Selasa, 17 Februari 2009

NSU Ikut Pameran


Di antara sepeda-sepeda yang dipamerkan di Mal Matahari, sepeda milik saya, Neckarsulm Stickmachen Union (NSU), adalah yang paling kusam. Bukan hanya karena belum di cat, bekas las-lasan juga masih terlihat di sana sini, terutama di sepakbor, jepit udang, dan batang S-nya.

Saya sedikit menyesal meninggalkan dan percaya begitu saja saat tukang las menggarap NSU. Sebab, begitu selesai, hasilnya tidak sesuai dengan harapan saya. Caranya membuat sambungan dan memotong sangat kasar dan bisa dilihat, lengkungan S terutama yang bawah, terlihat tidak mulus. Bentuknya jadi seperti patah, padahal tidak.

Dalam pameran tersebut, ada tiga jenis sepeda Jerman yang dipamerkan. Masing-masing Bismack, NSU, dan Opel. Untuk sepeda merek Opel, terlihat sangat istimewa karena tidak ada sambungan antara batang dengan batang lainnya. Semua seperti dibuat dengan cara dipress.

Saat menyaksikan sepeda-sepeda Jerman tersebut, ada aktivis WWF-Indonesia, yang asal Jerman. Dia takjub dan tidak percaya ada sepeda yang dibuat negaranya bisa sampai ke Pontianak. Dia kemudian tertarik dengan bel kecil yang nemplok di sepeda saya. Ia ingin sekali memilikinya karena juga punya sepeda, meski bukan sepeda tua. Sebagai kenang-kenangan, saya merelakan bel kecil tersebut untuk dia.

Sekarang, saya sedang menyempurnakan si NSU. Namun sulit sekali memperoleh yang orisinilan. Terutama setang dengan kosntruksi rem tusuk. Setangnya sih ada, namun sudah patah termakan usia. Saya juga kesulitan untuk mencari lampu karbit, gir depan, emblem, sadel, dan ketengkas.

Kalau ada rekan-rekan yang punya barang-barang tersebut, sudilah berbagi informasi. Siapa tahu harganya bisa cocok. Terimakasih. Hidup sepeda ontel. Hidup NSU!

Pameran Sepeda Betot Perhatian Warga





Pameran Sepeda Tua yang dihelat Sepeda Onte Kalbar (Sepok) di Mal Matahari pada 17-18 Januari 2009 membetot perhatian warga Kota Pontianak. Termasuk Wali Kota Pontianak, Sutarmidji SH Mhum.

Ia memuji Sepok yang telah menambah khasanah pariwisata Kota Pontianak. Bahkan, dalam waktu dekat berencana menggandeng Sepok untuk sosialisasi bersepeda di kalangan pelajar SLTP. Wali Kota juga akan mencanangkan aktivitas bersepeda bagi warga kota. Setidaknya, dalam tiga bulan ada satu hari yang digunakan untuk bersepeda.

Sementara itu, pengelola Mal Matahari, tidak menyangka kalau antusiasme pengunjung begitu besar. Karena itu, dari jadwal yang telah ditetapkan selama 17-18 Januari, pameran diperpanjang hingga 19 Januari. Untuk satu hari itu, pengelola mal tidak memungut biaya tempat alias gratis.

Di basedment Mal Matahari, pengunjung terus berdatangan dari pagi hingga mal tutup. Mereka terheran-heran ternyata masih ada sepeda-sepeda tua dengan kondisi sangat bagus. Lengkap dengan berbagai aksesoris yang berumur tidak muda lagi. Belum lagi ulah anggota Sepok yang bikin heboh dengan berpenampilan gaya zaman dulu.

Terdapat sekitar 45 sepeda di areal seluas 70 meter persegi. Jumlah sepeda dibatasi karena memang ruang yang tersedia tidak memadai. Kalaupun diperluas, maka konsekuensinya harus bayar lebih mahal. Sepeda-sepeda yang dipajang adalah sepeda-sepeda terpilih yang merepresentasikan merek, jenis, dan negara produsen.

Panitia sengaja tidak memasang pembatas di areal pameran untuk memberikan ruang lebih leluasa kepada pengunjung untuk berinteraksi dengan sepeda-sepeda tersebut. Jadi, mereka bisa memagang dan berfoto bersama di areal pameran.

Pengunjung makin antusias karena di areal dilengkapi dengan keterangan tentang sejarah singkat sepeda-sepeda tersebut. Ada juga foto-foto dan film dokumentasi tentang aktivitas Sepok selama setahun. Semua tersaji di layar proyektor cukup besar. Kemeriahan semakin terasa karena ada musik tanjidor yang jadi pengiring.

Pameran tersebut hanya rangkaian Hari Ulang Tahun Pertama Sepok yang jatuh pada 12 Januari 2008. Kegiatan lainnya adalah Fun Bike dan konvoi keliling kota. Berikut saya tampilkan sebagian suasana pameran. Selamat menikmati!

Titik Api Kalbar Tertinggi

PONTIANAK, TRIBUN - Sepanjang dua tahun terakhir, 2007-2008, titik api di wilayah Kalbar adalah yang tertinggi di Indonesia. Titik api yang terdeteksi berasal dari kawasan hutan tanaman industri (HTI), perkebunan sawit, dan lahan lainnya termasuk lahan milik masyarakat.

"Meski dengan titik api tertinggi, sejauh ini belum ada upaya berarti dari instansi terkait untuk mencegah terulangnya kembali pembakaran lahan," kata Forest Fire Coordinator WWF-Indonesia, Dedi Hariri, kepada Tribun, Selasa (17/2).

Di temui usai diskusi di Sekretariat Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Kalbar, Dedi menuturkan
pada 2007 dari 31.648 titik api di Indonesia, 6.450 titik api atau yang terbanyak berada di Kalbar. Diikuti kemudian oleh Sumatera Selatan dengan 4.814 titik api dan Kalimantan Tengan dengan 4.305 titik api.

Ia menambahkan, kebakaran lahan yang terjadi dari tahun ke tahun sejatinya sudah bisa diantisipasi. Namun sepertinya, upaya pencegahan belum terlihat. Pemerintah baru bergerak begitu hutan dan lahan terbakar. "Padahal, untuk mengatasi kebakaran tersebut, jauh lebih sulit. Satu di antaranya karena peralatan yang kita miliki sangat terbatas. Australia dengan peralatan memadai saja, tidak berdaya menjinakan api," ujarnya.

Dedi menuturkan, proses penegakan hukum juga masih lemah. Padahal, sudah ada UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Perda Nomor 6 tahun 1998 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan. Ada juga Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.
"Tampaknya belum ada pelaku pembakar lahan yang sampai ke pengadilan. Kalaupun ada, saya tidak yakin jeratan pasal yang dikenakan tidak bisa dielakkan oleh para pelaku," katanya.

Berdasarkan catatannya, pada 2007 dari 6.450 titik api, 35,5 persen berada di perkebunan kelapa sawit, HTI sebesar 25,5 persen dan lahan lain termasuk milik masyarakat sebesar 39,0 persen. Pada 2008, dari 5.671 titik api, sebanyak 47,07 persen berasal dari perkebunan sawit, 46,23 persen lahan lain termasuk milik masyarakat dan sisanya, 6,7 persen berada di areal HTI.

WWF sendiri berupaya proaktif dengan melakukan pendekatan ke pemerintah, pengusaha, dan masyarakat untuk mencegah pembukaan lahan dengan sistem bakar. Ke pemerintah, WWF melakukan inisiasi produk hukum, seperti Perda Kebakaran Hutan yang saat ini dilakukan di Kaltim.

"Kami melakukan MoU Zero Burning dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalbar. Sementara masyarakat kami ajak untuk tidak membakar lahan. Kalaupun cara membakar tidak bisa dihindari, pembakaran dilakukan dengan kendali api. Untuk ini, kami bahu membahu dengan LSM Diantama," papar Dedi. (hsm)

Tiga Terbanyak
Pada 2007 terdapat 31.838 titik api
Kalbar, 6.450 titik api
Sumsel, 4.814 titik api
Kalteng, 4.305 titik api

Pada 2008 terdapat 32.838 titik api
Kalbar, 5.671 titik api
Riau, 3.879 titik api
Jatim, 3.182 titik api
Sumber: WWF-Indonesia

Jumat, 13 Februari 2009

Jujur Saya Gamang


Pekerjaan jurnalis adalah menulis. Apa jadinya kalau seorang jurnalis “kehilangan” pekerjaan sementara dia masih aktif di penerbitan surat kabar. Situasi itu, kini saya hadapi. Jujur, sudah sekitar 5 tahun ini saya gamang. Ketika, posisi redaktur dipercayakan kepada saya.

Kini, sudah mulai terasa banyak keterampilan saya yang hilang perlahan. Sebut saja, saat mengetik saya tidak piawai lagi menggunakan sepuluh jari seperti dulu. Sebab saya hanya mengedit tulisan reporter. Itu artinya hanya dua atau beberapa huruf yang kerap saya tekan.

Ketajaman naluri dalam membaca persoalan di masyarakat dan menggiring problem solutif juga mulai tumpul. Semua terlihat biasa dan bukan berita. Sementara saya rindu bercengkrama dengan nara sumber yang pernah saya akrabi dulu.

Atau setidaknya bertemu dengan para nara sumber baru. Karena dari mereka saya mendapat segudang pelajaran berarti. Tentu saja tentang banyak hal seperti pekerjaan sebagai jurnalis yang menuntut tahu ini dan itu.

Saya pernah mengalihkan kerinduan menulis berita dengan menggarap beberapa cerita pendek. Awalnya sedikit terobati. Namun, kepuasannya tetap saja berbeda. Cerita pendek adalah ceita pendek. Menulis berita adalah menulis berita.

Saya mulai beripikir, apakah fase ini yang ditakuti rekan-rekan jurnalis senior yang pernah saya dengar. Bahwa penyakit wartawan adalah merasa mapan. Jangan cepat menjadi mapan kalau ingin menjadi wartawan berkualitas. Sebab penyakit mapan adalah kanker yang menempelkan rasa sakit di mana-mana.

Kalau menjalar di tubuh, penyakit malas sudah pasti. Kalau merambat ke otak, akan malas berpikir dan menganalisis. Bila lari ke hati, ia menjadi malas bertindak, beranjak, dan bekerja. Tiba-tiba, tubuh merasa berat meski sekadar membaca hal-hal ringan. Apalagi menghadapi layar komputer untuk menulis.

Saat ini, banyak jurnalis yang cepat merasa mapan. Mereka merasa sebagai penguasa di posisi tertentu dan merasa yang paling tahu segalanya. Akibatnya, ia kerap mengabaikan pendapat orang lain. Terutama rekan-rekan yang dipercaya menjabat sebagai redaktur, koordinator liputan, redaktur pelaksana, atau manajer produksi.

Jujur, jabatan-jabatan struktural itu benar-benar memabukkan. Apalagi jabatan itu dibarengi dengan segala hal fasilitas. Kemudian kita merasa cukup. Merasa hebat sudah jadi redaktur, jadi koordinator liputan, jadi ini dan itu.

Padahal, jabatan-jabatan itu membatasi ruang gerak penulisan. Kalau pun ada, hanya sekadar editing, entah kata atau kalimat kah. Pada judul, pada lead, atau pada tata wajah kah. Paling banter merencanakan liputan, mengevaluasi, sekaligus menyajikan dalam bentuk produk penulisan. Eksekusi, lagi-lagi itu urusan reporter!

Ketika masuk jabatan struktural, memang yang dibutuhkan lebih banyak kemampuan analisis ketimbang teknis. Lebih sering bergelut dengan konsep manajerial ketimbang operasional. Begitu kata teori manajemen yang pernah saya pelajari.

Sehingga, sejumlah rekan-rekan, termasuk saya, tidak menyadari kalau jabatan-jabatan tersebut bisa sangat mematikan. Bayangkan saja, sampai ada ungkapan “Untuk apa ke lapangan, kan sudah ada reporter.” Dan sepertinya, tugas sebagai seorang jurnalis selesai.

Padahal, sejatinya sikap tersebut, terutama sikap merasa mapan, dihindari. Sebab, dalam dunia jurnalistik tidak ada karya master piece. Semua karya adalah in the making. Artinya, apapun jabatannya, kalau memang ia merasa sebagai jurnalis, ia harus turun ke lapangan. Tidak sekadar merekam persitiwa, namun juga menciptakan berita-berita.

Buat rekan-rekan yang merasa puas, bersiaplah. Untuk mereka yang tidak resah karena tidak menulis, waspadalah. Sebab tidak akan ada lagi yang bisa dibanggakan. Bukankah kebanggaan seorang jurnalis adalah ketika orang lain mengakui kualitas karya tulisannya? Apa yang bisa dibanggakan la wong menulis saja tidak?

Kamis, 12 Februari 2009

Sepok Sempurnakan Kepengurusan


PONTIANAK, TRIBUN - Komunitas Sepeda Onte Kalbar (Sepok) menyempurnakan kepengurusan periode 2008-2011 dalam Rapat Tahunan yang digelar di gedung pertemuan SD Negeri 59 Pontianak, Minggu (8/2) pagi. Sekitar 115 anggota sepok, termasuk penasehat hadir dalam kegiatan tersebut.

"Rapat Tahunan merupakan amanat Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Jadi, sifatnya wajib dilaksanakan," kata Ketua Sepok, Jayus Agus Tono, kepada Tribun.
Dia menuturkan, Rapat Tahunan digelar untuk memaparkan laporan dan evaluasi program kerja pada 2008, reorganisasi dan menyempurnakan kepengurusan, serta penyusunan rencana program kerja untuk 2009-2010.

"Kami mengedepankan transparansi. Karena itu, semua harus dilaporkan kepada anggota, termasuk aliran dana dan kegiatan. Sementara penyempurnaan kepengurusan mutlak diperlukan karena tuntutan organisasi bertambah besar. Karena itu, dari empat divisi kita tambah menjadi 9 divisi, termasuk pembentukan koordinator wilayah untuk mempermudah koordinasi," papar Jayus.

Dia menambahkan, penetapan program kerja akan membantu arah kegiatan Sepok sepanjang setahun ini. Satu di antara program kerja itu adalah Sepok Masuk Sekolah yang bertujuan menumbuhkan kecintaan bersepeda kepada pelajar.

Dalam kesempatan itu, penasehat Sepok, Margono, meminta semua anggota untuk tetap solid dan menghargai satu sama lain. "Sepok bertambah besar. Tugas kita bersama untuk menjaga keutuhan organisasi agar kiprah Sepok semakin dirasakan masyarakat banyak," pinta lelaki yang menjadi penasehat sejumlah organisasi otomotif itu.

Susunan Pengurus Sepok 2008-2011

Penasehat : Margono, Jumanadi, Kemis, Maruki Matsum, H Eka Kurniawan, Yatna
Ketua : Jayus Agustono
Wakil Ketua : Hasyim Ashari
Sekretaris : Ardi
Bendahara : Rudi Agus Hariyanto

Divisi
PSDM : Suro, Mei Irmoko
Kesekretariatan : Jaya, Arie
Humas : Rully
Usaha Dana : Bahri, Sadimo, Stefanus Paiman
Advokasi : Stefanus Paiman, Ragito, Agus Handi, Joko Sulistio
Transportasi : Hafidz, Ibrahim
Teknik : Kasman, Igun
Perlengkapan : Eko, Ali, Tomo, Nanda, Junian, Surdiati, Joko Sulistio
Dokumentasi : Atel, Faisal
Koordinator Wilayah : Pontianak Barat (Topan, Tampoi), Pontianak Selatan (Giwan, Madi), Pontianak Timur (Isnaeni, Toro), Pontianak Tenggara (Wawa), Pontianak Kota (Yani, Mat Solar), Kabupaten Kubu Raya (Abu, Oki, Agus, Dodi)


Rencana Program Kerja 2009

1. Menghadiri Munas Kosti
2. Gerakan cinta bersepeda ke pelajar SLTP
3. Penerbitan Kartu Anggota dan Kartu Iuran (Maret)
4. Silaturahmi Bulanan
5. Touring ke Anjungan (7 Juni), Sungai Kakap (2 Agustus), Mempawah (29 Maret), Sungai Ambawang (1 November)
6. Outbond Sepok n Familly ke Pantai Kijing (19-20 Juli)
7.Persiapan HUT ke-2 SEPOK Januari 2010
8. Fun Bike (Tematik)
9. Kunjungan ke Markas Veteran (17 Agustus)
10. Kegiatan Ramadhan (Pawai Taaruf, Takjil, Selikuran, dan Halal bi Halal)
11. Pembuatan Akte Notaris
12. Pembuatan Buku Rekening SEPOK
13. Berpartifipasi dalam berbagai kegiatan jika diperlukan
14. Menghadiri undangan rekan-rekan ontelis nusantara jika memungkinkan
15. Rally Wisata (sounding ke Wali Kota)

Program kerja 2008 yang Terlaksana

Internal :
1. Penyusunan pengurus Inti
2. Pembuatan lambang, bendera, pin, dan kaus Sepok
3. Penentuan besar iuran anggota Rp 2.000 per bulan
4. Pengadaan sekretariat
5. HUT ke-1 Sepok (fun bike, pameran sepeda tua di mal matahari)
6. Konvoi tiap sabtu sore di Jl Gajahmada dan minggu pagi di GOR Pangsuma
7. Penyusunan AD/ART Sepok
8. Pembuatan stempel
9. Pembuatan kop surat
10. Pendataan anggota

Eksternal :
11. Penyelengara Fun Bike Hemat energi PLN Kalbar
12. Penyelenggara Fun Bike Stop Global Warming Bapedalda Kalbar
13. Pameran Sepeda Tua Hari Kebangkitan Nasional
14. Sosialisasi ke media massa
15. Koordinasi dengan KOSTI
16. Menghadiri Halan bi halal KOSTI
17. Menghadiri Peringatan Titik Kulminasi Matahari di Tugu Khatulistiwa
18. Berpartisipasi dalam Pesta Rakyat BRI
19. Promosi Kart "luna maya" XL
20. Touring ke sejumlah kota di Kalbar (Jungkat dan Singkawang)
21. Berpartisipasi dalam HUT Bank Kalbar
22. Menghadiri sejumlah undangan (Wisuda STIEP, Teknik UNTAN, EGP SMAN 1 Pontianak)

Sekretariat Sepeda Onte Kalimantan Barat
Jl Sumatera Nomor 6-7 Pontianak-Kalbar
Tlp : 08164987621 - 05617008558

Sabtu, 07 Februari 2009

Searching Berita Pertama

Sambil menunggu waktu deadline di Tribun Pontianak, saya iseng mencoba searching berita yang pernah saya tulis di Pontianak Post, tempat saya bekerja dulu. Dikit demi sedikit, berita itu saya kumpulkan melalui bantuan paman Google. Dapatlah beberapa di antaranya.

Saat membacanya kembali, saya kadang tertawa sendiri. Tidak percaya pernah membuat berita-berita tersebut. Pertama nulis berita pada Oktober 2000. Saya bermaksud mencari berita pertama saya yang dipublikasikan, soal perceraian tapi tidak ketemu. Meski begitu saya berharap berita yang ada ini bermanfaat. Selamat membaca!

Minggu, 7 Januari 2001
DR (HC) Drs Ikot Rinding, Sosok Dan Kiprahnya

Karena prestasinya di bidang pendidikan, putra daerah asal Landak ini mendapat gelar Doktor honoris causa (HC) dari Senior University Of Canada. Rika pangilannya saat masih anak-anak, adalah seorang putra daerah, anak petani yang berhasil menginjakkan kakinya di gedung DPR-MPR RI di Jakarta, Kamis dua pekan lalu Rika menerima Hasyim Ashari dari AP Post, banyak hal yang diungkapkan politisi yang juga tokoh pendidikan ini, dia juga secara khusus menyoroti kondisi pendidikan di Kalbar. Berikut petikan wawancaranya.

Sering disebut-sebut, sumber daya manusia di Kalbar masih tertinggal, menurut anda bagaimana?

Secara umum SDM yang kita miliki masih tertinggal. Dimungkinkan disebabkan oleh tingkat pendidikan kita yang masih rendah dan belum merata diseluruh wilayah Kalbar. Sebab Pemda belum memiliki perhatian yang serius terhadap sektor ini.

Terkait erat dengan SDM, bagaiamana dengan sosok pendidikan di Kalbar?

Setelah terjadi kerusuhan dibeberapa wilayah di tanah air, sesungguhnya bukan hanya di Kalbar saja, namun penurunan kuantitas dan kualitas pendidikan hampir merata semua daerah. Terutama diluar Jawa. Secara umum, pendidikan di Kalbar jauh tertingal dari daerah lainnya.

Indikasinya, untuk Nilai Ebtanas Murni saja kita masih kecil. Hal itu terjadi karena, masih banyak kendala yang dihadapi sektor pendidikan di daerah ini.

Bisa Anda uraikan biang dari semua itu?

Yang pasti pemda tidak memiliki konsep yang jelas akan dikemanakan dunia pendidikan Kalbar. Hingga hari ini saja tidak ada konsep pendidikan khusus yang mengarah pada pengembangan potensi daerah masing-masing.

Dengan kata lain, pemda belum mejadikan sektor ini sebagai sektor pembangunan yang harus diprioriotaskan. Indikasinya cukup jelas. Dari tahun ke tahun anggaran yang diperuntukkan bagi sektor pendidikan sangat kecil.

Sehingga tidak mengherankan jika tidak terjadi pemerataan pendidikan di wilayah Kalbar. Baik dari segi sarana dan prasarana fisik maupun materinya. Bahkan pemda juga enggan untuk memanfaatkan dan mengembangkan peneliti daerahnya sendiri.

Bisa Anda contohkan?

Anda bisa lihat, sudah berapa kali pemda lebih memilih dan percaya terhadap para peneliti dari pulau Jawa untuk melakukan studi kelayakan dan penelitian akan program dan proyek pembangunan Kalbar. Padahal dari segi kualitas dan latar belakang edukatif peneliti yang kita miliki tidak kalah. Ini menandakan pemda kurang cooperating. Bukan hanya itu, biaya untuk beasiswa bagi mahasiswa dan dosen baik untuk pendidikan dan penelitian juga disediakan sangat kecil. Itu artinya sama saja dengan mematikan potensi yang ada.

Bisa Anda uraikan relevansi sektor pendidikan dengan potensi yang dimiliki daerah?

Genderang otonomi daerah oleh pusat telah dibunyikan. Mau tidak mau daerah harus menyambutnya dengan persiapan dipelbagai sektor. Terutama sektor yang potensial untuk bisa menghasilkan Pendapatan Asli Daerah.

Untuk mengolah sektor tersebut diperlukan berbagai perangkat. Disamping peraturan, juga sumber daya manusianya harus menunjang. Mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan itu. Menurut hemat saya, sudah seharusnya pemda mengembangkan sektor pendidikan yang mampu menunjang pengembangan potensi daerah.

Misalnya, Kapuas Hulu dan Putussibau yang kaya akan aset pariwisata, dibanguan sebuah sekolah lanjutan kusus untuk keperluan pariwisata itu. Ketapang dan Sintang, dengan potensi hutannya juga harus dilengkapi dengan sekolah kehutanan. Landak dengan potensi perkebunan dan pertanian, juga harus dilengkapi dengan pendidikan disektor tersebut. Pontianak yang potensial untuk sektor perdagangan dan industri juga demikian.

Apakah harus sekaku itu?

Secara ideologis harus. Karena itu pilihan yang mau tidak mau harus diambil. Pasalnya sejauh ini pendidikan yang kita bangun secara keseluruhan masih umum. Dan sama sekali lemah akan muatan lokalnya. Hal inipun dilakukan untuk menghindari adanya overlapping sektor pendidikan.
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Tokoh&id=2394


Senin, 13 November 2000
Hari Ini, STKIP Wisuda Lulusan

Pontianak- Hari ini Senin (13/11), Sekolah Tinggi Keguruan Ilmu Pendidikan (STKIP) Pontianak, akan menglangsungkan wisuda lulusannya, Sebelumya Sabtu (11/11), diadakan Yudisum dari Ketua Jurusan masing-masing ke Ketua STKIP Pontianak. Menurut Ketua Panitia, Drs Siswayo MPd , Kalau tidak ada halangan, Ketua Yayasan Lembaga Pendidikan Perguruan Tinggi PGRI Pusat akan menghadiri acara wisuda ini.

Wisuda akan dilangsungkan di gedung Kartini jalan Ahmad Yani pukul 08.30, dalam rapat senat terbuka yang dipimpin Ketua STKIP Ketua STKIP Prof DR Uray Husna Asmara MPd. Dijelaskannya dari 67 wisudawan, untuk Strata I sebanyak 65 orang dan 2 orang untuk Strata 2. Menurut Ketua panitia, Drs Siswoyo, MPd, Srata II (S-2), berasal dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA), jurusan Matematika, dan Universitas Negeri Malang (UM), jurusan Konseling.Para mahasiswa S-2 ini dibiayai oleh STKIP Pontianak. Dari 65 wisudawan, masing masing 3 orang jurusan Matematika, 7 orang jurusan Administrasi Pendidikan, 37 Jurusan Pendidikan Pembinaan Kewarganegaraan (PPKN), serta 20 jurusan Bimbingan Konseling.

Dalam wisuda kali ini STKIP, Jumrah tercatat sebagai lulusan tertinggi dengan IPK 3,16 jurusan Bimbingan Konseling, sedangkan Tonisi Marsoit (40), lulusan terlama 17 tahun. Tonisi Marsoit sekarang bertugas di Kodim 1205 Sintang. Ditanya soal keterlambatanya dalam meyelesaikan kuliahnya, Tonisi menjawab bahwa ia selama ini sering tugas negara." Tugas negara labih penting," ujarnya kepada AP Post di ruang Aula STKIP dengan bahasa Batak yang kental.(hsm)

Kamis, 1 November 2001
Abdurrahman Terkapar Ditusuk Sahabat Sendiri

Pontianak-Hanya karena saling ejek, Abdurrahman alias Cendol (22) terkapar ditusuk sahabatnya sendiri Rn, di Terminal Kapuas Indah, Rabu (31/10) pukul 14.30 WIB. Akibatnya, Cendol yang tinggal di Komplek Acisa Permai ini mengalami luka tusuk cukup dalam pada rusuk kanan dan kepala bagian atas.

Keterangan yang berhasil diperoleh AP Post di TKP, sejak tengah hari cendol minum disebuah kedai yang terletak di Komplek Terminal Kapuas Indah. Tidak lama berselang, ia dihampiri Rn. Lalu terjadilah perang mulut diantara keduanya.

Cendol yang terlalu banyak menenggak alkohol, tidak lagi bisa mengendalikan diri. lalu terjadilah perkelahian diantara keduanya, yang lantas mengalihkan perhatian warga sekitar. Ketika itulah, Rn tiba-tiba mencabut sebilah pisau dari balik pinggangnya. Dalam sekejap ia menyarangkan mata pisaunya tepat di rusuk sebelah kanan Cendol.

Dalam keadaan sempoyongan dan terus memegangi luka yang menganga, Rn kembali melayangkan bogem mentah, hingga Cendol roboh. Saat itulah, kembali ia menusukkan pisau yang masih berlumuran darah itu tepat di kepada lawannya. Warga yang menyaksikan peristiwa tersebut, tidak bisa berbuat banyak.

Setelah puas telah merobohkan Cendol, Rn melarikan diri. berkat laporan warga, tidak berapa lama kemudian, petugas datang ke lokasi dan melarikan Cendol ke Disdokkes Polda Kalbar. Sementara, hingga kini Rn masih buron.

"Mereka itu bersahabat dan sudah biasa minum-minum di tempat itu," ujar seorang petugas parkir di Pasar Kapuas Indah menjawab pada AP Post. Sementara itu, tim medis Disdokkes Polda Kalbar, berusaha memberikan pertolongan kepada Cendol.

Luka-lukanya pun dijahit dan diobati. Namun tidak berapa lama setelah ia diobati, tiba-tiba ia bangkit bergegas meloncat pagar dan berusaha melarikan diri. Cendol dengan sekuat tenaga berlari ke arah Jalan Achmad Yani. Petugas segara memburu korban yang diduga kabur lantaran terlibat tindak kriminal lainnya itu. Dengan mudah petugas berhasil meringkus Cendol. Namun ia terus meronta dan berusaha sekuat tenaga untuk kabur.

Dengan pengawalan ketat, ia kemudian dirujuk ke RSUD dr Soedasro. Sebelum berusaha kabur dari Disdokkes Cendol meminta tim medis agar bersedia mengantarnya ke rumah orangtuanya di Acissa Permai. Namun karena masih dalam penyidikan petugas, tim medis tidak bersedia memenuhi permintaan korban.(hsm)
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Metropolis&id=10752


Senin, 18 Desember 2000
Belanja Terganggu Air Pasang

Pontianak- Sejumlah kawasan kota kembali tergenang air akibat pasang yang kembali melanda pada pagi hari. Genangan umumnya terjadi pada daerah yang berada dekat dengan bibir sungai, seperti kawasan Jeruju, Jalan Pak Kasih dan daerah pinggiran Sungai lainnya.

Akibat pasang ini, kompleks Kapuas Indah yang padat dengan pungunjung ini cukup tergaggu, apalagi pada Minggu kemarin terjadi peningkatan arus orang berbelanja, sehubungan semakin dekatkan Natal dan Lebaran.

Kecuali itu, Kompleks Yuka, yang terletak di jalan Komyos Sudarso, Jeruju, Pontianak, sudah empat hari yang lalu tergenang air. Bahkan, ketinggian air hingga mencapai lutut. Sehingga warga yang hendak keluar masuk komplek, yang hanya beberapa puluh meter dari sungai kapuas itu, terpaksa menggulung celananya, ada mengangkat roknya tinggi-tinggi, belum lagi sepatu yang juga terpaksa di tenteng. Sebab jika tidak, warga akan basah kunyup dibuatnya.

Pada Jumat (15/12) ada beberapa rumah warga yang tergenang air. Masjid Al-Muqiminpun tidak jauh berbeda. Bagian dalamnya dimasuki air itu. Menurut penuturan Yuli, kejadian seperti ini, sudah sering kali terjadi. Bahkan katanya, hampir setiap tahun. Maka tidak heran, jika beberapa rumah warga sengaja dibangun agak tinggi dari permukaan tanah.

"Setiap bulan desember, komplek Yuka sudah langganan banjir," tutur Yuli, menjawab AP Post, Minggu (17/12). Ia juga menceritakan, pada tahun yang lalu, warga yang sedang sholat Idul Fitri, sempat terusik karena halaman dan bagian dalam masjid yang tepat berada di sebelah rumahnya itu, tergenang air.

"Terus terang, saya merasa cemas juga mas, takut-takut pasangnya bertambah besar dan hujan terus turun, wah bisa banjir nanti," ungkap Muhammad Sulaiman, yang ketika ditemui AP Post, sedang membersihkan teas rumahnya yang tergenang air.

Jika sebagian warga merasa kuatir, lain halnya dengan anak-anak. Mereka terlihat sangat gembira. Bercanda dan "berkubang" setiap harinya. "Nyaman Bang, sejuk," seloroh Andi yang tengah bermain air di parit dekat rumahnya bersama lima orang rekannya.

Jika dilihat dari topografinya, komplek Yuka memang tergolong lebih rendah dibandingkan daerah lain disekitarnya. Belum lagi, posisinya yang sangat berdekatan dengan sungai Kapuas. Namun walaupun "banjir" itu kerap kali terjadi, warga komplek tetap bertahan untuk tinggal. "Semoga saja, tahun ini pasangnya tidak sampai besar, apalagi banjir," ujar Yuli.

Ternyata genangan airpun tidak hanya terjadi di kopmplek Yuka, halaman Universitas Pancabhaktipun ikut tergenang. Belum lagi halaman SMK 2 Pontianak yang setiap kali pasang juga tidak kalah banjirnya.

Disamping ruas jalan sepanjang jeruju, genangan air diatas mata kakipun terjadi di pasar Kapuas Indah, tepatnya disekitar terminal oplet, dibawah jembatan penyeberangan. Sudah beberapa hari ini, mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB air sungai Kapuas perlahan menggenangi terminal yang cukup ramai itu.

Tentu saja hal ini sangat menggangu para pengguna jalan dan para sopir angkutan. Belum lagi air yang tergenang itu, keruh. Karena bercampur dengan sampah-sampah pasar dan air bah.(hsm)
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Kota&id=1512

Jumat, 28 Februari 2003
Penipuan Berkedok Barang Antik Merajalela

Sungai Pinyuh,- Penipuan berkedok penjualan barang-barang antik, masih saja merajalela di Terminal Sungai Pinyuh dan sekitarnya. Tidak sedikit korban yang berjatuhan. Karena itulah warga meminta kepada aparat keamanan untuk menyikapi persoalan tersebut. Jika tidak, warga dan penumpang di terminal akan terus menjadi sasaran empuk sindikat tersebut.

Informasi yang berhasil dihimpun Pontianak Post, para penipu itu sangat rapai mengorganisir diri. Di kawasan Terminal Sungai Pinyuh sendiri, jumlahnya mencapai 20 orang. Mereka tersebar di sejumlah lokasi. Tidak saja di dalam terminal namun juga disejumlah tempat pemberhentian bus antar kota lainnya.

Terutama yang berada di Jalan Jurusan Seliung. Kerja mereka dibagi dalam tiga waktu yaitu pagi, siang dan sore. Setiap waktu dilakoni oleh kelompok yang berbeda, namun masih dalam satu sindikat. Dalam menjalankan aksinya, mereka tidak bekerja sendirian. Namun dengan cara berkelompok antara dua sampai lima orang.

Pertama, mereka mendekati korbannya dengan pura-pura menjual barang-barang antik. Misalnya keris sakti, cincin kebal dan sebagainya. Setelah calon korbannya ditawari, kemudian berdatangan anggota sindikat lainnya.

Mereka bersikap sebagaimana mestinya, sehingga calon korbannya bertambah yakin. Setelah korbannya tertarik dengan barang dan harga yang disepakati serta membayarnya, anggota sindikat tersebut pergi menjauh.

Mereka kembali lagi ke lokasi semula, setelah korbannya melanjutkan perjalanannya kembali. Banyak yang mengakui kehebatan anggota sindikat ini dalam menjual barang. Sehingga, banyak warga yang akhirnya memilih untuk membelinya.

Meski dengan harga ratusan ribu rupiah. Tidak hanya itu, seperti dihipnotis para korbannya, juga enggan untuk melaporkan penipuan yang telah menimpanya kepada petugas. Keadaan tersebut, yang selanjutnya menyulitkan polisi untuk melakukan penyelidikan dan penangkapan. Sebab, bukti awal berupa laporan dari warga, tidak ada. Selain itu, disebut-sebut ada oknum petugas yang "melindungi" aktivitas mereka.

Meski begitu, beberapa waktu silam, jajaran Kepolisian Sektor Sungai Pinyuh, berhasil menangkap Ag, setelah ketahuan melakukan penipuan serupa.
"Saya memang belum pernah kena tipu kawanan itu. Tetapi seorang rekan saya pernah ditipu sekali. Saat itu, dia tidak sadar telah membeli sebuah keris kecil berwarna kuning keemasan yang katanya berkhasiat untuk membuat rezeki lancar dan tubuh tidak mempan senjata tajam," kata Herman (32) penumpang asal Sanggau ketika ditemui Pontianak Post di pemberhentian bus ABM, Sungai Pinyuh kemarin.

Menurutnya, penipuan sejenis tidak hanya terjadi di Terminal Sungai Pinyuh dan sekitarnya. Melainkan juga di terminal-terminal lain, tidak terkecuali pasar. Di Terminal Batulayang dan Siantan, aksi penipuan tersebut sudah berlangsung lama. Dia, seperti juga penumpang lainnya berharap berharap, pihak kepolisian semakin gencar memerangi mereka. Mengingat sepekterjangnya sudah sudah sangat meresahkan.(hsm)
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Pinyuh&id=21852

Minggu, 2 Februari 2003
Aktivitas Ekonomian Sungai Pinyuh Lumpuh

Sungai Pinyuh,- Diperkirakan aktivitas ekonomi Sungai Pinyuh lumpuh total, selama perayaan tahun baru imlek 2554. Para pedagang dari etnis Thionghoa memutuskan untuk menutup toko-toko mereka. Mereka baru akan buka kembali pada Rabu (4/2) mendatang.

Berdasarkan pengamatan Pontianak Post, warga etnis Thionghoa memilih untuk merayakan imlek bersama sanak keluarga. Ada juga yang berkunjung dari satu rumah ke rumah lainnya. Dari yang hanya sekedar mengucapkan selamat hingga saling bertukar bingkisan.

Bingkisan juga diberikan kepada para tetangga mereka yang bukan dari golongan etnis Thionghoa. Mereka membagikan kue dodol yang lebih dikenal dengan Kue Keranjang. Mereka nampak begitu gembira dan bahagia. Hal itu ditunjukkan dengan pakain mereka yang serba baru. Keceriaan juga terlihat diraut wajah anak-anak kecil.

Bagi merka imlek berarti angpau dan baju baru. Mereka terlihat hilir mudik di sekitar Pasar Sungai Pinyuh. Ada yang jalan kaki, ada juga yang mengayuh sepeda pancal. Warna merah, putih, kuning dan biru terlihat mendominasi corak pakaian yang mereka kenakan.

Sementara malam tahun baru imlek, diwarnai dengan hujan lebat. Hujan yang turun sejak pukul 18.00 Wib itu, baru berhanti sekitar pukul 02.00 Wib dini hari. Namun begitu, hujan tidak menghalangi warga Thionghoa untuk menyiapkan pergantian tahun. Ada yang membakar lilin di pekong-pekong, ada juga yang membeli pernak-pernik imlek, semisal buah Jeruk Bali segar berwarna kuning.

"Jeruk ini disimpan di loteng untuk keberuntungan. Setelah selesai imlek lalu di makan. Makanya, harus jeruk yang bagus biar keberuntungan di tahun ini juga bagus," kata Aphin, warga Pasar Baru yang ditemui Pontianak Post. Seperti pemilik toko lainnya, Aphin juga demikian.

Perayaan imlek di Sungai Pinyuh kali ini, memang sedikit lebih sederhana, jika tidak dibilang sepi. Tidak ada lagi pertunjukkan barongsai dan aksi naga seperti tahun sebelumnya. Kemeriahan berupa pesta petasan dan kembang api juga tidak terlihat. Meskipun ada, jumlahnya tidak semeriah tahun lalu. Secara turun temurun, pesta kembang api dan naga selalu meramainkan pergantian tahun di Sungai Pinyuh.(hsm)
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Pinyuh&id=19272

Kamis, 17 April 2003
Posisikan Sungai Pinyuh
Sebagai Poros Pontianak-Kuching

Sungai Pinyuh,- Sejumlah kalangan berharap agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pontianak dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalbar memposisikan kawasan Sungai Pinyuh sebagai poros Pontianak-Kuching. Demikian salah satu point yang terungkap dalam seminar Kebijakan Strategi Pengembangan Kota Sungai Pinyuh yang dilangsungkan di Gedung Liong Sin, Sungai Pinyuh, Rabu (16/4).

Hadir dalam seminar tersebut, Ir H Said Djafar mantan Kepala Kimpraswil Kalbar yang memaparkan konsep dasar pengembangan kota, Ir Matsum dari Bappeda Kabupaten Pontianak memaparkan tata ruang Sui Pinyuh dan implementasinya, Drs Marsono dari Dinas Kimtakot Kabupaten Pontianak yang menguraikan kendala pelaksanaan Perda 03 Tahun 2000 tentang Izin Mendirikan Bangunan (IMB) serta Drs Samsir Ismail, MM dari Ikatan Cendikiawan Musim Indonesia (ICMI) Kabupaten Pontianak yang membawa materi peran swasta dalam pertumbuhan kota.

Dalam seminar terungkap, Kota Sungai Pinyuh cocok dikembangkan sebagai jalur lintas poros Kuching-Pontianak. Tidak bisa dipungkiri bahwa Sungai Pinyuh menjadi kawasan transit bagi warga yang pulang dan pergi dari dan ke Kuching.

Untuk itu, pemerintah hanya tinggal melengkapi diri untuk membangun inprastruktur memadai yang diperlukan. Misalnya, tempat kerja, tempat transportasi, tempat tinggal, rekreasi, transportasi, dengan memperhatikan aspek keamanan, kebersihan, dan keselarasan serta nilai-nilai budaya setempat.

Untuk merealisasikan kondisi itu, diperlukan dukungan dari segenap masyarakat, pengusaha dan pemerintah sendiri. Sejauh ini, jika melihat kondisi riil Sungai Pinyuh saat ini, memang akan banyak kendala dan perubahan besar. Mengingat Kota Sungai Pinyuh yang semrawut.

"Seminar digelar untuk mencari format pengembangan Sungai Pinyuh ke depan. Sehingga bisa diberikan masukan kepada Pemkab Pontianak dalam rangka penyusunan Rencana Umum Tataruang Kota (RUTRK)," kata Susanto, ketua penyelenggara.(hsm)
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Pinyuh&id=25681

Catatan Perjalanan Karir
SUNGAI AMBAWANG-Akhirnya, Kecamatan Sungai Raya keluar sebagai juara umum MTQ ke-23 Kabupaten Pontianak yang dilaksanakan di Sungai Ambawang, Jumat (29/3) lalu.

Kecamatan Sungai Raya menyisihkan 14 kecamatan lainnya-termasuk juara umum MTQ ke-22 Kecamatan Mempawah Hilir-dengan mendominasi hampir diseluruh cabang yang dipertandingkan. Atas prestasi tersebut, kontingen Sungai Raya berhak membawa pulang hadiah piala bergilir Bupati Pontianak.

Bedasaran hasil keputusan dewan juri, yang diketuai oleh Drs M Yusuf Was Syarif, cabang tilawah, golongan dewasa putra Sujai (Sei Raya) keluar sebagai juara pertama. Diikuti Dedi afriadi (Sei Kakap) dan Mustafa Tuwuh (Mempawah Hilir) sebagai juara kedua dan ketiga.

Sedangkan golongan putri, Asnawati A Kadir (Sei Kakap), Rosnani Hanafi (Sei Raya) dan Siti Munirah (Sei Raya) masing-masing sebagai juara pertama, kedua dan ketiga.

Golongan remaja putra, juara pertama Achmad Dahlan (Sei Raya), juara kedua Anwar deraman (Siantan) dan juara ketiga Hendra Pradana (Sei Kakap). Sementara dibagian putri, keluar sebagai peserta terbaik pertama Rabiah Alias (Siantan), terbaik kedua Lilis Suryani (Sei Kakap) dan Hamidah (Sei Raya) sebagai terbaik ketiga.

Dibagian anak-anak, golongan putra juara pertama Ahmad Syuaibi (Sei Raya), kedua Abdul Muthalib (Kubu) dan ketiga Taufik Akbar (Sei Ambawang).
Dibagian putri, Syamsiah M Sood (Sei Kakap) juara pertama, Jumirah (Teluk Pakedai) jura kedua dan Novianti (Batu Ampar) juara ketiga.

Golongan cacat netra dibagian putri, Marwati Sarijan (sei Kakap) sebagai juara ketiga (hanya satu peserta), dibagian putra, Mursalin (Siantan) dan Isya Munadi (Sei kakap) sebagai juara kedua dan ketiga (hanya dua peserta). Dicabang Hifzil quran golongan 1 juzz dan tilawah, Marlinda (Sei Kakap) sebagai juara pertama, Sumiyati Arifin (Sei Pinyuh) juara kedua dan Khairul Ahwal (Sei Ambawang) keluar sebagai juara ketiga.

Dibagian putra, Anas hafiludin (Sei Ambawang) sebagai terbaik pertama, M Indra (SEI Pinyuh) Terbaik kedua dan Yusran Sunadi (Sei Kakap) terbaik ketiga. sementara golongan 5 juzz dan tilawah, Ahmadi (Sei Kakap) membuktikan dirinya sebagai peserta putra terbaik, diikuti Subairi (Sei Ambawang) dan Mursalin (Sei Raya).

Cabang Fahmil qur,an terbaik pertama diraih regu C (Sei Raya), terbaik kedua grop A (Mempawah Hilir) dan terbaik ketiga grop B (Sei Kakap). Dicabang syrhil quran, predikat juara pertama diraih Mempawah Hilir, kedua Siantan dan ketiga Sei Raya.

Cabang Khotil, golongan hiasan mushaf, bagian putri juara pertama diraih Nurhamni (Mempawah Hilir), juara kedua Rubiyanti (Sei Kunyit) dan ketiga Maryana (Sei Raya). Dibagian putra, juara pertama Jumadi (Sei Kunyit), kedua Irwanto (Sei Kakap), ketiga Mahrus (Sei Raya). Golongan naskah, dibagian putri juara pertama diraih Deti Darmawati (Sei Pinyuh), juara kedua Luluk (Sei Raya) dan Supriyati (Rasau Jaya). Dibagian putra, terbaik pertama diraih Khairani (Sei Kunyit), kedua Sesep (Mempawah Hilir) dan ketiga Tri Kuncoro (Sei Pinyuh).(hsm/pk)

Selasa, 11 Maret 2003
Digelar, Pekan Pengenalan Internet Pelajar

Sungai Pinyuh,- Kantor Biro Pontianak Post Sungai Pinyuh, menggelar pekan pengenalan internet bagi pelajar, 24 Februari-01 Maret kemarin. Kegiatan yang tidak dipungut biaya tersebut, diikuti oleh pelajar SLTP dan SMU yang ada di Mempawah dan sekitarnya.

Antara lain, SLTP Negeri 1 Mempawah, SLTP Negeri 1 Sungai Pinyuh (Anjungan-red), SMU Negeri 1 dan 2 Mempawah, SMU Negeri I Sungai Pinyuh, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah AL-Fallah Mempawah. Masing-masing sekolah mengirimkan tiga orang pelajar. Sehingga jumlahnya menjadi 21 orang.

Pekan pengenalan internet tersebut, menandai telah beroperasinya Warung Internet (warnet) InfoNet Biro Sungai Pinyuh. Selain itu juga sebagai bentuk nyata partisipasi Pontianak Post grup untuk ikut memasyarakatkan teknologi informasi dan komunikasi internet. Khususnya kepada pelajar di daerah agar mereka tidak Gatek alias gagap teknologi.

Minimal tidak tertinggal jauh dengan pelajar-pelajar lainnya, di kota lain seperti Pontianak dan Singkawang. Sejauh ini, sebagian pelajar di Mempawah dan sekitarnya, masih belum mengenal dan menggunakan kemudahan yang ditawarkan teknologi informasi berbasis sistem komputerisasi itu.

Karena itulah, ketika program tersebut ditawarkan kepada sekolah-sekolah, mereka menyambutnya dengan baik. Begitupun, para pelajar yang mengikuti program itu, merasa sangat beruntung.
"Kami mendapatkan sesuatu yang baru. Meski sebenarnya kami mengetahui teknologi informasi seperti ini, sudah berkembang sejak beberapa tahun silam. Akan tetapi, baru sekarang inilah, kami berkesempatan mengenal, menikmati dan menggunakan internet. Kalau bisa Pontianak Post memberikan kesempatan kepada pelajar-pelajar lainnya," kata Rio salah satu pelajar yang ambil bagian dalam kegiatan tersebut.

Bagi pelajar seperti Rio, yang baru berhadapan dengan komputer dan internet, mengaku awalnya cukup sulit untuk belajar.
Tetapi, setelah mendapat bimbingan dari instruktur selama dua jam, diapun bisa memahaminya dengan baik. Sementara itu, menurut Ilam, operator InfoNet yang sekaligus dipercaya sebagai instruktur dalam pekan pengenalan internet tersebut menceritakan, dari 21 pelajar itu, ada sebagian yang sudah mengenal dan akrab dengan internet. Namun sebagian lainnya, belum.

"Bagi mereka yang minimal sudah mengenal komputer, hampir tidak ada kesulitan mengajarkan internet. Namun bagi yang belum mengenal komputer sama sekali, memang ada hambatan berarti tapi kebanyakan mereka mau belajar dan bisa juga mengikuti seluruh materi yang diajarkan," kata Ilam.

Menurutnya, materi yang diajarkan kepada pelajar tersebut antara lain membuat elektronik mail (e-mail), webs searching, chating dan sebagian pengenalan dasar-dasar komputer bagi mereka yang belum mengenal komputer sama sekali. Waktu sebanyak dua jam digunakan cukup efektif. Satu jam pertama untuk pengenalan dan satu jam lainnya memberikan kesempatan kepada mereka untuk mempraktekkan sendiri materi yang sudah diberikan.(hsm)
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Pinyuh&id=22731

Kamis, 23 November 2000
Pertanian, Pemda Kota Kurang Berbuat

Pontianak- Kepala Balai Imformasi dan Penyuluh Pertanian Kalimantan Barat, Ir Muchtiar mengatakan, bahwa sektor pertanian cukup potensial untuk dikembangkan di Kota Pontianak. Sayangnya, menurut Muchtiar, sektor ini luput dari perhatian pemerintah Kota.

Hal ini terlihat dari tidak dimasukkannya area pertanian di dalam rencana tata ruang kota. Padahal masyarakat tani jumlahnya relatif besar, apalagi pontianak berkedudukan sebagai basis kegiatan perdagangan dan jasa. Walau demikian jajaran pertanian akan tetap eksis.

Sementara itu, menurut sejumlah pedagang di Pasar Mawar, Pasar Dahlia dan Pasar Flamboyan, hingga saat ini banyak sayur-mayur yang dijual di pasaran itu, berasal dari Jawa, sebagian lagi didatangkan dari luar daerah. Bahkan cabe yang dapat tumbuh baik juga didatangkan dari luar.

Sementara, itu Muchtiar mengungkapkan banyak lahan tidur di Kota Pontianak yang seharusnya bisa dimanfaatkan. Dulu, ketika krisis mulai mendera Pemda Kota pernah melancarkan program pemanfaatan lahan tidur, namun hanya sebentar namun tidak ada ada lagi gemanya. "Kami bertekad, setiap jengkal tanah Kota harus ditanami," menjawab AP Post Rabu (22/11), disela-sela kegiatan Pelatihan Teknis Penyuluh Pertanian Kota Pontianak, di Ruang Rapat Paripurna Bappeda Kota.

Adapun daerah yang potensial menjadi sentra pertanian, menurutnya, adalah kecamatan Pontianak Utara. Karena kondisi tanah di daerah tersebut sangat cocok untuk budidaya pepaya, lidah buaya dan sayur-sayuran serta tanaman holtikultura lainnya.

Idealnya, menurut Muchtiar, keinginan wali kota untuk menjadikan kota pontinak sebagai proyek percontohan pengembangan agribisnis harus mendapatkan dukungan semua pihak. Dengan demikian ekonomi kerakyatan akan terbangun, sehingga kesejahteraan masyarakat petani dapat diperbaiki.(hsm)
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Kota&id=1303





Jumat, 6 April 2001
*Dari Kunjungan Komisi V DPR-RI
Pelindo Belum Siap Hadapi AFTA

KETUA Tim Komisi V DPR-RI, DR HM Azwir Dainy Tara menilai, Pelabuhan Indonesia Cabang Pontianak (Dwikora) untuk saat ini masih belum bisa mendukung penuh lajunya pengembangan dan pertumbuhan ekonomi Kalbar yang kian pesat dari hari kehari. Apalagi dalam menyongsong AFTA nanti.

Karenanya, jika tidak dilakukan langkah-langkah antisipasi, bukan tidak mungkin, pelabuhan ini akan tidak mampu memberikan pelayan maksimal kepada para investor dan masyarakat. Menurutnya, kurangnya dukungan itu itu dapat dilihat dari terbatasnya kawasan pelabuhan yang hanya 4 hektar.

Padahal idealnya, sebuah pelabuhan memiliki luas minimal 20-30 hektar. Selain itu, letaknya yang ditepi sungai juga menjadi kendala. Sebab, daerah aliran sungai mudah terjadi pendangkalan akibat dari erosi di daerah hulu.

Selain itu, kapasitas jalan juga tidak memadai untuk dilintasi mobil-mobil kontainer. "Tim akan merekomendasikan kekurangan Pelabuhan Pontianak ini ke Pusat, selanjutnya dalam waktu dekat akan dicarikan jalan keluar untuk pemecahan masalah-masalah tadi," kata Azwir kepada AP Post, usai pertemuannya dengan jajaran departemen perhubungan dan PT Pelindo II Cabang Pontianak, Rabu (4/4).

Hal dibenarkan oleh General Manager PT Pelindo II Cabang Pontianak, Drs Edy Purwanto. Menurutnya, untuk accesroad, memang kurang memadai. Kapasitas jalan yang hanya 8 ton harus dilewati oleh kontainer berkapasitas 12-15 ton.

Sehingga jalan-jalan cepat mengalami kerusakan. Selain itu, pengelola pelabuhan setiap tahunnya harus mengeluarkan Rp 9,78 milyar untuk pengerukkan. Jika tidak dilakukan pengerukkan akan sangat menghambat kecepatan dan ukuran kapal yang akan masuk pelabuhan.

Hal tersebut diperparah oleh banyaknya kapal-kapal yang berlabuh dan tidak melakukan aktivitas. Disamping itu, lokasi dan peralatan untuk aktivitas bongkar muat barang juga terbatas. "Kami minta kerjasama dengan pemerintah kota dan provinsi untuk membangun prasarana jalan dan perluasan dermaga," tutur Edy.

Ia juga bertutur, Pelindo baru saja melakukan perluasan 100 meter ke arah Barat serta penambahan truck, empat unit forklip. Ditambahkan Azwir, untuk meningkatkan kinerja Pelabuhan Pontianak, Pemerintah Pusat akan segera mengusahakan keuangannya dan kontraktornya.

Namun ia mengaku belum dapat memastikan kapan realisasinya, siapa pihak-pihak tersebut dan berapa besar bantuannya. Namun yang jelas kata dia, pelabuhan Pontianak harus dikembangkan, sebab kedepan fungsinya akan sangat vital dan urgent, baik untuk cargo, penumpang, terutama bagi perdagangan antarpulau dan negara. " Perkembagan dan pertumbuhan sebuah kawasan sangat tergantung dari sarana dan prasarana perghubungan. Salah satunya pelabuhan. Jika tidak, potensi yang dimiliki daerah tidak akan bisa dimanfaatkan secara maksimal," papar wakil ketua fraksi Golkar ini.

Dari hasil pertemuannya dengan pihak PT Pelindo II Cabang Pontianak dan Departemen Perhubungan, tercetus wacana untuk membangun sebuah pelabuhan yang lebih besar di sebuah lokasi yang lebih memadai. Misalnya di tepi laut. Atau dengan membangun sebuah pelabuhan khusus.

Misalnya PTPN XIII dengan investor Malaysia bekerjasama membangun sebuah pelabuhan untuk mengangkut CPO. Dari hasil pengamatan tim, Kalbar lebih beruntung dari daerah lainnya. Sebab sudah terlihat kepastian investor masuk, sementara daerah lainnya masih meragukan.

Diakui, investor pada umumnya memang sangat tertarik pada sektor agrobisnis. Sehingga karet, sawit dan produk perkebunan lainnya selalu jadi incaran mereka. Praktis untuk menunjang percepatan distribusi sumber-sumber itu diperlukan pelabuhan yang representatif. " Namun membangun sebuah pelabuhan baru itu tidak semudah memindahkan rumah. Banyak faktor yang harus diperhatikan," ucap Edy.(hsm)
http://arsip.pontianakpost.com/berita/index.asp?Berita=Pinyuh&id=2463

Jumat, 24 Januari 2003
2003, KTNA Usung Program Prioritas

Mempawah,- Memasuki tahun 2003, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Pontianak telah menyiapkan sejumlah program prioritas yang ditengarai mampu memberikan konstribusi langsung bagi upaya peningkatan kesejahteraan nelayan dan petani di Kabupaten Pontianak. Demikian diutarakan Ketua KTNA Kabupaten Pontianak H Daeng Rusli kepada Pontianak Post, Rabu (22/1) siang.

"Kita sudah membicarakan penyusunan program prioritas tersebut. Tidak saja dengan pengurus namun juga melibatkan pihak eksekutif dalam hal ini instansi terkait," kata Daeng.

Dia memaparkan, program-program prioritas tersebut, digolongkan kedalam tiga bidang. Yaitu bidang perikanan, peternakan dan pertanian.

Untuk bidang perikanan, pihaknya akan memperjuangkan Kantor Perikanan dan Kelautan menjadi Dinas Perikanan dan Kelautan, optimalisasi pemanfaatan sumberdaya laut bagi kepentingan Pendapatan Asli Daerah dan mendesak pemerintah bertindak tegas terhadap sepakterjang kapal-kapal nelayan asing yang kerap beroperasi di perairan nelayan Kabupaten Pontianak dan sekitarnya.

Madu Organis Siap Ekspor


*Omzet per Musim Capai Rp 4 Miliar
PONTIANAK, TRIBUN - Pendamping Asosiasi Periau Danau Sentarum (APDS) Kapuas Hulu, Thomas Irawan Sihombing, mengatakan pihaknya sedang menyiapkan ekspor madu hutan organis asal Danau Sentarum ke Sarawak, Malaysia Timur dan Brunei Darussalam.
Langkah itu diambil mengingat harga jual di sana lebih menggiurkan di samping jarak tempuh yang lebih dekat ketimbang ke Jakarta.

"Secara geografis, Kapuas Hulu memiliki keuntungan karena berbatasan langsung dengan Sarawak. Jaraknya hanya sekitar 80 kilometer lewat jalur darat. Bandingkan dengan jarak tempuh ke Jakarta," kata Thomas kepada Tribun di Sekretariat Bersama Karimata 43, Sabtu (7/2).

Dia berharap pemerintah segera membuka Pos Lintas Batas (PLB) Badau-Aruk pada Maret 2009 seperti yang direncanakan. Dengan begitu, akan semakin cepat kemungkinan ekspor madu hutan ke Sarawak. Sebab, petani akan lebih diuntungkan karena harga jual yang lebih tinggi.

"Untuk madu hutan ukuran 600 mililiter harganya Rp 60 ribu. Bandingkan dengan harga di Pontianak yang Rp 70 ribu per kilogram atau ke Jakarta yang dihargai Rp 45 ribu per kilogramnya," papar Thomas.

Ditanya tentang standar mutu, lelaki berkacamata ini menegaskan sejak 2005, produsen kelompok kecil usaha madu hutan sudah melakukan Sistem Pengawasan Mutu Internal (SPMI) untuk memperoleh Sertifikat Organis.

"Sistem ini menjamin tiap periau secara internal melakukan pengawasan terhadap dirinya. Kegiatan- kegiatan terdokumentasi secara tertulis dan dapat diperiksa pihak lain secara obyektif. Hasilnya, pada 2007 APDS berhasil menerapkan SPMI dan memastikan 4,3 ton madu hutan yang diproduksi organis," tegas Thomas.

Pada tahun itu juga, Board of Indonesian Organic Certifications (BIOCert) memberikan Sertifikat Organis kepada APDS. Sertifikat itu diserahkan langsung oleh Menteri Kehutanan, MS Kaban, di Cisarua, Bogor, Jawa Barat.

Dia menjelaskan anggota APDS saat ini berjumlah 8 periau dari 33 periau yang ada di kawasan Danau Sentarum. Dari jumlah tersebut kapasitas produksi pada musim 2008-2009 mencapai 16,5 ton. Sebanyak 10 ton dijual ke Dian Niaga, Jakarta. Sisanya sekitar 1,5 ton dipasarkan ke Riak Bumi. Total omzet penjualan sebesar Rp 517,5 juta.

"Kalau seluruh periau yang ada berhimpun, omzet kita bisa menyentuh angka Rp 4 miliar. Dengan asumsi kapasitas produksi bisa 30 ton per musim," katanya.

Periau adalah organisasi tradisional pengelolaan madu hutan di Danau Sentarum. Tiap periau beranggotakan 10-30 orang. APDS terbentuk untuk memaksimalkan dan memberdayakan lembaga tersebut dengan pendampingan dari Aliansi Organis Indonesia (AOI).

Pada 2004-2007, hanya 5 periau yang bergabung di APDS dengan kapasitas produksi madu hutan organis 4,3 ton. Pada 2008-2009, jumlahnya meningkat jadi 8 periau dengan produksi mencapai 10 ton. Sayang, pada musim 2007-2008, hampir semua periau gagal panen karena banjir menerjang kawasan ekosistem lebah Apis Dorsata yang selama ini menghasilkan madu hutan.

"Melihat periau-periau yang ada, sekitar 500 kepala keluarga menggantungkan hidupnya dari madu organis ini. Potensi ekonomi ini sangat besar untuk dikembangkan. Apalagi, baru sekitar 12 ribu hektare yang dikelola dari sekitar 132 ribu hektare lahan yang tersedia," tegas Thomas lagi.

Kendala

Sejauh ini, lanjut Thomas, APDS masih menemukan sejumlah kendala dalam memproduksi madu hutan organis. Pertama, masa panen alami madu yang terbatas yaitu setahun sekali antara bulan November- Februari.

Belakangan para petani menemukan panen sistem baru. Di mana, tidak semua sarang diambil. Melainkan menyisakan anakan dan hanya mengambil madunya saja. Dengan cara ini, panen bisa sampai 3 kali setahun.

Kedua, madu yang dijual adalah madu asli. Belum ada diversifikasi produk lainnya. Apalagi, selama ini, Pemkab Kapuas Hulu belum pernah melakukan pendampingan terkait peningkatan kualitas produk. Untuk packing saja misalnya baru dilakukan saat tiba di Dian Niaga, dengan merek Dorsata.

Persoalan ketiga adalah kadar air yang masih tinggi dalam madu yang dihasilkan. Saat ini, rata-rata terdapat 27 persen kandungan air. Sementara standar idealnya 21 persen.
"Untuk menurunkan kadar air dan kelembaban kita menggunakan dehumidifier. Namun, harus didatangkan dari Jakarta dan harganya relatif mahal. Untuk yang fortabel misalnya harus merogoh kocek Rp 7,8 juta per unit," papar Thomas.

Persoalan lainnya adalah ancaman banjir dan kekeringan di Danau Sentarum. Lebah Apis Dorsata menggantungkan hidup dari alam. Karena itu, disebut madu hutan organis karena memang tidak menggunakan bahan-bahan kimia dalam produksinya.

Apis Dorsata hanya memakan sari pati delapan bunga di Danau Sentarum. Di antaranya adalah bunga putat, kawi, dan masung. "Untuk menjaga ketersediaan pakan lebah Apis Dorsata, Periau Semalah misalnya sudah membudidayakan bunga-bunga tersebut di areal seluas 8 hektare," ujar Thomas seraya mengatakan untuk pemasaran produk di dalam negeri tidak mengalami kendala berarti karena sudah bekerjasama dengan mitra Jaringan Madu Hutan Indonesia (JMHI). Dalam waktu dekat APDS bersama AOI akan mengadakan lawatan bisnis ke Serawak.

Mengenali Madu Asli
Ambil madu sedikit. Teteskan ke dalam gelas berisi air putih. Kalau tetesan madu bisa bertahan hingga ke dasar gelas, maka madu itu masih murni. Namun, kalau madu yang diteteskan terurai bersama air putih, maka madunya sudah tidak asli lagi.

Tidak benar kalau madu alsi tidak dikerumuni semut. Malah sebaliknya pasti disenangi semut. Kalau semut tidak mengerumuni madu, artinya madu sudah terpermentasi dan sudah tidak asli lagi. (hasyim ashari)