Jumat, 09 September 2011

Rakit Sendiri Norton 56


Eko Norton. Begitulah kira-kira, biker Kalbar memanggilnya. Bukan kebetulan disapa denan embel- embel Norton. Sebab Eko memang punya motor lawas keluaran Inggris tersebut. Di garasi rumahnya di Jl Perdana, tersimpan motor-motor Eropa lainnya.

Kesukaan mengkoleksi dan merakit motor antik, sudah dilakukan pria penggila motor antik ini, sejak 2002. Hunting motor antik dari satu daerah ke daerah lain, merupakan hobi Eko hingga saat ini.

"Kalau ada informasi dari kawan-kawan ada motor antik, saya segera untuk hunting ke lokasi," ungkap Eko kepada Tribun di kediamannya, baru-baru ini.

Norton 1956, motor antik buatan Inggris ini, adalah satu di antara koleksi motornya. Ia mengatakan, awalnya motor tersebut kondisinya tidak seutuh seperti sekarang.

"Waktu itu keadaannya masih berantakan. Hanya mesin dan rangka saja. Masih belum bias dikendarai," paparnya.

Tidak membutuhkan waktu yang lama, ia pun merakitnya menjadi sama seperti aslinya motor itu. Kebanyakan semua koleksi motor antiknya adalah hasil rakitannya sendiri. "Ada kepuasan sendiri bagi saya ketika merakit sebuah motor," ujarnya.

Dengan merakit sendiri, menurutnya, lebih mudah mengetahui masalah yang terjadi pada motor. "Kita bisa tahu di mana letak rusaknya atau masalahnya. Sehingga bisa memperbaiki sendiri," terangnya.

Dia mengenang, selesainya pembangunan bagian-bagian motor tersebut, bertepatan dengan malam takbiran saat lebaran tahun lalu.

"Pengerjaannya awal puasa dan jadi pas malam takbiran. Senang rasanya. Jadi motor serasa ikut lebaran juga," tuturnya sambil tertawa kecil.

Ia menjelaskan, kelebihan Norton 1956 miliknya terletak pada posisi rem di sebelah kiri. Transmisi terletak di sebelah kanan. Setangnya lebar, sekitar 50 sentimeter.

Lampu depannya sebesar lampu mobil tua. Selain itu bentuk tangkinya juga unik berbentuk bulat.
Jika mengendarai motor tua itu, Eko mengaku sangat enjoy.

"Kalau touring pakai motor ini enak sekali. Akselerasi dan kecepatannya enak banget. Walaupun motor tua dan antik, tapi tetap enak dikendarai pada jarak jauh," ucapnya.

Meski buatan tahun 1956, Eko mengaku, Norton miliknya tidak pernah rewel atau rusak. Ia rajin mengganti oli motor.

"Tergantung pemakaian, kalau sering memakainya, tentu saja saya harus sering mengganti olinya," katanya. (mirna/tribun pontianak)

Tidak ada komentar: