada dasarnya mereka sudah punya. Begitu juga soal teknik penggarapan dan sebagainya. (hasyim ashari/pontiana banjaria)

Mugiono, Pemerhati dan Pegiat Film Indie

Ruang Berekspresi

Tampaknya sudah mulai ada tanda-tanda, dunia perfilman di Kalbar tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat dilihat dari mulai munculnya sineas-sineas muda ataupun film maker lokal untuk membuat film-film indie.

Mereka punya kualitas dan kreativitas. Banyak di antara mereka yang lulusan sinematografi, desain, fotografi, dan lainnya dari universitas maupun akademi di Jawa. Kondisi itu, ditopang lagi oleh sejumlah sekolah yang ekstrakurikulernya adalah sinematografi.

Tidak jarang muncul film maker-film maker muda kreatif dari sekolah-sekolah itu. Film indie yang dihasilkan siswa-siswa itu juga sangat bagus. Nah, inikan suatu bukti, bahwa sumber daya kita ada dan sangat kreatif. Ini juga bukti perfilman Kalbar walau lewat film indie sudah sangat maju.

Tapi, kemauan tanpa dukungan yang berarti dari pihak-pihak yang diharapkan bisa membantu, juga kiranya tidak akan jalan. Sayangnya, sampai saat ini, kemauan dan kreatifitas sineas ini belum didukung pemerintah, pihak swasta, ataupun media elektronik lokal.

Seperti Dewan Kesenian atau Dinas Pariwisata tidak ada yang membidangi perfilman. Kita sudah beberapa kali minta dukungan ke pemerintah. Tapi, tidak juga ada respon. Sama halnya dengan televisi lokal.

Cobalah beri peluang untuk program film-film indie lokal agar bisa ditayangkan. Bukan merugikan, rapi malah sebaliknya bisa mengangkat rating televisi lokal itu sendiri. Imbas lainnya adalah perkembangan dunia film indie di Kalbar semakin maju.

Banyaknya sutradara film dan artis nasional yang melirik potensi perfilman Kalbar, ternyata belum mampu menggugah para pemangku kepentingan untuk membantu mengembangkan dunia sinematografi Kalbar.

Meski masih banyak kurang di sana-sini, untuk memajukan perfilman di Kalbar jangan berhenti. Para sineas atau film maker Kalbar harus terus berkarya. Kalau film-film indie kita bisa berbicara di tingkat nasional, dampaknya bukan hanya pada penggiat film itu sendiri. Imbasnya juga akan dirasakan sektor lain.

Misalnya sektor pariwisata. Lihat saja sekarang sudah banyak sutradara berkelas nasional maupun artis buat film dan menggunakan masyarakat lokal. Jika kita bisa pemerintah bisa melihat peluang besar ini, berilah dukungan pada film-film indie di sini. (pontiana banjaria)

Apriansyah, Pemeran Utama Film Amie

Coba Layar Lebar

Sudah dua kali bermain film indie di Kalbar, tidak membuat Apriansyah (21) berpuas diri dalam menekuni dunia perfilman Tanah Air.

"Saya pikir banyak juga pemain film besar, awalnya menapaki karier di sinema lewat indie dulu. Malah dengan jalur indie, saya rasa pengalaman dan kualitas akting kita bisa lebih terasah," kata anak pasangan Saparudin dan Yopita ini kepada Tribun, Sabtu (28/5).

Pemeran utama pria dalam film Amie sebagai Alex ini, mengakui sebenarnya sudah mengandrungi berpola akting sejak di bangku sekolah menengah atas. Dari sanalah, kiprahnya dikembangkan dengan bermain teater dan mendirikan Sanggar XQ.

"Cita-cita saya memang pada akhirnya bisa bermain di layar lebar. Saya harap, mengasah akting di tetaer dulu dan bermain di film indie bisa membawa saya menuju layar lebar. Yang jelas jangan sampai patah semangatlah. Kalau dihati kita sudah tertanam seni peran, ya fokuskan itu saja," tutur penggemar Vino G Bastian ini.

Pemain film indie Gengs Over ini menambahkan main film indie cukup memberi pengalaman berharga. Terutama bagaimana menjadi aktor sesungguhnya. Karena menjadi aktor secara instant juga, dipikirnya bukanlah hal bagus.

"Banyak sih suka duka yang saya dapat main film. Waktu syuting film Amie saja kondisi saya hampir drop. Karena harus bangun subuh, syuting di panas terik matahari, kehujanan dan lainnya. Tapi dari semuanya, saya bisa nambah pengalaman, banyak teman baru, dan adanya kebersamaan," papar Apriansyah.

Menurutnya, meski dirinya belum ada tanda-tanda bisa main film nasional tapi harapan untuk peluang menuju ke sana selalu ada. Dengan melihat filmnya sudah mendapat apresiasi yang tinggi dari masyarakat Singkawang maupun Pontianak, itu sudha cukup membuatnya bangga.

"Setelah syuting saya merasa lega, apalagi melihat antusias dan apresiasi masyarakat Singkawang. Buat saya bangga. Kalau dipikir, apa yang saya impikan untuk jadi terkenal, walau baru tingkat daerah, itu sudah sangat menyenangkan. Tapi, masih ada impian saya yang belum tercapai, makanya saya harus terus berusaha dan lebih tekun," ujarnya. (pontiana banjaria)

Kamis, 26 Mei 2011

Jaga Orisinalitas BSA C15

EKO, Dwi, dan Tri punya hobi yang sama. Tiga bersaudara ini selain menggilai sepeda berbagai jenis juga punya darah rider motor-motor tua.

Lihat saja, berbagai jenis sepeda terparkir di garasi dan di ruang tengah. Mulai dari low rider, sepeda ontel, sepeda balap, hingga sepeda Vixie. Adalah, sang ayah, Margono, yang memang dikenal di Kalbar sebagai pecinta sepeda.

Sementara di garasi rumahnya yang terletak di kawasan Jl Perdana Pontianak, Kalimantan Barat, terparkir berbagai jenis motor tua. Mulai dari produk Jepang hingga eropa. Yang jepang sebut saja ada Honda XL.

Motor trail yang diperuntukkan bagi pegawai lapangan Dinas Pertanian itu, terawat dengan sangat baik. Jumlahnya ada dua unit dan tetap dipertahankan orisinil. Sementara untuk produk Eropa, lebih banyak lagi.

Mulai dari Birmingham Small Arms (BSA), Norton, hingga Albert John Stevens (AJS). Semuanya juga dalam kondisi siap pakai. Bahkan kerap digunakan touring. Mulai dari Singkawang, Sambas, hingga Kapuas Hulu.

Saat didatangi, BSA C 15 Tahun 1959 tampak sangat mencolok. Motor berbaju warna merah Ferari ini, menggunakan mesin C11G. Mesin 249 cc OHV.

Dua unit kaki depan belakang, juga dibaluk pelek orisinil. "Hanya sekarang diwarnai dengan cat karena jika tidak, karat akan merusak besinya," kata Eko.

Warna merah mendominasi sepeda motor BSA milik Eko. "Orisinal sepeda motor ini tetap terjaga dari speedometer hingga klanpot," katanya.

BSA jenis ini terlihat lebih ramping dan ringan. Kendaraan tersebut hanya diproduksi dari tahun 1959-1960.

Untuk transmisi sepeda motor ini memiliki empat percepatan, memiliki silinder tunggal dengan sisitem pengapian mengunakan platina.

Mesin berbentuk mono blok, mesin dan transmisi telah menyatu. Untuk rotasi oli terpisah dengan mesin.

"Oli yang ada di sepeda motor ini hanya lewat dari box menuju mesin," jelas Eko dengan menunjukan rotasi oli tersebut menuju mesin. (Tribun Pontianak)

AJS 350 cc Bikin Bangga

SEPEDA motor Albert John Stevens (AJS) model 16 milik Eko ini didominasi warna merah ferari, bentuk tangkinya besar terlihat kokoh. Eko mempertahankan keaslian bentuk motor tersebut.

"Bisa dikatakan motor AJS ini hampir 90 persen masih orisinal," kata Eko yang tinggal di Jl Perdana, Kota Pontianak, Kalimantan Barat.

Sepeda motor ini memiliki ukuran ban dan pelek berukuran ring 18 dengan jumlah jeruji sebanyak 40 buah.

"Untuk motor tua Eropa hampir selurunya menggunakan jeruji sebanyak 40 buah sedangkan sepeda motor daru jepang menggunakan jeruji kurang itu," Jelas Eko

Sistem transmisi motor tersebut menggunakan empat kecepatan gearbox dan lansung ke rantai. Ada yang unik pada sistem transmisi sepeda motor tesebut. Transmisi berada di sebelah kiri pengendara sedangkan rem berada di sebelah kanan.

"Jika orang tidak terbiasa mengendarai sepeda motor ini pasti akan kebingungan," Ungkap Dwi adik Eko yang juga pecinta motor klasik.

Jenis mesin sepeda motor tersebut adalah 348 cc OH dengan pendingin udara tunggal. mesin tersebut dapat menghasilkan kekuatan hingga 16 bph ( 12 KW) atau setara dengan 5600 rpm.

Kecepatan maksimun sepeda motor ini dapat mencapai 126 km per jam. "Jadi sepeda motor ini jika untuk touring akan terasa nyaman," jelas Eko.

Suspensi bagian depan kendaraan ini menggunakan teledrrolic fork dan bagian belakang menggunakan (lengan ayun) swinging arm. sistem pengereman depan dan belakan menggunakan tromol.

Bobot asli sepeda motor tersebut kungang lebih 173 Kg. "Bobot sepeda motor AJS bisa membuat seluruh badan pegal jika hanya didorong," jelas Dwi.

Sistem mesin yang digunakan terdapat pemisahan antara transmisi dan mesin dan silinder tunggal. pengapian sepeda motor tersebut menggunakan platina.

Pipa pushroad tertutupi oleh liner blok piston. "Suara yang keras dan nyaring yang membuat sepeda motor ini terlihat semakin 'gahar'," kata Eko.

AJS adalah nama merk dari motor asal Inggris yang lahir pada tahun 1909 (sumber lain ada yang mengatakan 1910). AJS dibuat oleh empat dari lima bersaudara Stevens (anak dari Blacksmith).

Awalnya mereka hanya membuat mesin untuk motor pada tahun 1897. Untuk mematenkan nama mesin tersebut, mereka memperkenalkan nama baru untuk motor tersebut.

Setelah dengan berbagai pertimbangan, akhirnya memakai nama inisial dari Saudara pertama yaitu Jack yang mempunyai nama Cristian Albert John. Alhasil lahirlah sebuah nama AJS yang merupakan singkatan dari Albert John Stevens.

AJS sangat legenderis kala itu karena mampu memecahkan 117 rekor dunia dalam balapan. Namun pada tahun 1931 AJS terlilit permasalahan finansial dan akhrinya pada tahun 1938 tergabung dalam AMC (Associated Motorcycles) bersama Matchless, Norton, Francis Barnett dan James.(Tribun Pontianak)

Menjajal Motor AA Gym

PADA 2002 silam, saya berkesempatan mendatangi langsung Pondok Pesantren Daarut Tauhid, Bandung, yang diasuh KH Abdullah Gymnastiar (AA Gym). Saya datang bersama rombongan dari Pontianak, Kalimantan Barat.

Adalah biro perjalanan Manajemen Qolbu (MQ) Pontianak di bawah pimpinan drg Heru Zarkasi yang mengajak saya melihat langsung Ponpes Daarut Tauhid. Ada sekitar 20 orang rombongan yang ikut serta.

Mereka terdiri dari sejumlah pejabat, pengusaha, dan masyarakat dari berbagai profesi lainnya. Hanya saya yang jurnalis. Tujuan kami dua hari ke sana sebenarnya ingin bersilaturahmi dengan AA Gym, melihat dari dekat bisnis yang dibangunnya, sekaligus ingin menimba pengetahun tentang Islam.

Saat itu, rumah tangga AA Gym masih jauh dari prahara seperti sekarang. The Ninih, bahkan kerap mendampingi AA Gym ketika memberikan ceramah, terutama usai Salat Ashar. Tausiah dilakukan di halaman MQ TV.

Jemaah pengajian dari berbagai daerah duduk bersila. Dari mulai tua sampai yang muda. Selain menyirami rohani jemaah, AA Gym kerap bertutur tentang hobinya terbang dan berkuda. Ada juga slide yang di putar dan ditembakkan ke sebuah layar lebar.

Di luar tausiah, rombongan dari Pontianak disuguhkan program cuci mata ke berbagai tempat wisata di Bandung. Mulai dari Taman Bunga di Lembang hingga Saung Angklung Mang Udjo. Ketimbang memilih ke sana, saya sendiri lebih memilih menikmati Kota Bandung sendirian.

Berjalan kaki di sekitar Hotel Topaz Galeria, Bandung, tempat kami menginap. Saya senang menyusuri Jl Dr Djunjunan, Bandung, karena bisa langsung akses ke Bandung Trade Center (BTC).

Di sana saya sempat membeli Hanphone Sonny Ericsson R310S, Sirip Hiu. Menggantikan Siemen M35 yang sudah setahun saya pakai.

Saya juga bisa menikmati berbagai jajanan, seperti Bala-bala yang sudah lama tidak saya rasakan karena memang tidak ada di Kota Pontianak.

Di tempat AA Gym, saya berkesempatan berdialog dengan AA meski tidak banyak. Apalagi kalau bukan tentang koleksi sepeda motornya. Awalnya saya penasaran ada berbagai jenis motor di depan rumah AA Gym, yang sepintas dindingnya terbuat dari bilik bambu.

Sepengamatan saya, ada satu unit Honda Phantom, dua unit Kawasaki Eliminator, satu unit Honda CB Gelatik, dan satu unit Kawasaki KZ 200 atau yang biasa disapa Binter Merzy platina.

Saya pun penasaran bagaimana motor sebanyak itu, bisa ada di teras rumah AA Gym. "Honda CB Gelatik itu peninggalan orangtua saya yang TNI," kata AA Gym.

Ia menuturkan, sepeda motor itu belum semuanya. Sebab masih ada satu unit Honda Phantom yang ia simpan di Jakarta. Motor itu, untuk keperluan dakwah di wilayah Jakarta dan sekitarnya.

"Awalnya, saya diundang ke Astra Honda Motor Jakarta. Karena macet, saya pilih naik ojek. Rupanya, orang Astra tidak tega melihat saya naik ojek. Mereka kirim motor ke Jakarta dan Bandung. Ya, Honda Phantom itu," ujar AA Gym tersenyum.

Dengan sepeda motor itu jugalah, AA Gym mengaku menghabiskan sejumlah waktu senggangnya. Termasuk menelusuri sudut Kota Bandung untuk memberikan tausiah. Ia juga dikenal dekat dengan sejumlah klub motor di Bandung.

AA Gym menambahkan sebenarnya, Honda Phantom dan Kawasaki Eliminator itu bukan motor besar. "Hanya karena ukuran badan saya yang kecil, motornya jadi kelihatan besar," ujar AA terkekeh.

Usai bertemu AA Gym, saya minta izin nyemplak Honda Phantom. Tidak ada ubahan berarti. Semua masih orisinil. Kecuali ada tambahan engine guard yang dipasangi penerang tambahan.

Selain motor, ada yang membuat saya terkesan dengan AA Gym soal urusan roda dua. Ia kerap menggunakan sepeda untuk meninjau satu unit usaha ke unit usaha lainnya. Semua terletak di kawasan Ponpes Daarut Tauhid.

Ia naik sepeda masih mengenakan sorban dan kain sarung. Sambil membunyikan bel kring...kring..kring, AA Gym kerap memecah kerumunan jamaah dari berbagai daerah yang memenuhi ponpesnya.

Ulahnya yang kocak itu, sering membuat jamaah yang melihatnya tertawa dan geleng-geleng kepala. (hasyim ashari)

Senin, 23 Mei 2011

Norton Road Holder Kesayangan


* Kiky: Berapapun Tidak Saya Jual


YAKIN mengikuti kata hati sebagai biker, Koordinator Borneo Check Point Club Brotherhood, Kiky Prabawa (41), sudah menjelajahi berbagai daerah di Indonesia. Seperti Putussibau, Kuching, Yogyakarta, Bromo, Bali, Semarang, Bandung, dan Jakarta menggunakan motor tuanya.

Kiky memulai debutnya di sepeda motor klasik karena ketularan pergaulan dengan komunitas motor klasik di Bandung. Saat itulah juga, dirinya memutuskan berpetualang ke Pontianak, Kalimantan Barat.

Awalnya ia menunggangi sepeda motor dengan mesin keluaran tahun 1952, Ducati 40cc. Kemudian berpindah pada BSA B40 dan Machtless lansiran era 60-an. Namun, hatinya kemudian tertambat di Norton 1956 bermesin 500cc.

Ia bahkan memburu sparepart orisinilan si Road Holder, di baik dalam dan luar negeri. "Si Norton itu sudah sering dimodif. Karena kalau ada sparepart yang baru dan ori lagi, saya pasang. Tiap tahun, ganti baru. Entah berapa kali dan tidak terhitung lagi biayanya," kata Kiky.

Ia memperkirakan sudah menghabiskan lebih dari Rp 100 juta untuk modifikasi si Road Holder bernomor 13 tersebut. Selain karena bentuk yang klasik dan unik, Kiky sangat tergila-gila dengan Nortonnya karena memiliki nilai historis dalam perjalanan hidupnya.

"Saya tinggalkan kerjaan kantoran, hijrah, dan berjuang hidup dari kecintaan saya dengan motor klasik. Ya, bisa dikatakan nilai historis perjuangan hidup saya semua ada di motor ini," ucap Kiky yang enggan menjual motornya berapapun harganya.

Nilai kebebasan dari aturan dan adanya kepuasan yang sangat istimewa dirasakan Kiky, dengan memiliki tunggangan klasik seperti si Norton. Dengan cat berwarna merah dan krem dan diberi sentuhan air brush lidah menjulur simbol group legendaris Rolling Stone, kiranya Norton sebagai teman sejati selain istrinya.

"Dulu saya sering bawa istri jalan-jalan atau touring. Sekarang sudah jarang demi kesehatannya. Makanya joknya saat ini saya buat single," ujar pria asal Bandung ini disambut tawa sang istri.

Motor buatan Inggris ini, dimodifikasinya dengan membuat sendiri (handmade). Mulai dari jok, knalpot, tangki oli, maupun bensin. "Karena barang ini ori dan kebanyakan dari luar, jadi kita terpaksa nunggu barang datang. Kalau ada baru kita pasang yang ori. Bukan handmade lagi. Makanya saya masih kurang puas, sama seperti shockbreaker belakang yang belum ada," papar
Kiky sembari menunjukkan sparepart penunjang kenyamanan berkendara.

Norton milik Kiky tampil unik dan klasik. Dengan jok kulit single dan posisi knalpot yang sangat dekat berada dengan jok. Ini patut diwaspadai jika, ketika turun dari motor sebaiknya mengambil sebelah kiri supaya terhindar dari letupan besi panasnya.
"Dulu waktu muda, nyantai aja suara knalpotnya berisik sampai ganggu orang lain. Tapi sekarang, saya ubah jadi halus, biar enggak mengganggu," ucapnya ditemui di kediamannya Jl Irian Nomor 22 Pontianak, Kalimantan Barat.

Perjuangannya hijrah ke Bumi Khatulistiwa tidak sia-sia. Ternyata hobi bisa membuatnya survive dalam hidup. "Siapa bilang hobi tidak bisa menunjang kehidupan. Saya rasakan dan alami, hobi bisa bikin kita hidup, lahir dan batin. Kepuasan jiwa dan batin. Buktinya, saya bisa memiliki usaha dan saya juga puas bisa melakukan hobi dengan motor klasik ini," ujarnya.

Dengan motornya ini pula, ia sudah menjelajahi beberapa daerah di Kalbar dan indonesia, untuk kepuasan, jalin persaudaraan serta refreshing bersama keluarga dan bikers di komunitasnya.

"Kemerdekaan dan kebebasan diri. Inilah jiwa biker. Kadang saya refreshing dengan touring bersama teman-teman dan istri. Biasanya kita juga ke suasana alam seperti berpetualang. Kita juga rindu suasana itu sekaligus bersosialisasi, bahwa bikers bukan komunitas brutal atau anggapan miring lainnya," pungkas Kiky. (pontiana banjaria/tribun pontianak)

Spesifikasi
Motor : Classic Bike Norton 1956
Model : Cafe Racer
Rangka : Norton Feather Bed (wide line)
Shock depan : Original Norton Road Holder

Roda depan
Teromol : Triumph T 110
Pelek : Allumunium "Horex-Willman"

Roda belakang
Teromol : Triumph Boneville
Pelek : Allumunium 19" Horex-Willman
Gear box : Norton Comando
Kopling : Dry Clotch Norton Comando
Clipon : Triton
Tangki bensin : Poikin (handmade) 25 liter
Tangki oli : Handmade
Sepatbor : Alloy Handmade
Jok : Handmade (single jok)
Knalpot : Handmade
Modifikator : Bengkel AA Kiky Prabawa
Jl Sungai Raya Dalam Komplek Villa Permata Indah
Hp 0813 2233 1202

Semangat Kekeluargaan Black Jack


KOMUNITAS Black Jack Motoriders (BJM) Pontianak terbentuk tanpa disengaja. Berawal dari sekadar kumpul-kumpul karena memiliki kesamaan hobi dengan motor klasik. Semakin lama pertemuan dilakukan intens sejak 1996.

Pada 6 Juni 2006 tercetuslah nama klub. Daud Hariyanto, yang merupakan satu di antara pendiri, mengaku Black Jack sebagai wadah bagi para pencinta, pengguna, dan penggemar motor klasik chopper.

Aliran motor chopper dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada, seperti model tangki yang dibikin lebih kecil dari aslinya dan juga pemotongan rangka yang dilakukan untuk membuat tampilan menjadi simpel.

"Awalnya kami hanya kumpul-kumpul beberapa orang, namun seiring berjalannya waktu kami merasa ada persamaan hobi maka kami bentuk Black Jack. Lagipula di sini kami seperti keluarga, punya hobi serta motor yang sama," ucapnya pada Tribun, Rabu (18/5).

Kini anggota Black Jack Pontianak mencapai 30 orang dan sudah ada dua chapter di Landak serta Sanggau yang masing-masing 20-an anggota.

"Kalau anggota kadang ada yang aktif, kadang juga tidak itupun tergantung. Tapi kami biasa tetap ketemu dan silaturahmi. Misalnya kalau mau mengadakan touring," tambahnya.

Ia menambahkan jika komunitasnya tidak menutup kemungkinan untuk orang yang tidak memiliki motor tersebut untuk kumpul bareng, selama orang tersebut nyaman.

"Siapapun boleh menjadi anggota kami, kami membuka untuk umum. Karena kami ingin menjalin persaudaraan dan menyalurkan hobi di dunia otomotif saja," tutur PNS Kota Pontianak ini.

Keberagaman profesi dan background malah membuat mereka semakin merasa adanya ikatan kekeluargaan yangs angat erat. Karena di komunitas ini bukan hanya mahasiswa tapi juga pegawai swasta maupun pegawai negeri.

"Kalau kumpul-kumpul biasanya ngobrol tentang motor, pakai aksesori apa dan curhat-curhatan. Tampang kami aja yang begini, tapi kami bukan geng motor yang berandal atau suka buat keributan. Malah kalau ngumpul kami suka bercanda," ungkap Bendahara Black Jack, Susi.

Setiap Sabtu dan Minggu malam, anggota Black Jack kumpul bareng di Bundaran Universitas Tanjungpura, Jl Ahmad Yani Pontianak, Kalbar. Kumpul sesama penggemar motor adalah hal mengasyikkan.

Hal tersebut dirasakan Erwin dan Sean Black Jack. Seperti touring dan kumpul menggunakan motor chopper bersama anak-anak BJ lainnya, sudah menjadi bagian dari aktivitas yang menyenangkan.

"Di sini semua aliran ada, punk, rock, dan berbagai profesi. Tapi kami disatukan oleh hobi dan motor yang sama. Apalagi di sini mengutamakan nilai kekerabatan. Biasanya saling bantu kalau teman kita butuh sesuatu untuk motornya. Terlebih kalau sudah touring, ada kepuasan tersendiri bagi kami dan bisa terlena. Juga ngilangin stres," ujar Erwin.

Meski mereka klub motor dan mungkin ada sebagian masyarakat melihat tampang mereka akan merasa takut atau was-was. Tapi tidak sedikit juga yang menyukai gaya mereka, bahkan sampai mengacungkan jempol ketika parade iring-iringan chopper melintasi daerah mereka.

"Kalau kami touring ke daerah, banyak yang lihat tuh. sampai-sampai ada yang ngacungin jempol. Enggak tahu juga sih maksudnya. Tapi artinya bagus aja kan?" tambah Erwin.

Daud mengatakan, anggota komunitas BJ ini memang egois. Artinya karena bentuk motor yang hanya memiliki single jok, jadinya kalau mau masuk anggota harus punya motor. Karena bila tidak, motor chopper tidak ada boncengannya.

"Motor kita memang motor egois. Tapi kami tetaplah kami. Biasa saja, apa adanya. Bahkan waktu itu para sarjana dari Fakultas Teknik, minta kita yang mengarak mereka saat acara wisuda," kata Daud lalu dibenarkan rekan-rekan lainnya.

Dalam menjalankan kegiatan komunitas, para anggota BJ memang diikat dengan peraturan wajib yang harus dipatuhi olah anggota tanpa terkecuali. Di antaranya wajib bayar iuran Rp 10 ribu per bulan, dilihat keaktifan anggota, memakai baju kebesaran BJ saat berkumpul atau touring.

"Kalau mau gabung, calon anggota isi formulir dan bayar administrasi Rp 10 ribu serta dilihat dulu keaktifannya selama tiga bulan, dan pastinya punya motor chopper. Datang aja ke sekretariat kami di bengkel Black Jack Jl RE Martadinata nomor 3 Pontianak", ucap Susi, pemilik Thunder modif keluaran 2005. (pontiana banjaria)

Bukan Club Berbahaya

Berbekal mesin besar, knalpot freeflow dengan suara mesin knalpot menggelegar, suspensi rigid membuat sepeda motor chopper menarik perhatian di keramaian. Para pemilik chopper yang kumpul, sekilas mirip dengan pengendara Harley Davidson.

Gaya retro dengan dandanan simpel bahkan sampai tangki sepeda motor super kecil dengan setang super tinggi dan ban rendah menjadi keunikan anak-anak Black Jack.

"Kalau dilihat dari standar motor, memang kami tidak lengkap. Kalau ada razia, ya kita enggak lewat lokasi pemeriksaan. Lagipula motor ini tidak kita pakai sehari-hari. Hanya saat kumpul dan touring aja," Jelas Daud.

Anggapan kalau anak geng itu berbahaya sudah mereka sadari. Namun untuk membuang image atau persepsi tersebut, mereka banyak melakukan kegiatan sosial. "Setiap touring kita ada misi baksos. Kalau nongkrong pun kami tidak macam-macamlah. Kita juga patuhi aturan lalu lintas kalau di jalan," tambah Erwin, Susi dan Sean.

Dengan kegiatan-kegiatan ini, mungkin saja predikat negatif yang di kenal oleh masyarakat luas tentang geng akan berubah derastis menjadi positif. Lagipula tentu tidak ada ruginya melakukan aneka gerakan sosial.

Pada 6 Juni mendatang, BJ Pontianak akan berulang tahun ke-5. Mereka berencana mengadakan touring ke Sintang pada 25 Juni 2011. Dengan dua chapter di Landak dan Sanggau. "Selain touring, kita juga silaturahmi sama anak-anak di daerah karena mereka masih baru terbentuk. Sekalian baksos dan hiburanlah," ucap Daud. (pab)

Pak Ketua Kerap Ajak Anak Istri

Hobi mengoleksi dan mengendarai motor chopper sudah menjadi bagian hidup Daud Haryanto. Pria kelahiran 36 tahun silam ini memang tidak bisa dilepaskan dari tunggangan klasiknya itu.

"Sudah hobi dari dulu sih, jadi enggak bisa dihilangkan. Lagian asyik aja bisa ketemu teman- teman yang punya hobi sama," katanya pada Tribun, Rabu (18/5).

Terkadang saat kumpul atau nongkrong bareng di base camp mereka atau di sekitar Bundaran Untan (tugu Digulis), Daud juga membawa serta anak dan istrinya. Hal itu dilakukannya agar mereka mengetahui dirinya yang tampil apa adanya bersama teman klubnya.

"Biasa juga saya ajak anak dan istri. Tapi tidak satu motor, karena joknya untuk single. Mereka pakai motor lain. Inilah kekeluargaan yang kita bina, anggota juga bisa membawa keluarga atau pacar mereka saat kita kumpul," tambah pemilik Custom Rigid Chopper ini.

Sementara itu, mengenai klub, dirinya yang sudah menyatu dengan teman-temannya, menginginkan agar klub yang dibentuk bisa terus eksis dan tetap mengikat tali kekeluargaan yang baik.

"Pengennya Black jack tetap ada, eksis, dan besar. Bukan hanya di Pontianak tapi juga di daerah lain. Itu yang penting. Juga kami pengen kita bisa ngadain baksos dengan klub motor lain di sini," harapnya.

Namun disadarinya agar club tetap bisa eksis perlu keterlibatan dan rasa persaudaraan sesama anggota juga adanya dana untuk melakukan kegiatan, contohnya touring dan bakti sosial (baksos).

"Uang iuran itulah yang kita gunakan untuk kegiatan BJ. Memang kadang, kalau mau touring ke luar atau baksos, kita perlu dana cukup besar. Tapi, kalau sudah hobi dan rasa kebersamaan, masalah itu bisa kita atasi," pungkasnya. (pontiana banjaria)

Semangat Kekeluargaan Black Jack

Komunitas Black Jack Motoriders (BJM) Pontianak terbentuk tanpa disengaja. Berawal dari sekadar kumpul-kumpul karena memiliki kesamaan hobi dengan motor klasik. Semakin lama pertemuan dilakukan intens sejak 1996.

Pada 6 Juni 2006 tercetuslah nama klub. Daud Hariyanto, yang merupakan satu di antara pendiri, mengaku Black Jack sebagai wadah bagi para pencinta, pengguna, dan penggemar motor klasik chopper.

Aliran motor chopper dapat dilihat dari ciri-ciri yang ada, seperti model tangki yang dibikin lebih kecil dari aslinya dan juga pemotongan rangka yang dilakukan untuk membuat tampilan menjadi simpel.

"Awalnya kami hanya kumpul-kumpul beberapa orang, namun seiring berjalannya waktu kami merasa ada persamaan hobi maka kami bentuk Black Jack. Lagipula di sini kami seperti keluarga, punya hobi serta motor yang sama," ucapnya pada Tribun, Rabu (18/5).

Kini anggota Black Jack Pontianak mencapai 30 orang dan sudah ada dua chapter di Landak serta Sanggau yang masing-masing 20-an anggota.

"Kalau anggota kadang ada yang aktif, kadang juga tidak itupun tergantung. Tapi kami biasa tetap ketemu dan silaturahmi. Misalnya kalau mau mengadakan touring," tambahnya.

Ia menambahkan jika komunitasnya tidak menutup kemungkinan untuk orang yang tidak memiliki motor tersebut untuk kumpul bareng, selama orang tersebut nyaman.

"Siapapun boleh menjadi anggota kami, kami membuka untuk umum. Karena kami ingin menjalin persaudaraan dan menyalurkan hobi di dunia otomotif saja," tutur PNS Kota Pontianak ini.

Keberagaman profesi dan background malah membuat mereka semakin merasa adanya ikatan kekeluargaan yangs angat erat. Karena di komunitas ini bukan hanya mahasiswa tapi juga pegawai swasta maupun pegawai negeri.

"Kalau kumpul-kumpul biasanya ngobrol tentang motor, pakai aksesori apa dan curhat-curhatan. Tampang kami aja yang begini, tapi kami bukan geng motor yang berandal atau suka buat keributan. Malah kalau ngumpul kami suka bercanda," ungkap Bendahara Black Jack, Susi.

Setiap Sabtu dan Minggu malam, anggota Black Jack kumpul bareng di Bundaran Universitas Tanjungpura, Jl Ahmad Yani Pontianak, Kalbar. Kumpul sesama penggemar motor adalah hal mengasyikkan.

Hal tersebut dirasakan Erwin dan Sean Black Jack. Seperti touring dan kumpul menggunakan motor chopper bersama anak-anak BJ lainnya, sudah menjadi bagian dari aktivitas yang menyenangkan.

"Di sini semua aliran ada, punk, rock, dan berbagai profesi. Tapi kami disatukan oleh hobi dan motor yang sama. Apalagi di sini mengutamakan nilai kekerabatan. Biasanya saling bantu kalau teman kita butuh sesuatu untuk motornya. Terlebih kalau sudah touring, ada kepuasan tersendiri bagi kami dan bisa terlena. Juga ngilangin stres," ujar Erwin.

Meski mereka klub motor dan mungkin ada sebagian masyarakat melihat tampang mereka akan merasa takut atau was-was. Tapi tidak sedikit juga yang menyukai gaya mereka, bahkan sampai mengacungkan jempol ketika parade iring-iringan chopper melintasi daerah mereka.

"Kalau kami touring ke daerah, banyak yang lihat tuh. sampai-sampai ada yang ngacungin jempol. Enggak tahu juga sih maksudnya. Tapi artinya bagus aja kan?" tambah Erwin.

Daud mengatakan, anggota komunitas BJ ini memang egois. Artinya karena bentuk motor yang hanya memiliki single jok, jadinya kalau mau masuk anggota harus punya motor. Karena bila tidak, motor chopper tidak ada boncengannya.

"Motor kita memang motor egois. Tapi kami tetaplah kami. Biasa saja, apa adanya. Bahkan waktu itu para sarjana dari Fakultas Teknik, minta kita yang mengarak mereka saat acara wisuda," kata Daud lalu dibenarkan rekan-rekan lainnya.

Dalam menjalankan kegiatan komunitas, para anggota BJ memang diikat dengan peraturan wajib yang harus dipatuhi olah anggota tanpa terkecuali. Di antaranya wajib bayar iuran Rp 10 ribu per bulan, dilihat keaktifan anggota, memakai baju kebesaran BJ saat berkumpul atau touring.

"Kalau mau gabung, calon anggota isi formulir dan bayar administrasi Rp 10 ribu serta dilihat dulu keaktifannya selama tiga bulan, dan pastinya punya motor chopper. Datang aja ke sekretariat kami di bengkel Black Jack Jl RE Martadinata nomor 3 Pontianak", ucap Susi, pemilik Thunder modif keluaran 2005. (pontiana banjaria)

Bukan Club Berbahaya

Berbekal mesin besar, knalpot freeflow dengan suara mesin knalpot menggelegar, suspensi rigid membuat sepeda motor chopper menarik perhatian di keramaian. Para pemilik chopper yang kumpul, sekilas mirip dengan pengendara Harley Davidson.

Gaya retro dengan dandanan simpel bahkan sampai tangki sepeda motor super kecil dengan setang super tinggi dan ban rendah menjadi keunikan anak-anak Black Jack.

"Kalau dilihat dari standar motor, memang kami tidak lengkap. Kalau ada razia, ya kita enggak lewat lokasi pemeriksaan. Lagipula motor ini tidak kita pakai sehari-hari. Hanya saat kumpul dan touring aja," Jelas Daud.

Anggapan kalau anak geng itu berbahaya sudah mereka sadari. Namun untuk membuang image atau persepsi tersebut, mereka banyak melakukan kegiatan sosial. "Setiap touring kita ada misi baksos. Kalau nongkrong pun kami tidak macam-macamlah. Kita juga patuhi aturan lalu lintas kalau di jalan," tambah Erwin, Susi dan Sean.

Dengan kegiatan-kegiatan ini, mungkin saja predikat negatif yang di kenal oleh masyarakat luas tentang geng akan berubah derastis menjadi positif. Lagipula tentu tidak ada ruginya melakukan aneka gerakan sosial.

Pada 6 Juni mendatang, BJ Pontianak akan berulang tahun ke-5. Mereka berencana mengadakan touring ke Sintang pada 25 Juni 2011. Dengan dua chapter di Landak dan Sanggau. "Selain touring, kita juga silaturahmi sama anak-anak di daerah karena mereka masih baru terbentuk. Sekalian baksos dan hiburanlah," ucap Daud. (pab)

Pak Ketua Kerap Ajak Anak Istri

Hobi mengoleksi dan mengendarai motor chopper sudah menjadi bagian hidup Daud Haryanto. Pria kelahiran 36 tahun silam ini memang tidak bisa dilepaskan dari tunggangan klasiknya itu.

"Sudah hobi dari dulu sih, jadi enggak bisa dihilangkan. Lagian asyik aja bisa ketemu teman- teman yang punya hobi sama," katanya pada Tribun, Rabu (18/5).

Terkadang saat kumpul atau nongkrong bareng di base camp mereka atau di sekitar Bundaran Untan (tugu Digulis), Daud juga membawa serta anak dan istrinya. Hal itu dilakukannya agar mereka mengetahui dirinya yang tampil apa adanya bersama teman klubnya.

"Biasa juga saya ajak anak dan istri. Tapi tidak satu motor, karena joknya untuk single. Mereka pakai motor lain. Inilah kekeluargaan yang kita bina, anggota juga bisa membawa keluarga atau pacar mereka saat kita kumpul," tambah pemilik Custom Rigid Chopper ini.

Sementara itu, mengenai klub, dirinya yang sudah menyatu dengan teman-temannya, menginginkan agar klub yang dibentuk bisa terus eksis dan tetap mengikat tali kekeluargaan yang baik.

"Pengennya Black jack tetap ada, eksis, dan besar. Bukan hanya di Pontianak tapi juga di daerah lain. Itu yang penting. Juga kami pengen kita bisa ngadain baksos dengan klub motor lain di sini," harapnya.

Namun disadarinya agar club tetap bisa eksis perlu keterlibatan dan rasa persaudaraan sesama anggota juga adanya dana untuk melakukan kegiatan, contohnya touring dan bakti sosial (baksos).

"Uang iuran itulah yang kita gunakan untuk kegiatan BJ. Memang kadang, kalau mau touring ke luar atau baksos, kita perlu dana cukup besar. Tapi, kalau sudah hobi dan rasa kebersamaan, masalah itu bisa kita atasi," pungkasnya. (pontiana banjaria)