Selasa, 17 Februari 2009

Titik Api Kalbar Tertinggi

PONTIANAK, TRIBUN - Sepanjang dua tahun terakhir, 2007-2008, titik api di wilayah Kalbar adalah yang tertinggi di Indonesia. Titik api yang terdeteksi berasal dari kawasan hutan tanaman industri (HTI), perkebunan sawit, dan lahan lainnya termasuk lahan milik masyarakat.

"Meski dengan titik api tertinggi, sejauh ini belum ada upaya berarti dari instansi terkait untuk mencegah terulangnya kembali pembakaran lahan," kata Forest Fire Coordinator WWF-Indonesia, Dedi Hariri, kepada Tribun, Selasa (17/2).

Di temui usai diskusi di Sekretariat Aliansi Jurnalis Indonesia (AJI) Kalbar, Dedi menuturkan
pada 2007 dari 31.648 titik api di Indonesia, 6.450 titik api atau yang terbanyak berada di Kalbar. Diikuti kemudian oleh Sumatera Selatan dengan 4.814 titik api dan Kalimantan Tengan dengan 4.305 titik api.

Ia menambahkan, kebakaran lahan yang terjadi dari tahun ke tahun sejatinya sudah bisa diantisipasi. Namun sepertinya, upaya pencegahan belum terlihat. Pemerintah baru bergerak begitu hutan dan lahan terbakar. "Padahal, untuk mengatasi kebakaran tersebut, jauh lebih sulit. Satu di antaranya karena peralatan yang kita miliki sangat terbatas. Australia dengan peralatan memadai saja, tidak berdaya menjinakan api," ujarnya.

Dedi menuturkan, proses penegakan hukum juga masih lemah. Padahal, sudah ada UU Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Perda Nomor 6 tahun 1998 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan dan Lahan. Ada juga Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan.
"Tampaknya belum ada pelaku pembakar lahan yang sampai ke pengadilan. Kalaupun ada, saya tidak yakin jeratan pasal yang dikenakan tidak bisa dielakkan oleh para pelaku," katanya.

Berdasarkan catatannya, pada 2007 dari 6.450 titik api, 35,5 persen berada di perkebunan kelapa sawit, HTI sebesar 25,5 persen dan lahan lain termasuk milik masyarakat sebesar 39,0 persen. Pada 2008, dari 5.671 titik api, sebanyak 47,07 persen berasal dari perkebunan sawit, 46,23 persen lahan lain termasuk milik masyarakat dan sisanya, 6,7 persen berada di areal HTI.

WWF sendiri berupaya proaktif dengan melakukan pendekatan ke pemerintah, pengusaha, dan masyarakat untuk mencegah pembukaan lahan dengan sistem bakar. Ke pemerintah, WWF melakukan inisiasi produk hukum, seperti Perda Kebakaran Hutan yang saat ini dilakukan di Kaltim.

"Kami melakukan MoU Zero Burning dengan perusahaan perkebunan kelapa sawit di Kalbar. Sementara masyarakat kami ajak untuk tidak membakar lahan. Kalaupun cara membakar tidak bisa dihindari, pembakaran dilakukan dengan kendali api. Untuk ini, kami bahu membahu dengan LSM Diantama," papar Dedi. (hsm)

Tiga Terbanyak
Pada 2007 terdapat 31.838 titik api
Kalbar, 6.450 titik api
Sumsel, 4.814 titik api
Kalteng, 4.305 titik api

Pada 2008 terdapat 32.838 titik api
Kalbar, 5.671 titik api
Riau, 3.879 titik api
Jatim, 3.182 titik api
Sumber: WWF-Indonesia

Tidak ada komentar: