Jumat, 06 Maret 2009

Permintaan Impor Bibit Sawit Capai 13 Juta

PONTIANAK, TRIBUN - Kepala Bidang Perlindungan Dinas Perkebunan Kalbar, Wawan Hermawan, mengatakan 66 perusahaan perkebunan besar swasta (PBS) saat ini kesulitan untuk mendapatkan bibit kelapa sawit bersertifikat dari tujuh sumber benih di Indonesia.

Karena itu, mereka mengajukan izin impor kecambah sawit dari Malaysia, Costa Rica, dan Papua Nuguinea. Pada 2008 saja, jumlah permintaan bibit impor mencapai 13,06 juta.

"Namun, jumlah tersebut juga tidak dapat dipenuhi semuanya. Realisasinya dari permintaan hanya 3,21 persen atau sekitar 420 ribu bibit sawit. Jadi, hampir sebagian besar perusahaan tidak mendapat bibit," kata Wawan Hermawan kepada Tribun, Rabu (4/3).

Mantan Kabid Pencemaran dan Pengrusakan Lingkungan Bapedalda Kalbar ini, menjelaskan angka permintaan tersebut jauh lebih besar dari 2007 yang hanya 3,57 juta bibit. Sedang realisasinya sekitar 1,59 juta bibit.

Kebutuhan bibit impor pada 2007, juga lebih besar dari permintaan pada 2006 yang berjumlah 3,4 juta dengan realisasi 961.500 bibit. Sedangkan pada 2005 permohonan mendatangkan bibit sawit impor mencapai 5,8 juta. Namun hanya bisa dipenuhi sekitar 1,9 juta bibit saja.

"Impor bibit sawit diawasi ketat. Perusahaan perkebunan yang akan mengimpor harus mendapat izin dari Dinas Perkebunan Kalbar. Hal itu dilakukan untuk mempermudah pengawasan. Jika tidak, kita khawatir bibit-bibit itu bukan untuk komsumsi sediri. Tetapi, dijual kembali kepada perusahaan dan petani yang membutuhkan. Itu yang tidak boleh," papar Wawan.

Lelaki berkacamata ini menegaskan, keputusan impor tersebut tidak terlepas dari tujuh sumber benih yang tidak mampu menyuplai kebutuhan benih untuk perkebunan di Kalbar. Tujuh sumber benih itu adalah PPKS, Lonsum, Socfindo, Tyunus, Dami Mas, Tania Selatan, BSM, Selapan Jaya, Bhakti Tani Nus, dan Selaras Inti Pratama.

"Pada 2008 saja, permintaan terhadap benih pada perusahaan yang terdapat di Sumatera itu, sekitar 53,36 juta. Namun, hanya mampu direalisasikan sekitar 4,32 juta bibit," katanya.
Wawan menambahkan ketujuh sumber benih itu hanya mampu memproduksi sekitar 130 juta bibit sawit per tahun. Jumlah bibit sawit itu untuk menyuplai kebutuhan perkebunan se-Indonesia.

"Karena itu, tidak mengherankan harus antre untuk memperoleh bibit. Rata-rata bibit sudah dipesan setahun sebelumnya," ujarnya.

Kelangkaan bibit ini, kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab dengan menjual bibit ilegal. Dinas Perkebunan Kalbar sendiri sepanjang 2000-2008 menangkap sekitar 110 ribu bibit ilegal tersebut. "Harganya memang jauh lebih murah. Biasanya diminati petani. Kuallitas bibit tersebut baru terlihat pada tahun keempat karena tidak berbuah," tegas Wawan.

Dalam kesempatan itu, Wawan mengingatkan areal perkebunan sawit di Kalbar sudah overload. Saat ini terdapat sekitar 293 perusahaan perkebunan dan yang aktif hanya 162 perusahaan. Lahan yang terpakai sudah mencapai 460 ribu hektare dari 1,5 juta hektare yang ditargetkan pemerintah.

"Jika dilihat perkembangannya, pertumbuhan areal perkebunan sawit Kalbar memang lamban. Sebab perusahaan sejauh ini kesulitan bibit sawit. Jadi, paling lahannya itu-itu saja," katanya. (hsm)

1 komentar:

dions mengatakan...

dimana kita bisa beli bibit sawat yg bagus di wlayah kalbar dan berapa harga per batangnya..