Ucapan itu datang dari mantan Komisioner Komisi Pemilihan
Umum (KPU) RI, Viryan Aziz. Kira-kira tulisannya begini: "Assalamualaikum
Wr Wb Hasyim Ashari yang bukan Ketua KPU dan Keluarga.
Di Hari Idul Fitri 1443 H, izinkan kami menyampaikan taqoballahllahu
Minna Wa Minkum. Mohon dimaafkan lahir dan batin.
Viryan menggaris bawahi kalimat Hasyim Ashari yang bukan
Ketua KPU. Sehari sebelumnya, saya mengunggah status di Facebook tentang Ketua
KPU RI, Hasyim Asyari. Isinya, bahwa saya dan Ketua KPU RI punya kesamaan nama,
namun rezekinya berbeda.
Karena kesamaan nama itulah, banyak KPU Provinsi, Kabupaten,
dan Kota di seluruh Indonesia, yang men-tag akun media sosial saya. Terutama di Instagram. Tak terhitung
jumlahnya teman-teman KPU yang menandai, atau minta berteman di IG.
Mungkin mereka mengira, saya adalah Ketua KPU Hasyim Asyari.
Nama kami memang nyaris sama. Hanya beda di huruf H dan Y. Saya Hasyim Ashari,
dan Ketua KPU RI Hasyim Asyari.
Begitulah Viryan. Meski kadang amat serius, khususnya yang
menyangkut urusan pekerjaan kepemiluan di KPU, namun alumnus Fakultas Ekonomi
Universitas Tanjungpura ini, juga sangat cair dan renyah di beberapa
kesempatan.
Tapi secair-cairnya Viryan, apalagi kalo sudah ditemani
segelas kopi, tema Pemilu Indonesia, tak pernah luput dari ceritanya setiap
kami bertemu. Sesuai tagarnya #EkspedisiDemokrasiTua. Ia paling betah membahas
sejarah Pemilu di Tanah Air.
Kalau soal Data dan Sistem Informasi Pemilu, sudah lah. Tak
ada yang bisa menandinginya. Dia kaffah di situ. Telah mendarah daging. Sama
seperti silaturahmi tak pernah putus yang telah menjadi jalan ninjanya.
Kami terakhir bertemu 5 Mei 2022 silam. Itu adalah
perjumpaan kami yang kelima selama saya bertugas di Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama
menjadi Komisioner KPU, Viryan memang dipercaya jadi koordinator wilayah di
Indonesia Timur. Termasuk Kupang.
Pada pertemuan 5 Mei itu, atau beberapa hari setelah Viryan
gagal lolos sebagai Komisioner KPU RI untuk kali kedua, seperti biasa ia selalu
telepon. Saya tidak angat teleponnya. Sekitar 5 panggilan. Sebab HP saya dalam
kondisi mati karena di charger. Begitu dibuka, ada pesan di WA.
Tepat terbaca pukul 09.20 WITA. "Msh di Kupang Bro? Sya
rencana jam 11 mau ngopi sejam ditempat doeloe...." Tempat Doeloe yang dimaksud
Viryan adalah Kedai Caca. Lidah Melayunya cocok dengan menu Kuah Asam dan Cah
Kangkung Bunga Pepaya di sini.
Saat tiba, rupanya mereka sudah makan semua, karena saya
datang terlambat. Ya Viryan ditemani teman-teman KPU NTT. Saya kenal baik di
antaranya, Om Banla. Dan, mereka akan bergegas menuju Bandara Eltari Kupang,
mengantar Viryan kembali ke Jakarta usai kunjungan kerja di Rote Ndao.
Viryan awalnya tak menginzinkan saya ikut ke Bandara karena
dia tahu, saya punya banyak kesibukan sebagai Pemimpin Redaksi Pos Kupang. Namun,
setelah bersikeras, akhirnya ia luluh juga. Tak biasanya, kali ini saya ingin
sekali mengantarnya ke bandara.
Kami berpelukan sebelum dia masuk Bandara Eltari. "Nanti
pulang Ponti kite kerjekan.....kontak-kontak ya..." begitu Viryan
berseloroh sambil bergegas. Kami memang sama-sama dari Pontianak, Kalimantan
Barat.
Walaupun Viryan aslinya dari Jakarta dan saya dari Bekasi,
Jawa Barat. Kami bertemu di Untan. Beda Fakultas, beda angkatan. Saya Fakultas
Fisip, dia Ekonomi. Dia senior saya di
kampus. Senior juga di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Pontianak.
Suatu waktu, saat sedang diskusi, dia menyebut saya sebagai
Anak HMI yang di luar HMI karena saya lebih fokus ke pekerjaan sebagai
jurnalis. Sebagai jurnalis, ada satu momen saya dipanggil menghadap Pemimpin
Redaksi Tribun Pontianak, Ahmad Suroso.
Sebagai Pemred, beliau menggugat pilihan Headline (HL) yang
saya tawarkan untuk edisi besok. "Syim. Apa pentingnya HL kita angkat soal
Viryan?" tanya Mbah Roso, begitu biasa beliau disapa. Hari itu, Viryan
baru saja dinyatakan lolos tahapan seleksi calon anggota KPU RI.
Kepada Pemred saya menjelaskan, bahwa peluang Viryan untuk
lolos jadi Komisioner KPU sangat besar. Dia menjadi satu-satunya calon yang
lolos dari Pulau Kalimantan. Viryan juga punya garansi mumpuni karena
pengalamannya sebagai Anggota KPU Kota Pontianak, 2003-2008, Ketua KPU Kota
Pontianak 2008-2013, dan Anggota KPU Kalimantan Barat, 2013-2017.
Viryan tak melulu menyoal urusan duniawi. Perhatikan seksama
bagaimana kiprah Dompet Ummat (DU) yang didirikannya untuk kemaslahatan
masyarakat Kalbar. Hanya bisa dihitung dengan jari, tokoh muda yang begini.
Jalan terang juga terlihat karena Viryan punya jejaring
solid HMI dan mengenal lingkaran elite nasional. "Secara emosional
benefit, kita patut mendorong Viryan, putra terbaik Kalbar untuk jadi
Komisioner KPU. Viryan punya kans besar. Ia akan jadi thamsil bagi anak daerah,
yang ingin berkiprah di level yang lebih tinggi. Itu urgensinya, Pak,"
Mendengar hal itu, Mbah Roso pun setuju dengan pilihan
Headline yang saya ajukan. Maka jadilah, Halaman 1 Tribun Pontianak, membahas
peluang Viryan Azis jadi Komisioner KPU RI. Dan, Viryan benar-benar jadi
Anggota KPU RI. Bahkan menjadi yang bersih sependek pengetahuan saya.
Tanggal 18 Mei kemarin, saya mendapat kabar kesehatannya
memburuk. Saya terkejut bukan main. Sebab, sebelumnya dia baik-baik saja.
Bahkan di tiap perjumpaan, wajahnya segar bugar karena ia rajin olahraga.
Beda dengan saya, yang jalan santai saja malas. Berkali-kali dia meminta saya untuk olahraga
karena kami sama-sama penyintas Covid-19. Sama-sama merokok pula dengan merk
yang sama. 20 Mei pagi, dada saya terasa sesak meembaca pesan yang masuk di WA.
Tak percaya dia dipanggil kehabiraan Illahi Robbi. Tapi
begitulah takdir dan ketentuan Allah. Tidak ada yang tahu. Yang pasti, setiap
yang bernyawa pasti akan mati. Innalillahi wainna ilaihi rojiun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar